Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
KECERDASAN buatan (AI) kini telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari kita. Selama ini, dokter telah menggunakan komputer untuk menandai kejanggalan dalam gambar medis.
Namun, penelitian terkini menunjukkan bahwa AI mungkin dapat mendeteksi kanker dalam mammogram atau pencitraan payudara lainnya yang mungkin tidak terdeteksi oleh ahli radiologi berpengalaman sekalipun.
AI juga memiliki kemampuan untuk memprediksi individu yang paling berisiko mengembangkan kanker payudara berdasarkan hasil pemeriksaan mammogram.
Kemampuan AI menunjukkan potensi yang signifikan dalam membantu ahli radiologi untuk mendeteksi jaringan kanker lebih cepat dan akurat, serta mempelajari risiko kanker payudara secara individu.
AI beroperasi dengan meniru perilaku manusia—seperti kemampuan untuk belajar dan mengambil tindakan.
Pengembang kecerdasan buatan melatih komputer untuk mengenali pola dari sejumlah besar data. Setelah program dilatih, ia mampu mengevaluasi data baru dan membuat prediksi sendiri.
Dalam proses pelatihan AI untuk membaca mammogram, teknisi akan memasukkan informasi dari ratusan ribu hingga jutaan mammogram. Perangkat lunak AI tersebut kemudian membuat representasi matematis mengenai ciri-ciri mammogram normal dan yang menunjukkan adanya kanker. AI akan memeriksa setiap gambar untuk menentukan perbedaan antara yang normal dan yang abnormal.
Seiring program ini terpapar pada lebih banyak gambar mammogram, ia dapat belajar secara bertahap (dikenal sebagai pembelajaran mesin) dan menjadi lebih akurat, sebagaimana dijelaskan oleh Amy K. Patel, MD, seorang ahli radiologi payudara dan direktur medis di The Breast Care Center, Liberty Hospital, Missouri.
Menurut National Cancer Institute, sekitar 20% kanker payudara tidak terdeteksi oleh pemeriksaan mammogram. Namun, sistem AI tampaknya mampu mengidentifikasi tanda-tanda awal kanker yang sangat halus yang mungkin terlewatkan oleh pemeriksaan manusia.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Lancet Oncology mengungkapkan bagaimana para peneliti menggunakan AI untuk membantu skrining mammogram pada lebih dari 80. 000 wanita di Swedia.
Dalam penelitian ini, setengah dari wanita menjalani mammogram yang dianalisis oleh AI sebelum diperiksa oleh seorang ahli radiologi, sedangkan setengah lainnya diperiksa oleh dua ahli radiologi.
Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang menggunakan AI berhasil mendeteksi 20% lebih banyak kasus kanker dibandingkan kelompok yang hanya diperiksa oleh ahli radiologi.
Meskipun hasil ini menggembirakan, diperlukan lebih banyak uji klinis untuk memastikan bahwa sistem AI aman dan dapat diandalkan sebagai pembaca mammogram kedua atau ketiga, selain peran ahli radiologi.
Penting untuk diingat bahwa akurasi AI sangat bergantung pada informasi yang digunakan dalam proses pelatihan. Jika data yang digunakan kurang bervariasi, maka sulit untuk menjamin bahwa sistem AI akan efektif untuk semua individu. (BreastCancer/Z-1)
BANYAK pasien kanker mengeluhkan rasa lelah luar biasa yang tak kunjung hilang, meski sudah cukup tidur dan beristirahat atau kelelahan akibat kanker
Berdasarkan data Indonesian Pediatric Cancer Registry, tercatat sebanyak 6.623 kasus kanker pada anak selama kurun waktu 2020 hingga 2024.
Perlunya kolaborasi menyeluruh dalam membangun ekosistem layanan kanker payudara yang lebih manusiawi, menyentuh aspek medis, dan psikososial.
Para ilmuwan mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang merevolusi imunoterapi kanker.
Menurut data GLOBOCAN 2022, Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia.
Penelitian terbaru menunjukkan kombinasi radioterapi dan imunoterapi dapat “membangunkan” tumor paru-paru yang sebelumnya kebal pengobatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved