Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Virus HMPV Ditemukan Sejak 2001, Penelitiannya di Indonesia masih Terbatas

Ihfa Firdausya
17/1/2025 23:17
Virus HMPV Ditemukan Sejak 2001, Penelitiannya di Indonesia masih Terbatas
ilustrasi(FREEPIK.COM)

PENELITI Ahli Madya Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Telly Purnamasari Agus mengatakan bahwa Human Metapneumovirus (HMPV) bukanlah virus baru.  Virus itu pertama kali ditemukan pada 2001 oleh ilmuwan virologi dari sampel pasien yang menderita penyakit saluran pernapasan.

Secara global, kata Telly, penelitian tentang HMPV sudah berlangsung lama. Di luar negeri, riset mencakup studi epidemiologi, klinis, dan pengembangan vaksin, meskipun hingga kini vaksin HMPV belum tersedia.

Penelitian di negara-negara seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia menunjukkan bahwa HMPV adalah salah satu penyebab utama infeksi saluran napas berat setelah TBC. Sebagian besar anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi saluran napas diketahui terinfeksi HMPV.

Namun di Indonesia, penelitian mengenai HMPV masih terbatas. Menurut Telly, terdapat peluang besar untuk mengembangkan riset dalam berbagai aspek.

“Kita perlu meneliti faktor risiko, prognosis, hingga pola penyebarannya dengan mempertimbangkan karakter geografi Indonesia. Selain itu, penelitian klinis terkait efektivitas terapi simptomatik atau pengembangan obat dan vaksin sangat diperlukan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (17/1).

Oleh karena itu, Telly menyoroti pentingnya penelitian terkait HMPV di Indonesia. Menurutnya, penelitian ini masih sangat minim.

“Kita perlu mengetahui apakah subtipe HMPV yang beredar di Indonesia adalah tipe A, tipe B, atau bahkan ada mutasi baru. Penelitian ini akan membantu kita mengidentifikasi faktor risiko dan merancang langkah pencegahan yang lebih efektif,” ujarnya.

Maka dari itu, Telly juga menjelaskan bahwa penelitian kolaboratif antara fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit dengan unit penelitian (CRU) dan peneliti BRIN dapat menjadi langkah strategis untuk memahami lebih jauh tentang HMPV. Ia pun mendorong adanya kolaborasi antara BRIN dan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, untuk mendalami penelitian HMPV. 

“Potensi penelitian masih sangat luas, termasuk dampak ekonomi dan psikososialnya. Ini peluang besar bagi peneliti di Indonesia untuk berkontribusi,” katanya.

Terkait vaksin, Telly menyebutkan bahwa saat ini belum ada vaksin khusus HMPV yang dikembangkan di Indonesia. Namun, ia optimistis bahwa BRIN dapat memimpin upaya ini.

“Belajar dari pengembangan vaksin covid-19, kita bisa mempercepat prosesnya jika ada dukungan dan kolaborasi yang kuat. Selain vaksin, pengembangan alat diagnostik seperti rapid test juga diperlukan agar daerah terpencil dengan fasilitas kesehatan terbatas dapat mendeteksi HMPV secara cepat,” pungkasnya. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya