Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
PROF Connie Rahakundini Bakrie, seorang akademisi dan pakar pertahanan kenamaan Indonesia yang kini menetap di Rusia sebagai Guru Besar di Universitas Negeri Saint Petersburg dan Duta Besar Pendidikan serta Ilmu Pengetahuan Rusia, kembali mempersembahkan karya untuk Tanah Air tercinta. Meskipun kini lebih banyak berkiprah di panggung global, cintanya pada Indonesia tetap menyala dan mendalam.
Dalam sebuah momentum penuh refleksi atas arah bangsa dan masa depan peradaban, Prof Connie meluncurkan buku terbarunya yang berjudul: “Negara Berkesadaran: Dari Mimpi Peradaban Menuju Kelahiran Bangsa Berkesadaran” (From the Dream of Civilization to the Birth of a Conscious Nation).
Buku ini merupakan manifestasi pemikiran yang menyatukan kedalaman intelektual, kekayaan filosofis, dan kepekaan spiritual.
Lebih dari sekadar karya tulis, buku ini adalah seruan dan ajakan untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa akan makna sejati berbangsa dan bernegara.
Prof Connie merumuskan konsep Negara Berkesadaran — sebuah visi masa depan Indonesia yang memadukan pendekatan Tepidoil (Teknologi, ekonomi, politik, ideologi, demografi, organisasi, informasi, dan lingkungan), ditopang oleh nilai-nilai luhur Pancasila, pemikiran negara Paripurna Soekarno, serta kearifan lokal dan warisan peradaban dunia.
"Melalui buku ini, saya menawarkan kerangka baru dalam memaknai kedaulatan, pertahanan, pendidikan, ekonomi, lingkungan hidup, hingga hubungan antar-manusia — semuanya berakar pada kesadaran dan cinta kasih," ujar Prof Connie.
Alih-alih membangun bangsa hanya melalui sistem dan struktur, Prof Connie menekankan pentingnya membangun kesadaran kolektif, yakni kesadaran akan jati diri, relasi dengan sesama dan alam, serta tanggung jawab spiritual terhadap masa depan peradaban.
Proses penulisan buku ini dimulai sejak awal 2022, bertepatan dengan keikutsertaan Prof Connie dalam berbagai forum strategis global di tengah ketegangan geopolitik dan krisis internasional.
Saat bermukim di Saint Petersburg dan mengamati dinamika kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin, ia justru menemukan inspirasi yang mendalam: kekuatan terbesar sebuah bangsa bukanlah pada senjata atau ekonomi, melainkan pada tingkat kesadarannya.
Buku ini tidak lahir dari disertasi akademik atau kumpulan artikel jurnal, melainkan dari lebih dari 30 tahun pengalaman Prof Connie dalam dunia pertahanan, geopolitik, dan hubungan internasional, dipadukan dengan perenungan filosofis, kajian strategis, serta percakapan lintas budaya dan spiritual.
"Tujuan utama dari penulisan buku ini adalah untuk membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia — bahwa masa depan tidak cukup dibangun dengan kekuatan fisik atau kemajuan teknologi semata, tetapi harus bertumpu pada kebijaksanaan batin dan kesadaran spiritual," kata Prof Connie.
Di berharap buku ini dapat menjadi jembatan antara dunia politik dan dimensi spiritual, antara kekuasaan dan cinta kasih, serta antara Indonesia dan misinya dalam kancah peradaban global.
"Karya ini bukan sekadar untuk dibaca, melainkan untuk dihidupkan dan diwujudkan menjadi gerakan moral bangsa, sebagai strategi menuju Indonesia yang adil, sejahtera, damai, dan beradab," ungkapnya..
Ketika ditanya mengenai kemungkinan pelarangan atau sensor atas buku ini, Prof Connie menjawab dengan tenang: "Buku ini adalah doa panjang untuk Indonesia. Jika kebenaran dan cinta kasih dilarang, maka kita semua telah kehilangan arah. Tapi saya percaya, bangsa ini terlalu besar untuk takut pada kesadaran."
Buku ini diterbitkan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris, agar pesan dan gagasannya dapat menjangkau khalayak luas — tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di pentas internasional. Sebuah upaya untuk memperkenalkan wajah Indonesia baru: bangsa yang bukan hanya kuat secara geopolitik, tetapi juga tercerahkan secara spiritual.
“Buku ini adalah doa panjang untuk Indonesia. Jika kebenaran dan cinta kasih dilarang, maka kita semua telah kehilangan arah. Tapi saya percaya, bangsa ini terlalu besar untuk takut pada kesadaran," pungkasnya. (Z-1)
Hingga Juni 2024, telah disalurkan 490 Al-Qur’an dan 13.790 buku tulis ke sekolah-sekolah dasar di wilayah Tangerang.
Buku ini bukan hanya kumpulan resep, melainkan potret kehidupan harian masyarakat Indonesia dari sudut pandang kuliner.
ASTA Index mengatasi keterbatasan metode pengukuran konvensional yang hanya fokus pada indikator makro.
Buku tersebut merupakan bagian dari komitmen dan kontribusi IFSR dalam mendukung pelaksanaan MBG yang telah ditetapkan sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Literasi digital tak hanya mampu menggunakan perangkat tetapi juga tentang mampu mengevaluasi informasi secara kritis.
Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI) Muhammad Hadianto menegaskan pentingnya penguasaan dan inovasi teknologi untuk memperkuat postur pertahanan nasional yang tangguh.
PT Hariff Dipa Persada, perusahaan teknologi pertahanan swasta nasional menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Naval Group,
Presiden RI Prabowo Subianto secara resmi membuka Indo Defence 2025 Expo & Forum di Jakarta.
SSE juga menampilkan kendaraan intai, P2 KM Recon, kendaraan dengan manuver dan sistem teknologi untuk misi pengintaian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved