Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
KEPALA Badan Klimatologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan seiring meningkatnya intensitas bencana, BMKG membuat pengembangan Earthquake Early Warning System (EEWS) atau sistem peringatan dini gempa bumi berbasis hitung mundur. Saat ini, ujarnya, sedang diujicobakan di empat provinsi: DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Lampung.
“Sistem ini mampu mendeteksi gelombang primer gempa sebelum getarannya dirasakan masyarakat, sehingga memberi jeda waktu yang sangat krusial untuk tindakan penyelamatan dini,” ujarnya di Kantor BMKG, Jakarta, Senin (21/7).
Menurut Dwikorita dalam kerentanan bencana terdapat ruang besar untuk memperkuat daya tahan unggul dalam menghadapi masa depan. Di tempat yang sama, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menegaskan pentingnya kehadiran sistem ini di wilayah rawan bencana.
“Sistem ini memberi waktu 5–10 detik sebelum guncangan keras datang. Ini sangat penting, terutama untuk menyelamatkan siswa di sekolah, penumpang di stasiun, rumah sakit, dan tempat berkumpul lainnya. Lima detik pun sangat berharga untuk menghindari korban,” tegas Daryono. Selain inovasi kegempaan, BMKG juga memperkuat sistem peringatan dini untuk cuaca dan iklim ekstrem. Teknologi Meteorology Early Warning System (MEWS) kini mampu memprediksi cuaca harian hingga 10 hari ke depan secara lebih presisi, bahkan sampai ke level kecamatan dan kelurahan.
Sementara itu, sistem Climate Early Warning System (CEWS) menyajikan prediksi iklim jangka menengah dan panjang, yang sangat dibutuhkan sektor pertanian, perikanan, energi, dan air.
“Lewat teknologi ini, para petani dan nelayan bisa merencanakan produksi dengan lebih akurat. Bahkan di beberapa wilayah, hasil panen meningkat berkat informasi iklim yang lebih tepat guna,” jelas Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan.
Di sisi lain, transformasi kelembagaan BMKG juga menyasar penguatan literasi dan kesiapsiagaan masyarakat melalui berbagai program edukasi dan pendampingan. Mulai dari Sekolah Lapang Iklim (SLI), MOSAIC, BMKG Goes to School, hingga kerja sama dengan pemerintah daerah dan komunitas lokal. (H-4)
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Jambi selama 10 hari, sejak 10 hingga 19 Agustus 2025.
MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai potensi banjir di wilayah Jabodetabek.
Imbauan untuk hati-hati kepada masyarakat DKI Jakarta yang berangkat beraktivitas di pagi hari ini, Selasa 12 Agustus 2025.
Untuk kota-kota besar di Indonesia, akan mengalami potensi berawan, berawan tebal, cerah berawan, hujan ringan, hujan sedang, hingga hujan disertai petir
Berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca di wilayah ibu kota hari ini akan didominasi hujan ringan.
Hasil analisis menunjukkan adanya sirkulasi siklonik di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina, sebelah utara Papua, dan di Selat Makassar.
Hujan diperkirakan mulai 29 Juli sampai 4 Agustus 2025, disebabkan melemahnya Monsoon Timur dan pertemuan massa udara panas dan dingin di selatan Australia.
KEPALA BMKG, Dwikorita Karnawati, melakukan kunjungan kerja ke Pelabuhan Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk dalam rangka rapat koordinasi dengan ASDP dan sejumlah stakeholder terkait.
98 desa di 14 kecamatan di daerah ini terendam banjir 30-1,5 meter hingga mengakibatkan 18.930 rumah terendam banjir.
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini adanya gelombang tinggi di Banten yang mencapai 2,5 meter, wisatawan dilarang berenang.
Aktivitas Madden-Julian Oscillation yang aktif di wilayah barat dan tengah Indonesia dan gelombang Rossby dan Kelvin memicu terjadinya hujan dengan intensitas tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved