Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Akademisi UGM Kritisi Rencana Pemerintah Impor Sapi Perah untuk MBG

Ardi Teristi Hardi
16/1/2025 13:47
Akademisi UGM Kritisi Rencana Pemerintah Impor Sapi Perah untuk MBG
Aktivitas pedagang daging sapi di Pasar Jatinegara, Jakarta.(MI/Usman Iskandar.)

AKADEMISI Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Widodo mengkritis rencana pemerintah mengimpor 200 ribu sapi perah dalam rangka memenuhi kebutuhan susu untuk program Makan Bergizi Gratis atau MBG. Impor sapi perah tersebut disebut akan dilakukan lewat 160 perusahaan hingga akhir tahun mendatang..

"Perencanaan matang sangat penting untuk aspek teknis dan juga kehati-hatian dalam rangka mengantisipasi penyebaran penyakit baru dan resiko menurunnya produktivitas susu sapi," kata dia, Kamis (16/1).

Di tengah melonjak kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), lanjut dia, impor sapi perah tidak menutup kemungkinan akan menambah tingkat penyebaran. Bahkan ternak yang sudah terkena PMK berisiko tidak akan produktif  kembali.

“Jangan sampai nambah penyakit. Jika sudah menyerang, (penanganannya) akan menjadi berat sehingga diperlukan adanya kehati-hatian,” kata Widodo.

Menurutnya, sapi perah yang diimpor sebaiknya harus melalui proses karantina yang ketat agar tidak lagi mendatangkan virus atau bahkan mungkin mendatangkan penyakit baru. 

“Saat ini dunia sedang ditakutkan dengan adanya penularan virus yang aslinya datang pada binatang dan kemudian menular pada manusia,” lanjut dia.

Selama proses karantina yang ketat, Widodo menegaskan pihak perusahaan importir juga perlu mendatangkan pakan hijauan yang berkualitas yang berasal dari lahan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Peternak yang akan memelihara sapi tersebut juga harus siap, misalnya, lahan  untuk tempat sapi tersebut diternakkan dan makanannya. "Sapi perlu makanan, hijauan mereka siap nggak lahannya? untuk seratus ekor sapi berapa dihitungnya lahannya? Untuk seratus ribu berapa? Untuk satu juta berapa?" lanjut dia. 

Ia menyebut, program pemerintah itu alasan impor masuk, tetapi bombastis. "Saya sebagai sebagai akademisi harus jujur dalam program ini ada manfaatnya asal ditata, disusun, dan direncanakan secara rasional,” paparnya.

Ia menyebut, beberapa hal yang perlu disiapkan, misalnya, ketersediaan lahan bagi sapi untuk mensuplai pakan hijauan dan pakan konsentrat lainnya. “Perlu perencanaan yang matang dan jangan sampai membawa penyakit dari luar apalagi lahan buat sapinya tidak ada,” tutup dia. (H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya