Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SIAPA yang tak tahu membaca itu bermanfaat? Aktivitas sederhana ini memiliki dampak yang luar biasa bagi otak dan tubuh kita.
Lebih dari sekadar mengisi waktu luang, membaca buku bisa meningkatkan fungsi otak, memperbaiki daya ingat, dan menjaga otak agar tetap aktif seiring bertambahnya usia. Bahkan, dengan kebiasaan membaca yang teratur, kita bisa menurunkan kemungkinan terkena Alzheimer.
Semua manfaat ini membuat buku terasa seperti jendela ajaib ke dunia yang lebih cerdas, tetapi ada satu pertanyaan penting yang kini mencuat apakah semua cara membaca memberikan manfaat yang sama?
Di dunia modern ini, kita terjebak dalam pilihan buku kertas atau e-reader? Buku kertas memiliki pesonanya sendiri kehangatan kertas yang kita sentuh, aroma tinta yang khas, serta kenyamanan membuka lembar demi lembar.
Sedangkan e-reader dengan kepraktisannya yang ringkas dan fleksibilitas dalam membawa banyak buku sekali jalan, jelas menawarkan kemudahan. Meskipun begitu, penelitian ilmiah terbaru mulai menunjukkan bahwa untuk memperoleh manfaat maksimal dalam hal kesehatan otak, buku kertas lebih unggul.
Buku bukan hanya sekadar cerita atau informasi. Mereka adalah alat latihan otak yang sangat efektif. Membaca secara teratur dapat memperlambat penurunan fungsi memori yang alami seiring bertambahnya usia.
Penelitian yang dilakukan ahli saraf di Universitas Emory di Atlanta menemukan membaca novel yang seru dapat merangsang konektivitas otak dan membuat perubahan dalam cara otak kita terhubung dengan berbagai bagian. Menariknya, perubahan ini tidak hanya sesaat, tetapi bisa berlangsung hingga lima hari setelah membaca.
Ada satu hal yang menarik perhatian dalam sebuah studi dari Universitas Stavanger, Norwegia. Penelitian ini menemukan orang yang membaca buku menggunakan e-reader, seperti Kindle, memiliki ingatan yang lebih buruk tentang urutan kejadian dalam cerita dibandingkan mereka yang membaca buku cetak. Hal ini bisa dijelaskan oleh keterlibatan indra kita yang kurang maksimal ketika membaca menggunakan e-reader.
Buku cetak melibatkan lebih banyak indra, termasuk indra peraba dan visual, yang membantu otak kita membangun gambaran mental yang lebih jelas tentang cerita.
Buku cetak juga memberikan petunjuk visual yang lebih kuat tentang di mana kita berada dalam cerita, seperti ketebalan halaman yang kita pegang. Sensasi membalik halaman memberikan rasa kemajuan yang mendalam, dan kemampuan untuk dengan mudah kembali ke halaman sebelumnya untuk merujuk kembali menjadikan pengalaman membaca lebih intens dan mendalam. Semua ini berperan dalam meningkatkan daya ingat jangka panjang.
Selain manfaat untuk otak, membaca buku juga bisa meningkatkan kualitas tidur kita. Di dunia yang semakin tergantung pada perangkat digital, kita sering kali lupa betapa pentingnya melepaskan diri dari layar sebelum tidur. Cahaya biru yang dipancarkan oleh ponsel, komputer, dan tablet bisa mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur kita. Akibatnya, tidur menjadi lebih sulit dan kualitas tidur pun menurun.
Membaca buku cetak dapat memberi sinyal ke tubuh bahwa saatnya untuk tidur. Tanpa gangguan cahaya biru dari layar, membaca buku kertas memberi efek menenangkan yang bisa membantu tubuh dan pikiran kita bersiap untuk tidur yang lebih nyenyak.
Dr Nick Patel, seorang dokter spesialis paru, menyarankan agar kita menghindari gadget setidaknya 30 menit sebelum tidur. Dengan memberikan waktu untuk membaca buku cetak, kita bisa merasakan manfaat relaksasi dan tidur yang lebih berkualitas.
Selain itu, ada tren menarik yang muncul di kalangan peneliti "membaca lambat". Ini bukan tentang memperlambat kecepatan membaca, tetapi lebih kepada menikmati waktu untuk membaca dengan fokus tanpa gangguan teknologi. Membaca tanpa distraksi selama 30 hingga 45 menit setiap hari bisa melibatkan otak secara maksimal, mengurangi stres, dan meningkatkan konsentrasi. Ini adalah cara yang efektif untuk menjaga kesehatan otak dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. (Mather Hospital/Z-3)
Musik dapat berpengaruh positif terhadap stimulasi area kognitif anak, termasuk untuk pemrosesan bahasa dan suara, stimulasi ada pemikiran dan perhatian, dan koordinasi motorik.
Musik berpengaruh positif terhadap stimulasi area kognitif anak, termasuk untuk pemrosesan bahasa dan suara, stimulasi yang berfokus pada pemikiran dan perhatian, dan koordinasi motorik.
Ilmuwan menjelaskan bagaimana neuron menyimpan kenangan secara tersebar, mengapa kita tidak mengingat semua detail, dan bagaimana memori berevolusi.
Peneliti Johns Hopkins menemukan lebih dari 200 jenis protein di temukan di otak tikus tua yang mengalami penurunan kognitif.
Saat ini terdapat 160 kasus Multiple Sclerosis di Indonesia pada 2020, sementara prevalensi MS di Indonesia diperkirakan antara 1-5 penyintas per 100.000 penduduk.
Penelitian baru menemukan bukti kuat bahwa otak manusia dewasa masih bisa menumbuhkan sel saraf baru di hipokampus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved