Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KETUA Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr Pringgodigdo Nugroho Sp.PD-KGH mengingatkan pentingnya deteksi dini dan intervensi dini bagi pasien penyakit ginjal kronis (PGK).
“Bila tidak mendapatkan tata laksana yang baik dalam 7 tahun, bisa menjadi gagal ginjal kronis (PGK). Namun jika terdeteksi lebih awal, gagal ginjal bisa lebih lama,” ungkapnya.
Sebagai informasi, penyakit ginjal kronis/PGK erat kaitannya dengan Hiperkalemia. Saat seseorang mengalami PGK, ginjal tidak dapat mengeluarkan kalium dengan efektif seperti biasanya.
Hal ini dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah yang merupakan karakteristik dari hiperkalemia. Peningkatan kadar kalium dalam darah ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi.
Pada penderita hiperkalemia, ginjal secara perlahan akan kehilangan fungsinya, yakni untuk menyaring darah, mengeluarkan limbah, serta menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.
Hiperkalemia merupakan kondisi dengan ditandai tingginya kadar kalium dalam darah yang dapat mengancam jiwa. Episode hiperkalemia pada pasien dengan PGK bisa meningkatkan kemungkinan kematian dalam waktu satu hari setelah kejadian.
Selain bagi para penderita PGK, kondisi ini sangat rentan muncul pada pasien yang menderita gagal jantung, diabetes mellitus, dan mereka yang mengonsumsi obat tekanan darah.
Namun bagi penderita PGK, mereka lebih rentan terkena hiperkalemia dengan risiko lebih besar antara 40%-50%. Bahkan pada kondisi gagal ginjal level lima, dr Pringgodigdo menyebut risiko kemunculan hiperkalemia bisa sampai sebelas kali lebih berpotensi daripada mereka yang tidak menderita PGK yakni memiliki risiko satu kali saja.
"Kasus ringan PGK mungkin tidak menimbulkan gejala, namun jika diagnosisnya terlambat dari hiperkalemia bisa menyebabkan henti jantung dan kematian," ucap dia.
Untuk itu, penting mendorong pemeriksaan segera melalui tes darah dan elektrokardiogram (EKG) agar memungkinkan pasien menerima pengobatan yang tepat sesegera mungkin.
Deteksi dini memungkinkan intervensi untuk membantu normalisasi kadar kalium dan mencegah komplikasi yang terkait hiperkalemia, seperti aritmia jantung atau masalah jantung serius lainnya.
“Tidak hanya itu, deteksi dini juga memberikan penghematan biaya karena tidak perlu dilakukan terapi pengganti fungsi ginjal selama bertahun-tahun. Sehingga kualitas hidup pasien bisa menjadi lebih baik,” jelas dr Pringgodigdo.
Pemeriksaan segera melalui tes darah dan EKG sangat dianjurkan untuk pasien PGK. Ini memungkinkan pasien menerima pengobatan yang tepat dari dokter mereka sesegera mungkin.
Pringgodigdo menyebut prioritas untuk mengidentifikasi diagnosis, intervensi dan tata pelaksana awal bagi pasien PGK akan berkaitan dengan mobilitas dan mortalitas atau angka kematian akibat penyakit tertentu, seperti kardiorenal yang mengacu pada hubungan kompleks antara penyakit jantung (kardiovaskular) dan penyakit ginjal (renal).
Merujuk data Riskesdas 2018, prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur >15 tahun mencapai 713.783 orang. Secara provinsi, tiga daerah tertinggi ada di Jawa Barat sebanyak 131.846, Jawa Timur ada 113.045, dan Jawa Tengah sebanyak 96.794 orang.
Merujuk data tersebut, dr Pringgodigdo menyebut kalau hipertensi dan diabetes merupakan penyebab tertinggi terjadinya PGK hingga penyakit kardiovaskular lainnya.
Untuk itu, dia menyarankan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat. Mulai dari diet seimbang, mencegah kelebihan berat badan serta mengonsumsi garam dan gula sesuai rekomendasi, hingga menjalankan olahraga dan aktivitas fisik teratur.
Bila sudah mengarah pada hiperkalemia, yang harus dilakukan adalah pemantauan secara rutin kadar kalium dalam darah. Hingga penyesuaian diet dan penggunaan obat-obatan tertentu untuk membantu mengendalikan kadar kalium dan mencegah kemungkinan komplikasi.
"Sebab sinergi antara penanganan PGK dan pengelolaan hiperkalemia menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga mengurangi risiko komplikasi," pungkas dr Pringgodigdo. (H-2)
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) menjadi ancaman kesehatan global dengan angka kasus yang terus meningkat. Yuk cegah dengan deteksi dini.
Penderita Penyakit Ginjal Kronis (PGK) perlu menjaga pola makan dengan ketat, termasuk dalam memilih buah yang dikonsumsi.
Gagal ginjal kronis menghabiskan anggaran sekitar Rp1,9 triliun sebagaimana dikutip melalui situs web Kementerian Kesehatan Sehat Negeriku.
Sebanyak 1 dari 10 orang di dunia menderita penyakit ginjal kronis (PGK), namun 9 dari 10 orang yang didiagnosis menderita tidak menyadari kondisinya.
Dada ayam tanpa kulit menjadi pilihan protein yang lebih sehat. Brokoli dan ubi jalar adalah sayuran yang cenderung rendah kalium dibandingkan sayuran lain.
Ginjal memainkan peran vital menyaring limbah dari darah. Berikut tiga makanan yang dapat meningkatkan fungsi ginjal
Ingin ginjal tetap sehat? Konsumsi apel, putih telur, dan ikan salmon yang kaya serat, protein, dan omega-3 untuk melindungi ginjal dari kerusakan.
Seperti banyak fungsi tubuh lainnya, kemampuan ginjal cenderung berkurang seiring bertambahnya usia, yang dapat meningkatkan risiko munculnya beberapa kondisi kesehatan.
Kondisi tersebut menyebabkan racun dan cairan berbahaya tetap berada di dalam tubuh, yang dapat berakibat fatal jika tidak diobati.
Tanpa pemahaman takaran hingga pengujian atau riset yang jelas terutama terkait efek sampingnya dalam kandungan air rebusan itu justru berisiko merusak bagi ginjal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved