Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
REMAJA umumnya biasanya mengonsumsi gula dalam jumlah di atas batasan yang diajunjurkan per hari. Berdasarkan American Heart Association, remaja mengonsumsi 34 sendok teh untuk kelompok usia 14 hingga 18 tahun, dibandingkan dengan 22 sendok teh untuk orang dewasa. Ada rekomendasi yang diberikan lembaga itu, yakni tidak lebih dari enam sendok teh setiap hari untuk wanita dan tidak lebih dari sembilan sendok teh untuk pria. Sebab, gula menyebabkan sejumlah konsekuensi kesehatan yang negatif bagi orang dewasa dan remaja. Demikian dikutip dari Healthfully.
Gangguan Kesehatan
Meskipun Anda mungkin lebih mengenal sukrosa, atau gula meja, ada banyak jenis gula lain yang ditambahkan ke makanan dengan nama yang mungkin tidak langsung Anda kenali: nektar agave, gula tebu, sirup jagung, dekstrosa, sari tebu yang diuapkan, fruktosa, laktosa, maltosa, molase, dan pemanis jagung, dan masih banyak lagi.
Menurut Nancy Appleton, Ph.D., seorang ahli gizi klinis dan penulis "Lick the Sugar Habit," ada 146 cara gula memengaruhi kesehatan Anda. Beberapa di antaranya termasuk hiperaktif, kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, dan rewel pada anak-anak. Gula juga berkontribusi terhadap alergi makanan, berkurangnya pertahanan terhadap infeksi bakteri, peningkatan kolesterol, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Waspadai Gula Tambahan
Anda mungkin lebih mengenal sukrosa, atau gula meja, ada banyak jenis gula lain yang ditambahkan ke makanan yang namanya mungkin tidak langsung Anda kenali: nektar agave, gula tebu, sirup jagung, dekstrosa, sari tebu yang diuapkan, fruktosa, laktosa, maltosa, molase, dan pemanis jagung, dan masih banyak lagi.Menurut Nancy Appleton, Ph.D., seorang ahli gizi klinis dan penulis "Lick the Sugar Habit," ada 146 cara gula memengaruhi kesehatan Anda.
Terkadang orang tidak merasakan kalori dalam minuman dengan cara yang sama seperti yang mereka rasakan dalam makanan padat. Banyak orang menganggap jus lebih sehat daripada soda karena mengandung vitamin, tetapi jus juga mengandung gula tersembunyi dalam jumlah besar. Para peneliti di Rumah Sakit Anak di Boston mempelajari dua kelompok remaja selama enam bulan.
Satu kelompok terus minum minuman yang sama seperti sebelumnya -- porsi harian Cola, Gatorade, dan minuman manis lainnya. Kelompok lain mengganti soda, jus, dan minuman berenergi dengan air minum kemasan dan soda diet yang dimaniskan secara artifisial. Sepertiga remaja terberat yang minum minuman bebas kalori menunjukkan penurunan indeks massa tubuh yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Remaja ini juga kehilangan sekitar 1 pon per bulan tanpa perubahan perilaku lainnya.
Terkadang orang tidak merasakan kalori dalam minuman dengan cara yang sama seperti yang mereka rasakan dalam makanan padat.
Satu kelompok terus minum minuman yang sama seperti sebelumnya -- porsi harian Coke, Gatorade, dan minuman manis lainnya.
Sebuah penelitian Norwegia, yang diterbitkan dalam "American Journal of Public Health" Oktober 2006, mensurvei lebih dari 5.000 remaja berusia 15 dan 16 tahun tentang kebiasaan mereka terkait konsumsi soda. Survei tersebut juga menanyakan kepada mereka pertanyaan yang terkait dengan kesehatan mental, hiperaktivitas, dan tekanan. Para peneliti menemukan remaja yang melewatkan sarapan dan makan siang adalah beberapa konsumen soda terberat.
Konsumsi minuman ringan yang tinggi dikaitkan dengan hiperaktivitas, dengan remaja yang mengonsumsi empat atau lebih minuman ringan setiap hari mengalami gejala kesehatan mental terburuk. Otoritas kesehatan di Norwegia merekomendasikan agar hanya 10 persen kalori harian berasal dari gula, tetapi setidaknya 25 persen remaja laki-laki Norwegia mengonsumsi gula dalam jumlah tersebut dari minuman ringan saja.
Sebuah studi Norwegia, yang diterbitkan dalam "American Journal of Public Health" Oktober 2006, mensurvei lebih dari 5.000 remaja berusia 15 dan 16 tahun tentang kebiasaan mereka terkait konsumsi soda. (H-3)
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menyebut 96% orang Indonesia sering mengomsumsi produk manis karena rasanya enak; 91% mudah didapat;dan 79,3% beralasan murah.
Dokter spesialis anak dan konsultan gizi Yoga Devaera menyoroti pengaruh lingkungan dan kebiasaan dalam membentuk preferensi anak terhadap rasa manis.
Tanpa disadari, kandungan gula yang tinggi dalam asupan harian dapat menimbulkan masalah kesehatan, terutama pada gigi.
Makanan dan minuman manis harus dijauhi, setidaknya dibatasi, oleh seseorang yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes melitus atau kencing manis.
Di Indonesia, batasan asupan gula harian pada orang dewasa adalah maksimal 50 gram atau empat sendok makan per hari.
Pada pasien pradiabetes atau diabetes, kata Ngabila, konsumsi makanan dan minuman manis dari gula putih, gula merah, kecap hingga gula jagung harus dikurangi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved