Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Deteksi Dini Cegah Risiko Gagal Ginjal Kronis dan Komplikasi

Indrastuti
21/12/2024 19:52
Deteksi Dini Cegah Risiko Gagal Ginjal Kronis dan Komplikasi
Ilustrasi(freepik.com)

KETUA Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr Pringgodigdo Nugroho Sp.PD-KGH mengingatkan pentingnya deteksi dini dan intervensi dini bagi pasien penyakit ginjal kronis (PGK).

“Bila tidak mendapatkan tata laksana yang baik dalam 7 tahun, bisa menjadi gagal ginjal kronis (PGK). Namun jika terdeteksi lebih awal, gagal ginjal bisa lebih lama,” ungkapnya.

Sebagai informasi, penyakit ginjal kronis/PGK erat kaitannya dengan Hiperkalemia. Saat seseorang mengalami PGK, ginjal tidak dapat mengeluarkan kalium dengan efektif seperti biasanya.

Hal ini dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah yang merupakan karakteristik dari hiperkalemia. Peningkatan kadar kalium dalam darah ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi.

Pada penderita hiperkalemia, ginjal secara perlahan akan kehilangan fungsinya, yakni untuk menyaring darah, mengeluarkan limbah, serta menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.

Hiperkalemia merupakan kondisi dengan ditandai tingginya kadar kalium dalam darah yang dapat mengancam jiwa. Episode hiperkalemia pada pasien dengan PGK bisa meningkatkan kemungkinan kematian dalam waktu satu hari setelah kejadian.

Selain bagi para penderita PGK, kondisi ini sangat rentan muncul pada pasien yang menderita gagal jantung, diabetes mellitus, dan mereka yang mengonsumsi obat tekanan darah.

Namun bagi penderita PGK, mereka lebih rentan terkena hiperkalemia dengan risiko lebih besar antara 40%-50%. Bahkan pada kondisi gagal ginjal level lima, dr Pringgodigdo menyebut risiko kemunculan hiperkalemia bisa sampai sebelas kali lebih berpotensi daripada mereka yang tidak menderita PGK yakni memiliki risiko satu kali saja.

"Kasus ringan PGK mungkin tidak menimbulkan gejala, namun jika diagnosisnya terlambat dari hiperkalemia bisa menyebabkan henti jantung dan kematian," ucap dia.

Untuk itu, penting mendorong pemeriksaan segera melalui tes darah dan elektrokardiogram (EKG) agar memungkinkan pasien menerima pengobatan yang tepat sesegera mungkin.

Deteksi dini memungkinkan intervensi untuk membantu normalisasi kadar kalium dan mencegah komplikasi yang terkait hiperkalemia, seperti aritmia jantung atau masalah jantung serius lainnya.

“Tidak hanya itu, deteksi dini juga memberikan penghematan biaya karena tidak perlu dilakukan terapi pengganti fungsi ginjal selama bertahun-tahun. Sehingga kualitas hidup pasien bisa menjadi lebih baik,” jelas dr Pringgodigdo.

Pemeriksaan segera melalui tes darah dan EKG sangat dianjurkan untuk pasien PGK. Ini memungkinkan pasien menerima pengobatan yang tepat dari dokter mereka sesegera mungkin.

Pringgodigdo menyebut prioritas untuk mengidentifikasi diagnosis, intervensi dan tata pelaksana awal bagi pasien PGK akan berkaitan dengan mobilitas dan mortalitas atau angka kematian akibat penyakit tertentu, seperti kardiorenal yang mengacu pada hubungan kompleks antara penyakit jantung (kardiovaskular) dan penyakit ginjal (renal).

Merujuk data Riskesdas 2018, prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur >15 tahun mencapai 713.783 orang. Secara provinsi, tiga daerah tertinggi ada di Jawa Barat sebanyak 131.846, Jawa Timur ada 113.045, dan Jawa Tengah sebanyak 96.794 orang.

Merujuk data tersebut, dr Pringgodigdo menyebut kalau hipertensi dan diabetes merupakan penyebab tertinggi terjadinya PGK hingga penyakit kardiovaskular lainnya.

Untuk itu, dia menyarankan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat. Mulai dari diet seimbang, mencegah kelebihan berat badan serta mengonsumsi garam dan gula sesuai rekomendasi, hingga menjalankan olahraga dan aktivitas fisik teratur.

Bila sudah mengarah pada hiperkalemia, yang harus dilakukan adalah pemantauan secara rutin kadar kalium dalam darah. Hingga penyesuaian diet dan penggunaan obat-obatan tertentu untuk membantu mengendalikan kadar kalium dan mencegah kemungkinan komplikasi.

"Sebab sinergi antara penanganan PGK dan pengelolaan hiperkalemia menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga mengurangi risiko komplikasi," pungkas dr Pringgodigdo. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya