Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Impor Sapi Perah untuk MBG, Pakar UGM Pertanyakan Kesiapan Lahan dan Pakan Ternak

Agus Utantoro
17/1/2025 08:23
Impor Sapi Perah untuk MBG, Pakar UGM Pertanyakan Kesiapan Lahan dan Pakan Ternak
Ilustrasi sapi perah.(Dok. Antara)

UNTUK MEMENUHI kebutuhan susu sebagai komponen Makan Bergizi Gratis (MBG), pemerintah berencana akan mengimpor 200.000 ekor sapi perah. Sapi-sapi perah tersebut akan didatangkan ke Indonesia melalui 160 perusahaan. Namun, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Widodo, mempertanyakan kesiapan dan keseriusan pemerintah.

Widodo justru meminta pemerintah untuk menyusun perencanaan dengan matang sehingga impor sapi perah tersebut selain dapat berjalan dengan baik, juga akan daoat dipelihara dengan baik.

"Pemerintah perlu melakukan perencanaan yang matang untuk aspek teknis dan juga kehati-hatian dalam rangka mengantisipasi penyebaran penyakit baru dan resiko menurunnya produktivitas susu sapi," katanya di kampus UGM, Kamis, (16/1).

Sebab, katanya, di tengah melonjak kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), tidak menutup kemungkinan akan menambah tingkat penyebaran. Bahkan ujarnya, ternak yang sudah terkena PMK berisiko tidak akan produktif  kembal.

“Jangan sampai nambah penyakit. Jika sudah menyerang akan menjadi berat. Sehingga diperlukan adanya kehati-hatian,” kata Widodo dalam keterangannya kepada wartawan.

Sapi perah yang diimpor, katanya sebaiknya harus melalui proses karantina yang ketat agar tidak lagi mendatangkan virus atau bahkan mungkin mendatangkan penyakit baru. “Saat ini dunia sedang ditakutkan dengan adanya penularan virus yang aslinya datang pada binatang dan kemudian menular pada manusia,” katanya.

Selama proses karantina yang ketat, Widodo menegaskan pihak perusahaan importir juga perlu mendatangkan pakan hijauan yang berkualitas yang berasal dari lahan yang sudah disiapkan sebelumnya.“Sapi perlu makanan, hijauan mereka siap nggak lahannya? untuk seratus ekor sapi berapa dihitungnya lahannya? Untuk seratus ribu berapa? Untuk satu juta berapa? Jadi kadang program pemerintah itu reasoningnya masuk tapi bombastis. Saya sebagai sebagai akademisi harus jujur dalam program ini ada manfaatnya asal ditata, disusun, dan direncanakan secara rasional,” paparnya.

Widodo sepakat dengan kebijakan impor susu sapi perah untuk kebutuhan susu gratis namun harus didukung dengan ketersediaan lahan bagi sapi untuk mensuplai pakan hijauan dan pakan konsentrat lainnya. “Perlu perencanaan yang matang dan jangan sampai membawa penyakit dari luar apalagi lahan buat sapinya tidak ada,” katanya. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya