Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Buku Tradisi Makan Siang Indonesia Diluncurkan di Ubud Food Festival 2025

Basuki Eka Purnama
01/6/2025 08:38
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia Diluncurkan di Ubud Food Festival 2025
Peluncuran buku bilingual Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya (Lunch Traditions in Indonesia: A Collection of Dishes and Displays), Sabtu (31/5) sore di ajang Ubud Food Festival 2025.(MI/HO)

SEBUAH perayaan hangat atas kekayaan kuliner Indonesia tersaji di Rumah Kayu, Ubud, dalam peluncuran buku bilingual Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya (Lunch Traditions in Indonesia: A Collection of Dishes and Displays), Sabtu (31/5) sore. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Ubud Food Festival 2025 yang mengusung tema Heritage.

Buku tersebut disunting oleh Amanda Katili Niode, dan merupakan hasil kolaborasi antara Omar Niode Foundation, Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia, dan Komunitas Food Blogger Indonesia, serta diterbitkan oleh Diomedia Publishing.

Peluncuran buku diawali oleh sambutan Undri, Direktur Promosi Kebudayaan di Kementerian Kebudayaan, di bawah Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan, yang mendukung upaya pelestarian budaya kuliner Nusantara.

Acara menghadirkan tiga narasumber utama, yaitu:

  • Amanda Katili Niode, editor buku dan pegiat keberlanjutan pangan,
  • Mei Batubara, tokoh pelestari budaya kuliner dan penulis prolog buku, serta
  • Harry Mangat, chef asal India dan pendiri Biji Dining, sebuah proyek pop-up dining nomaden.

Acara dipandu oleh Robby Bagindo dari Masak TV dan Tastemade, yang membuat suasana diskusi menjadi akrab namun menggugah. 

Para pembicara berbagi perspektif beragam tentang bagaimana makan siang di Indonesia bukan hanya soal isi piring, tetapi juga tentang nilai, tradisi, relasi sosial, dan perubahan zaman. 

Amanda, yang juga Ketua Omar Niode Foundation, menuturkan, “Buku ini bukan hanya kumpulan resep, melainkan potret kehidupan harian masyarakat Indonesia dari sudut pandang kuliner. Makan siang mencerminkan nilai kekeluargaan, kreativitas lokal, dan bahkan daya tahan budaya.” 

Ia juga menyebut buku At the Table karya Ken Albala, yang membahas makan malam di puluhan negara, dengan Amanda sebagai salah satu kontributor yang membahas Indonesia, sebagai inspirasi dalam memahami pentingnya budaya makan di berbagai belahan dunia.

Mei Batubara, yanf juga Direktur Eksekutif Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia, menggarisbawahi urgensi dokumentasi budaya kuliner sebagai warisan bangsa, sementara Chef Harry Mangat mengisahkan pengalamannya menjaga rasa makanan tradisional India warisan keluarganya. 

Melalui 40 tulisan dari 17 provinsi di 8 pulau, buku ini menyajikan potret kaya ragam kuliner Nusantara: dari papeda di Papua, soto Banjar di Kalimantan Selatan, hingga rujak cingur dari Jawa Timur. 

Resep turun-temurun, teknik memasak khas, pilihan wadah penyajian, dan cara menyantap—semuanya membentuk narasi yang menghidupkan kembali makna makan siang dalam keseharian.

Sambutan dari para tokoh pemerintah dan akademisi ternama, serta testimoni sejumlah praktisi kuliner, turut memperkaya dan menegaskan pentingnya dokumentasi budaya makan siang ini.

Peluncuran buku tersebut mendapat sambutan hangat dari para pengunjung Ubud Food Festival yang hadir, termasuk komunitas penulis, pencinta kuliner, hingga anak muda yang tertarik pada pelestarian budaya pangan. (Ant/Z-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya