Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Infestasi Kutu di Telinga Sebabkan Nyeri Mendadak pada Perempuan Nepal

Thalatie K Yani
15/1/2025 14:05
Infestasi Kutu di Telinga Sebabkan Nyeri Mendadak pada Perempuan Nepal
Seorang perempuan berusia 21 tahun di Nepal mengalami nyeri tajam, kehilangan pendengaran, dan pusing akibat infestasi kutu di saluran telinganya.(freepik)

SEORANG perempuan mengalami nyeri mendadak di telinga, kehilangan pendengaran, dan pusing yang ternyata disebabkan infestasi kutu di saluran telinganya.  

Perempuan berusia 21 tahun asal Dharan, Nepal, merasakan nyeri menusuk di telinga kanan, disertai penurunan pendengaran progresif, vertigo, mual, dan tinitus (denging di telinga). Gejala ini muncul tiba-tiba sekitar seminggu sebelum ia menjalani pemeriksaan, menurut laporan kasus yang diterbitkan pada 7 Januari di Journal of Medical Case Reports.  

Dokter di Institut Ilmu Kesehatan B.P. Koirala, Dharan, menemukan saluran telinga kanan pasien mengalami kemacetan dan peradangan. Tes pendengaran menunjukkan kehilangan pendengaran berat hingga sangat parah, menandakan kerusakan pada saraf yang bertugas mendeteksi suara.  

Setelah pemeriksaan lebih mendalam, ditemukan benda asing yang terjebak di kulit telinga bagian dalam perempuan tersebut, yang ternyata adalah kutu mati.  

"Kasus ini menyoroti pentingnya penilaian klinis dan perawatan yang cepat dalam kasus infestasi kutu pada telinga," tulis para penulis studi. 

Mereka menambahkan infestasi semacam itu dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kehilangan pendengaran permanen dan kelumpuhan wajah, karena air liur kutu dapat mengandung racun yang merusak saraf.  

Rasa sakit yang dialami pasien kemungkinan besar bukan disebabkan oleh kutu itu sendiri, melainkan oleh enzim dalam air liur kutu yang memicu peradangan. Peradangan ini dapat menyebabkan labirinitis akut, infeksi telinga bagian dalam yang memengaruhi keseimbangan serta menyebabkan mual dan tinitus, menurut British Medical Journal.

Dokter berhasil "melepaskan dengan hati-hati" kutu mati dari telinga perempuan tersebut menggunakan alat hisap dan penjepit. Mereka juga meresepkan obat antiinflamasi. Satu bulan setelah prosedur, semua gejala pasien sembuh sepenuhnya.  

Meskipun jarang, infestasi kutu di telinga dapat sangat berbahaya.  

"Kutu melepaskan neurotoksin yang menghambat asetilkolin," sebuah zat kimia yang penting untuk kontrol otot, tulis para dokter. Gangguan pada asetilkolin ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan atau kelumpuhan.  

Secara umum, kutu dapat menyebarkan berbagai penyakit, termasuk penyakit Lyme dan virus Powassan yang berpotensi fatal. Untuk mencegah gigitan kutu di daerah yang berisiko, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan langkah-langkah berikut:  

  • Hindari area berhutan dan semak-semak dengan rumput tinggi dan tumpukan daun, terutama dengan kulit yang terbuka.  
  • Gunakan pakaian dan peralatan yang telah diberi insektisida permethrin atau penolak serangga yang terdaftar oleh EPA, seperti DEET.  
  • Tutupi kulit dengan pakaian berwarna terang dan masukkan celana ke dalam kaus kaki saat berjalan di area yang mungkin terdapat kutu.  

Setelah melakukan aktivitas luar ruangan di area berisiko, periksa diri Anda dan hewan peliharaan untuk memastikan tidak ada kutu. Selain itu masukkan pakaian ke dalam pengering pada suhu tinggi sebelum mencucinya, dan mandi segera setelah masuk ke dalam ruangan, tambah CDC.  

Kutu cenderung mencari area hangat di tubuh, seperti selangkangan, ketiak, atau rambut di kepala. Meskipun jarang ditemukan di area sekitar telinga, hal ini bukan sesuatu yang mustahil. Pada 2019, seorang anak laki-laki berusia 9 tahun di Connecticut mengalami dengungan di telinganya setelah kutu terjebak di gendang telinganya, menurut laporan kasus yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine. (Live Science/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya