Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
APA kamu pernah merasa kulit terasa gatal saat memikirkan atau membicarakan tentang serangga? Hal ini terjadi bukan tanpa alasan karena ada alasan medis mengapa hal tersebut terjadi.
Shaheen E. Lakhan, seorang ahli saraf bersertifikat di AS, mengatakan ketika kamu mendengar tentang serangga yang merayap di kulit kepala seseorang atau membayangkan kutu yang merayap di kasur, otak jamu mengaktifkan sirkuit saraf yang seolah-olah hal itu terjadi pada kamu.
"Ini disebut ‘sensasi gatal yang menular’, dan dipicu oleh gabungan aktivasi somatosensori, pemrosesan emosi, dan aktivitas mirror neuron,” ujarnya, seperti dikutip dari situs Huffpost.
Ia menjelaskan bahwa otak kita dapat menghasilkan sensasi bahkan saat tidak ada rangsangan fisik. Sebaliknya, kita dapat memproses masukan visual (misalnya, melihat orang lain menggaruk) atau mendengar tentang serangga, atau bahkan saat kamu membayangkan kutu.
"Ketika kamu mendengar tentang serangga di kulit kepala seseorang, otak kamu tidak hanya mencatat kata-kata tersebut," kata Lakhan.
"Otak kamu mengaktifkan korteks somatosensori, bagian otak yang berperan untuk memproses sensasi tubuh seperti sentuhan, suhu, dan rasa sakit. Aktivasi ini terjadi seolah-olah ada serangga sungguhan di kulit kepala kamu. Ini adalah pengalaman somatosensori yang 'disimulasikan', yang menunjukkan bahwa otak dapat menghasilkan perasaan ini secara internal, terlepas dari rangsangan eksternal langsung," sambungnya.
Psikolog menyebut kondisi ini dengan gatal psikogenik yang menggambarkan sensasi gatal tanpa penyebab fisik. Akan tetapi, tidak semua orang bisa merasakan gatal saat mereka memikirkan atau membicarakan serangga.
“Beberapa orang lebih cemas dan lebih waspada daripada yang lain,” kata ahli saraf yang berbasis di Jerman, Friederike Fabritius. “Jadi, jika kamu stres, gugup, atau cemas, kamu lebih mungkin mengalami gatal-gatal karena memikirkan atau membicarakan serangga," sambungnya. (H-3)
Perubahan iklim membuat serangga harus beradaptasi. Bagi yang bisa, mereka bertahan. Tapi bagi yang tidak, mereka akan punah.
Kalau dengar kata serangga, yang terlintas di benak orang biasanya semut, kecoa, atau nyamuk. Padahal serangga memegang peran kunci dalam hampir semua proses ekologi.
ANGGOTA Komisi IX DPR RI Alifudin menekankan bahwa usulan mengenai serangga sebagai lauk dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dikaji secara mendalam sebelum diterapkan.
Wacana penggunaan serangga seperti belalang dan ulat sagu dalam menu MBG hanya relevan untuk daerah tertentu yang memang memiliki tradisi mengonsumsinya.
Kepala Badan Gizi Nasional membantah akan memasukkan serangga seperti belalang dalam menu makan bergizi gratis (MBG)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved