Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
PAKAR mikrobiologi klinis, Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D, Sp. MK(K) menekankan sejumlah poin penting yang perlu diwaspadai terhadap Human papillomavirus (HPV). Virus ini mulai dikenali sejak tahun 80-an dan diketahui berhubungan dengan kanker serviks.
"Karena prevalensi kanker serviks ini cukup tinggi jadi vaksin HPV mulai dikembangkan dan masuk ke Indonesia,” terang Tri dalam siaran pers dari Humas UGM, Sabtu (21/6).
Menurutnya, pada banyak kasus, angka pemicu kanker serviks dari virus HPV bisa mencapai 70%. Angkanya bisa bertambah hingga mendekati 100% bergantung pada sistem imunitas tubuh dan klasifikasi kelompok beresiko.
Ia menjelaskan, HPV merupakan virus yang penularannya melalui kontak langsung dengan bagian alat reproduksi. Berbeda dengan virus HIV (human immunodeficiency virus), virus HPV tidak menular melalui cairan tubuh melainkan bersinggungan langsung antar kulit ke kulit.
Aktivitas seksual tanpa adanya pertukaran cairan tubuh pun dapat menularkan virus HPV secara langsung. Ia mengatakan, melompok paling berisiko adalah individu yang telah aktif secara seksual, dalam hal ini diasumsikan berada di rentang usia 20 tahun ke atas.
“HPV itu ada banyak jenisnya, inkubasinya, dan gejalanya. Tidak semua virus HPV bisa memicu kanker serviks. Sebagian hanya memiliki gejala seperti kutil dan menghilang dengan sendirinya,” ungkap Tri.
Prof Tri Wibawa menjelaskan, gejala HPV dan masa inkubasinya akan sangat bergantung pada sistem imun tubuh. Bahkan, dalam banyak kasus, pasien tertular biasanya tidak merasakan gejala apapun. Namun perkembangan virus perlu dipantau agar tidak berkembang menjadi kanker serviks.
Oleh sebab itu, vaksinasi HPV telah diupayakan diberikan sedini mungkin.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus mendorong pemberian vaksinasi HPV, terutama pada remaja perempuan. Pemberian vaksinasi memang seharusnya dilakukan sebelum memasuki usia beresiko atau aktif secara seksual.
"Semakin tua usianya maka efektivitas vaksin akan semakin menurun," ungkap dia.
Selain itu, baru-baru ini ada inisiasi vaksin untuk memutus rantai virus HPV dengan kanker serviks. Vaksin ini diperuntukan bagi pasien yang sudah tertular virus HPV agar dapat menurunkan rrsiko munculnya kanker serviks. Sayangnya, vaksin jenis ini memang belum tersedia.
Tri menyebut, dikarenakan virus HPV tidak memiliki gejala langsung, setiap orang perlu mawas diri dengan melakukan vaksinasi dan check-up berkala. Bagi individu yang sudah aktif secara seksual, maka dihimbau untuk waspada ketika berhubungan intim, seperti menggunakan pengaman dan tidak berganti-ganti pasangan.
Satu faktor penting yang perlu diperhatikan adalah individu perokok aktif. “Meskipun jarang, virus HPV bisa menimbulkan kanker selain di genital. Kalau orang merokok bisa memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker di saluran pernafasan,” terang dia.
Namun, Tri juga menjelaskan bahwa tidak perlu takut dan panik akan adanya virus ini. Mulai dari upaya preventif, penanganan, vaksin, hingga terapi sudah tersedia sehingga tidak serta merta langsung memicu kanker.
Jika terdeteksi tertular, pasien harus segera lakukan pemeriksaan untuk memantau perkembangan virus secara berkala. Lebih lanjut, Tri juga mengingatkan agar tetap menjaga sistem imunitas tubuh dengan kebiasaan pola hidup sehat dan aktivitas fisik yang cukup. (H-2)
Perempuan asal Ohio ini kira pendarahan selama tiga bulan yang dialami gejala perimenopause. Ternyata didiagnose kanker serviks stadium 3.
KEMENTERIAN Kesehatan bersama MSD Indonesia resmi meluncurkan kampanye nasional edukasi kesehatan “Tenang untuk Menang 2025" di Kota Bandung, Kamis (14/8).
Tingkatkan kesadaran pencegahan kanker serviks dengan vaksin HPV, pemeriksaan rutin, dan pap smear untuk melindungi kesehatan rahim Anda.
AVI Grant-Noonan, perempuan asal Amerika Serikat baru mengetahui kanker serviks yang diidapnya setelah mengalami keguguran.
Ketahui kapan waktu terbaik untuk pemberian vaksin HPV agar perlindungan terhadap kanker serviks maksimal. Simak panduan lengkap jadwal dan dosisnya
Kanker serviks tidak hanya disebabkan perilaku seksual berisiko. Kenali berbagai penyebab dan langkah pencegahannya di sini.
Peneliti mengembangkan terapi kanker baru dengan memanfaatkan bakteri untuk menyembunyikan dan mengantarkan virus langsung ke sel tumor.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Pneumonia bisa menjadi invasif dan berat bagi orang dewasa, terlebih bagi individu yang memiliki penyakit komorbid misalnya HIV atau penyakit jantung pada usia lanjut.
Hari Hepatitis Sedunia dirayakan setiap tanggal 28 Juli sebagai aksi global untuk menunjukkan perhatian terhadap hepatitis yang masih menjadi risiko besar bagi kesehatan masyarakat.
Varian baru virus SARS-CoV-2 yang dikenal dengan nama Nimbus atau varian NB.1.8.1 mulai menarik perhatian dunia setelah penyebarannya meningkat di sejumlah negara Asia.
PARA ilmuwan di Tiongkok telah menemukan sejumlah virus baru yang belum pernah terlihat sebelumnya pada kelelawar yang hidup di dekat manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved