Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Enviu dan Startup Binaan Cegah Hampir 1 Juta Sampah Plastik Sekali Pakai di Indonesia

Basuki Eka Purnama
12/6/2025 19:43
Enviu dan Startup Binaan Cegah Hampir 1 Juta Sampah Plastik Sekali Pakai di Indonesia
Kegiatan Enviu(MI/HO)

MASALAH sampah plastik masih menjadi krisis serius yang mengancam masa depan lingkungan di Indonesia. Dari seluruh timbulan sampah plastik nasional, hanya sekitar 7% yang benar-benar dapat didaur ulang secara efektif. Sebagian besar sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dibakar, atau mencemari lingkungan darat dan laut.

Menyadari bahwa upaya daur ulang saja tidak cukup, organisasi pembangun ventura Enviu melalui inisiatif Enviu Zero Waste mengambil langkah intervensi dari hulu dengan mendorong sistem guna ulang dan perubahan pola konsumsi masyarakat.

Selama lima tahun terakhir, Enviu Zero Waste telah membangun sekitar 9 solusi dan startup, termasuk Alner, yang menyediakan sistem guna ulang untuk kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sampo, dan detergen. 

Melalui sistem refill dan kemasan yang bisa dipakai ulang, Alner memungkinkan konsumen berpartisipasi langsung dalam mengurangi limbah plastik rumah tangga.

Berdasarkan Laporan Dampak Enviu 2024 yang baru dirilis, inisiatif ini telah berhasil mencegah lebih dari 949.600 unit sampah plastik sekali pakai terbuang ke lingkungan di Indonesia. 

Keberhasilan ini tak lepas dari kerja sama erat dengan pemerintah daerah dan komunitas. Pada April 2024, Alner meresmikan toko guna ulang pertama di Jakarta yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.

Dalam acara tersebut, Fazri Putranromo dari Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK menegaskan pentingnya mendukung implementasi reuse dalam kebijakan nasional. 

“Peraturan Menteri 75 Tahun 2019 tentang Pengurangan Sampah Plastik Sekali Pakai masih memerlukan penyesuaian. Salah satu fokusnya adalah mendorong penerapan 3R, termasuk reuse atau guna ulang,” jelasnya.

Dukungan juga datang dari Dinas PPKUKM Provinsi DKI Jakarta yang bekerja sama dengan Enviu dalam menyelenggarakan Workshop UMKM Jakpreneur pada Desember 2024. Workshop ini bertujuan melatih pelaku usaha kecil beralih ke model refill dan reuse sebagai bagian dari ekonomi sirkular yang ramah lingkungan.

Capaian Enviu selama 2024 tidak hanya signifikan di Indonesia, namun juga secara global. Dalam laporan dampak global yang dirilis, Enviu mencatat bahwa lebih dari 949.600 unit plastik sekali pakai berhasil dicegah dari lingkungan hanya di Indonesia. Secara keseluruhan, sebanyak 35.013 kilogram plastik berhasil dicegah masuk ke lingkungan dari berbagai negara tempat Enviu beroperasi.

Di sektor agrifood, upaya Enviu membantu mengurangi sebanyak 1.764.508 kilogram kehilangan hasil panen, sebuah langkah penting dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok pangan. 

Sementara itu, pada sektor tekstil, sebanyak 26.400 kilogram limbah tekstil berhasil dialihkan dari tempat pembuangan akhir (TPA), mengurangi jejak ekologis industri fashion.

Dari sisi lingkungan, Enviu juga mencatat pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 216.031 ton CO2-ekuivalen, sebuah kontribusi yang berarti dalam upaya global mengatasi perubahan iklim.

Selain dampak ekologis, Enviu turut berdampak secara sosial dengan memberdayakan 17.476 petani kecil, menjangkau 258.025 orang melalui berbagai ventura, dan menciptakan 1.998 pekerjaan langsung di berbagai sektor.

CEO Enviu, Paul van der Linden, menekankan pentingnya pendekatan berbasis komunitas dan partisipatif dalam menciptakan perubahan sistem. 

“Perubahan sistem tidak terjadi secara instan atau dari atas ke bawah. Ini tentang membangun solusi bersama dengan masyarakat lokal, mendengarkan tantangan mereka, dan menciptakan bisnis yang secara nyata menjawab kebutuhan di lapangan. Itulah yang kami lakukan di Enviu,” ujarnya.

Selain di Indonesia, Enviu juga aktif di Belanda, Kenya, dan India. Di Belanda, fokus utama adalah sektor mobilitas; di Kenya, pertanian berkelanjutan; sementara di India, pengembangan model tekstil sirkular menjadi prioritas utama untuk mengurangi limbah industri fesyen. 

Seluruh dampak ini diukur dengan pendekatan sistemik yang dikembangkan bersama Metabolic, mitra Enviu dalam membangun kerangka pengukuran dampak yang komprehensif. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya