Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Green Amarta

Ono Sarwono
19/1/2025 05:00
Green Amarta
Ono Sarwono Penyuka Wayang(MI/Ebet)

PERNYATAAN Presiden Prabowo Subianto agar jangan takut deforestasi serta menyamakan sawit dengan tumbuhan hutan karena daunnya sama-sama hijau dan menyerap karbon menuai kritik. Kepala Negara dinilai tak paham hutan.

Menurut pakar, hutan itu bukan hanya persoalan karbon, melainkan juga harmonisasi alam. Hutan dengan aneka pohon tidak mungkin tergantikan dengan tanaman sawit yang monokultur. Hutan juga rumah berbagai satwa liar, menjaga air, dan lain-lainnya.

Dalam cerita pakeliran, Astina dikenal sebagai negara yang mampu melestarikan hutan mereka. Namun, belakangan, sejak Duryudana berkuasa, terjadi deforestasi gila-gilaan. Demi duit (ekonomi) semata, rezim Kurawa tiada henti membabati hutan.

Kebijakan ngawur Kurawa itu menjadi pelajaran Pandawa ketika membuka Hutan Wanamarta untuk membangun Amarta. Putra mendiang Raja Astina Prabu Pandu Dewanata tidak semena-mena membabati sehingga keseimbangan alam terjaga.

 

Nasihat Kunti

Alkisah, Pandawa menghadapi masalah masa depan mereka yang tidak menentu karena terusir dari Istana Astina tak lama setelah ayah mereka meninggal. Hak mereka atas takhta sebagai ahli waris dirampas Kurawa, kakak sepupu mereka, atas skenario Sengkuni.

Drestarastra, ayah Kurawa, tak tega melihat kondisi keponakannya sebagai akibat kejahatan anak-anaknya. Lewat hak prerogatifnya, Pandawa diberi lahan belantara Wanamarta, bagian dari kedaulatan Astina, agar didirikan tempat tinggal.

Tentu tidak mudah bagi Pandawa membangun rumah, apalagi harus membabati hutan belantara. Mereka tidak punya pengalaman dan ilmu untuk itu. Sejak kecil hingga dewasa hidup di istana. Namun, mereka punya modal, yaitu jiwa kesatria.

Kunti Talibrata ialah ibu sekaligus orangtua tunggal yang mendidik, mengasuh, dan membesarkan mereka. Putra-putranya digulawentah dan hati mereka dibersihkan agar tidak menyimpan dendam dan bermusuhan dengan Kurawa meski dijahati.

Pandawa pun diwanti-wanti jangan sampai bertikai dengan Kurawa berebut takhta Astina. Direlakan saja hak mereka itu. Karena itu, ketika diberi lahan Wanamarta, Pandawa menyambutnya sebagai jalan merajut masa depan tanpa mengganggu Kurawa.

Bratasena, anak kedua, sempat mengungkapkan kejengkelannya kepada Kurawa. Bukan karena telah merampas hak Pandawa sebagai ahli waris takhta Astina, melainkan sebab rezim Duryudana juga merusak Astina. Hutan-hutan dibabati untuk berfoya-foya.

Kunti memperingatkan Pandawa tidak berperilaku seperti Kurawa. Jangan gegabah memanfaatkan kekayaan alam, termasuk hutan, karena itu milik rakyat. Membuka lahan harus sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan.

Dengan berbekal rekomendasi Kunti, Pandawa mengumpulkan para ahli kehutanan, pakar ekologi, dan lainnya. Mereka diajak berdiskusi secara mendalam terkait dengan rencana pembukaan hutan. Para ahli itu ialah mantan staf khusus Pandu ketika berkuasa.

Mereka kehilangan pekerjaaan, terbuang karena diabaikan Kurawa. Jadi, ketika Pandawa mengajak bergabung, para pakar merasa terhormat. Semua membantu membangun peradaban baru di Wanamarta yang lebih baik dan prolingkungan.

 

Negara siluman

Puntadewa sebagai sulung sekaligus kepala proyek mengawasi proses pembabatan hutan yang dipimpin adiknya, Bratasena. Pembukaan lahan benar-benar berbasis kajian ilmiah sehingga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

Lahan yang dijadikan tempat istana tidak kehilangan wajah hutannya. Artinya masih banyak pohon dan ditata rapi dengan mempertimbangkan aspek estetika sehingga kawasan tersebut bukan hanya tetap hijau, melainkan juga asri.

Namun, tanpa diduga, upaya Pandawa mendapat hambatan. Banyak bala yang tiba-tiba kerasukan sehingga butuh perawatan. Bratasena pun mendadak kehilangan tenaga dan kekuatan, raganya terasa ada yang meringkus.

Selain itu, pohon yang sudah ditebang berdiri lagi. Bangunan-bangunan yang didirikan ambruk berantakan tanpa diketahui apa penyebabnya. Suasana tintrim (mencekam) di mana-mana dan membuat siapa saja giris (takut).

Semar sebagai pamong mengerti apa yang terjadi. Ia menganjurkan Pandawa tidak melihat dengan mata semata, tapi lewat batin. Puntadewa memerintahkan Arjuna menguak apa sesungguhnya yang menjadi penghalang.

Arjuna bersemedi dengan didahului ‘berwudu’ dengan minyak jayengkaton, ajian pemberian gurunya, Resi Wilawuk. Seketika ia melihat banyak siluman dengan penuh amarah menghancurkan apa pun yang dibangun Pandawa.

Merekalah yang merasuki bala Pandawa serta mengerangkeng Bratasena. Dengan kesaktiannya, Arjuna melepaskan penderitaan kakak serta para balanya. Ia lalu menyerang dan mengalahkan siluman yang mengeroyok.

Arjuna lalu melaporkan semuanya kepada Puntadewa. Hutan Wanamarta ternyata negara siluman dengan istana sangat megah. Rajanya bernama Prabu Yudhistira dan memiliki empat saudara, yaitu Dandunwacana, Parta, Nakula, dan Sadewa.

Puntadewa kemudian sowan menemui Yudhistira. Di hadapan raja jin dan segenap nayapakraja, putra sulung Pandu itu memperkenalkan diri dan meminta maaf bila Pandawa lancang membabati hutan. Itu semata disebabkan tidak tahu keberadaan mereka.

Yudhistira mengungkapkan sesungguhnya dirinya dan saudara serta bala siluman hanya menjalankan perintah Bathara Indra menjaga Wanamarta. Tugas itu berakhir bila telah datang lima kesatria yang dikenal dengan keluarga Pandawa.

 

Berdasar konstitusi

Inilah saatnya Wanamarta diserahkan kepada Pandawa. Selain itu, dirinya dan saudara serta seluruh siluman membantu mewujudkan cita-cita. Seketika belantara Wanamarta berubah wujud menjadi negara yang diberi nama Amarta.

Istananya semegah tempat tinggal Bathara Indra, yaitu Kahyangan Kaindran, Oleh karenanya, Amarta juga disebut Indraprastha. Nama penguasa siluman dan empat saudaranya dijadikan nama tambahan Puntadewa dan empat adiknya.

Eloknya, Amarta mewujud sesuai dengan konsep Pandawa yang dibuat bersama para staf ahlinya. Negara yang berwawasan lingkungan. Hutan terjaga dan lestari, aneka satwa endemik terpelihara dengan baik, ketersediaan air melimpah.

Selanjutnya Pandawa mengelola negara dengan berpedoman pada konstitusi bahwa kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya