Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kebersihan di lingkungan rumah sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Pernyataan tersebut merujuk pada laporan Noncommunicable Diseases Progress Monitor 2025 yang diterbitkan pada awal tahun ini.
Laporan itu bersamaan dengan kampanye internasional. Kampanye untuk memperkuat upaya penghapusan kanker serviks dengan menerapkan strategi pendekatan 90-70-90.
WHO dan International Agency for Research on Cancer (IARC) mencatat bahwa kanker serviks masih menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan perempuan, dengan lebih dari 660.000 kasus baru dan sekitar 350.000 kematian di seluruh dunia tahun 2022. Sekitar 94% dari kematian ini terjadi di negara-negara yang tergolong berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk wilayah Asia Tenggara dan Afrika. Kesenjangan dalam akses vaksinasi, skrining, dan sanitasi diidentifikasi sebagai faktor yang meningkatkan angka kematian tersebut.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa infeksi Human Namun, beberapa faktor tambahan seperti kebersihan diri yang kurang baik, kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan reproduksi, dan sanitasi rumah yang tidak memadai juga meningkatkan risiko infeksi tersebut.
WHO menekankan perubahan perilaku dalam keluarga, seperti menjaga kebersihan perlengkapan mandi dan toilet serta memberikan pendidikan seksual yang tepat sejak usia dini, bisa menjadi langkah pencegahan yang efektif.
Secara internasional, strategi untuk mengeliminasi kanker serviks berfokus pada tiga sasaran utama, yaitu 90% perempuan mendapatkan vaksin HPV pada usia 9–14 tahun, 70% perempuan menjalani skrining dua kali seumur hidup, serta 90% pasien dengan pra-kanker dan kanker invasif mendapatkan pengobatan yang sesuai dan tepat waktu.
Pada 2025, WHO mencatat bahwa lebih dari 144 negara telah memasukkan vaksin HPV ke dalam program imunisasi nasional, dengan peningkatan signifikan, terutama di Asia Tenggara, yang meningkat dari 8% pada 2023 menjadi 48% pada awal tahun 2025.
Di samping itu, WHO juga mendorong penggunaan inovasi berbasis teknologi dalam proses skrining dan pengobatan. Uji coba pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi lesi serviks di negara-negara berkembang, seperti Zimbabwe, menunjukkan hasil yang cukup positif. Inisiatif ini dianggap penting untuk menjangkau populasi perempuan yang masih memiliki akses terbatas ke dokter spesialis maupun fasilitas laboratorium.
Kebersihan keluarga secara langsung berkontribusi pada keberhasilan vaksinasi dan skrining. Edukasi dalam keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan organ genital, keterbukaan dalam pembahasan isu kesehatan reproduksi, serta peran ibu dalam mendampingi putri mereka saat vaksinasi. WHO menekankan pencegahan kanker serviks bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, juga berawal dari lingkungan kecil di rumah.
Tahun 2025 merupakan momen krusial untuk memastikan tercapainya target penghapusan kanker serviks secara global pada tahun 2030. Dengan meningkatkan edukasi keluarga dan memperbaiki kebersihan rumah, negara-negara berpenghasilan rendah memiliki kesempatan besar untuk secara signifikan menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.
WHO menegaskan bahwa perubahan perilaku sederhana dalam lingkungan rumah bisa menjadi perlindungan pertama bagi perempuan dari risiko kanker serviks. (WHO/IARC/Z-2)
Para ilmuwan di ETH Zurich kembangan alat di dalam pembalut menstruasi untuk mendeteksi biomarker penyakit, termasuk kanker ovarium.
Jumlah kasus prakanker serviks di Amerika Serikat menurun drastis hingga 80% sejak 2008 berkat program vaksinasi HPV.
Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta Norman Nugraha menyebut kasus stunting di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2024 mengalami penurunan sekitar 9,5% dari tahun 2023 yang mencapai 24%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved