Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
INDONESIA Corruption Watch (ICW) mencatat ada empat permasalahan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Peneliti ICW Dewi Anggraeni, dalam rilis,dikutip Jumat (25/4), menegaskan terkait masalah pertama yakni pengelolaan anggaran. Dengan terungkap dugaan penggelapan dalam penyaluran anggaran MBG, mitra dapur MBG di Kalibata, Jakarta Selatan, terpaksa tutup lantaran merugi hampir Rp 1 milyar. Itu akibat tidak menerima biaya dari Yayasan MBN.
Masalah kedua, menurut ICW yakni penyaluran anggaran proyek MBG. Anggaran MBG disalurkan melalui skema bantuan pemerintah. Sementara dalam Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 132/PMK.05/2021 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga. anggaran MBG seharusnya langsung kepada masyarakat penerima manfaat. Tetapi, menurut ICW anggaran tersebut dikirimkan ke mitra MBG.
Aturan itu, ujar Dewi, ditegaskan dalam Pasal 24 Permenkeu 132/2021 yang menyebut pemberian bantuan sarana/prasarana dapat diberikan dalam bentuk uang atau barang. Apabila bantuan dalam bentuk uang, sesuai Pasal 25 ayat (3) Permenkeu 132/2021, pemberiannya dilakukan secara langsung dari rekening kas negara ke rekening penerima bantuan.
"Penyaluran anggaran lewat skema bantuan juga membuka celah praktik korupsi," ucapnya.
Masalah ketiga, adanya ketimpangan layanan dan kualitas makanan yang buruk. ICW menyoroti bahwa ada perbedaan alat makan di sekolah-sekolah yang mendapat program MBG. Sebagian sekolah menerima makanan dengan wadah berbahan stainless steel yang aman dan layak pakai. Sementara, sekolah lainnya menggunakan wadah berbahan plastik tipis yang berpotensi mengandung bahan kimia berbahaya apabila digunakan untuk makanan panas.
Lalu, menyoroti kualitas makanan. Dari temuan, menurut ICW ada siswa di sekolah disajikan telur rebus tidak layak dikonsumsi.
Keempat atau terakhir, mengenai proses pembentukan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI). Menurut ICW tidak transparan.
"Mengacu pada hal-hal di atas, Presiden Prabowo harus menunjukkan tanggung jawabnya dengan menghentikan proyek MBG," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana meminta agar sisa Makanan Bergizi Gratis (MBG) dibersihkan di Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG). Hal itu ada kaitannya dengan dugaan keracunan makanan yang dialami siswa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Menurut Dadan, sisa makanan dapat menyebabkan keracunan. Dugaan itu akan dicek di laboratorium untuk mengetahui penyebab siswa keracunan saat menerima makanan dari MBG.
"Jadi kita menambah SOP bahwa sisa makanan itu tidak boleh dibersihkan di sekolah, harus dibawa ke SPPG," ujar Kepala BGN Dadan Hindayana di Jakarta, Kamis (24/4).
Dadan juga meminta agar wadah makan tidak menggunakan wadah plastik. Ia menegaskan bahwa pihaknya selalu melakukan evaluasi setelah program MBG tersalurkan. Tujuannya untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan serta meminimalkan zero incident. (Ant/H-4)
Para kandidat pemimpin Jakarta belum menunjukkan gagasan dan rencana mereka untuk melawan korupsi.
Egi mengungkapkan para kandidat yang terkait kasus korupsi meliputi tersangka, terdakwa, terpidana, saksi, terlapor, dan yang disebut dalam persidangan.
ICW ungkap dari 103 pasangan calon (paslon) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024, rata-rata menerima dana sumbangan untuk kampanye sebesar Rp3,8 miliar.
"Ada kurang lebih 20 pertanyaan yang disampaikan tadi, semua sudah terjawab. Seperti menghadapi situasi itu,"
Dewi juga meminta agar seluruh pihak bisa transparan mengusut kasus ini. Perkara bansos, kata dia memang selalu ada masalah karena banyak pihak tidak mau transparan.
ICW menyebut perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan Singapura yang mulai berlaku perlu diikuti pemetaan ulang pelaku koruptor yang buron ke luar negeri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved