Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

20 Tahun Eksperimen Botox pada Saudari Kembar, Begini Efek dan Perbedaannya

Febriansah
21/12/2024 12:05
20 Tahun Eksperimen Botox pada Saudari Kembar, Begini Efek dan Perbedaannya
Dua saudari kembar identik melakukan eksperimen untuk membandingkan efek botox pada penampilan mereka selama hampir 20 tahun. (American Medical Association)

SAUDARI kembar identik sering kali menjadi objek studi menarik dalam dunia medis dan kecantikan. Kemiripan fisik yang hampir sempurna di antara mereka menawarkan peluang unik mempelajari efek berbagai perawatan.

Baru-baru ini, sepasang saudari kembar memutuskan untuk melakukan eksperimen menarik dengan botox. Salah satu dari mereka menjalani perawatan botox, sementara kembaran satunya tidak.

Botulinum toxin atau botox adalah cairan yang bekerja dengan melemahkan atau melumpuhkan otot. Toksin ini bekerja dengan menghentikan pergerakan otot untuk sementara waktu, sehingga sering digunakan merilekskan otot-otot wajah yang menyebabkan kerutan di dahi, garis-garis di sekitar mata, dan kerutan lainnya.  

Selain itu, Botox juga dapat dimanfaatkan untuk menangani kondisi seperti kejang leher, produksi keringat berlebih, serta membantu mencegah migrain.

Kedua perempuan ini telah menjadi subjek penelitian selama hampir 20 tahun, di mana salah satunya menerima suntikan Botox dua hingga tiga kali setiap tahun, sementara saudari kembarnya membiarkan penampilannya berkembang secara alami.

Sebuah laporan yang disusun dokter bedah plastik di Beverly Hills membandingkan sejumlah foto kedua saudari kembar pada interval waktu yang berbeda.  

Foto pertama mereka diambil tahun 2006, saat mereka berusia 38 tahun, dalam kondisi wajah yang santai. Pada saat itu, salah satu dari si kembar telah menerima setidaknya 26 suntikan Botox sejak usia 21 tahun, sementara saudarinya hanya menjalani beberapa suntikan.  

Si kembar yang secara rutin menjalani perawatan memiliki kulit yang jauh lebih halus dengan kerutan wajah yang lebih dangkal. Sebaliknya, saudari yang tidak rutin menerima Botox memiliki kerutan dahi yang lebih dalam dan garis-garis di sudut matanya terlihat lebih jelas saat tersenyum dibandingkan dengan kembarannya yang menjalani perawatan.

Kerutan terbentuk saat otot wajah berkontraksi. Pada saat yang sama, produksi kolagen dan elastin, protein yang memberikan struktur dan elastisitas pada kulit, menurun seiring bertambahnya usia. 

Kulit menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang mampu mempertahankan bentuknya, yang menyebabkan terbentuknya kerutan.

Mereka kemudian dipantau kembali tahun 2012, ketika keduanya berusia 44 tahun. Pada saat itu, si kembar yang rutin menggunakan Botox telah menjalani perawatan tersebut selama hampir 20 tahun.

Pada tindak lanjut tahun 2012, kedua saudari kembar tersebut mengungkapkan bahwa mereka rutin menggunakan sunscreen, sehingga mengeliminasi kemungkinan bahwa kerutan mereka disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet (UV) dalam jangka panjang.  

Keduanya juga tidak menggunakan retinol untuk mengatasi kerutan dan menjalani gaya hidup yang sebagian besar sehat.

Dikutip dari Daily Mail, Dr William Binder, yang melaporkan studi kasus tersebut, mengatakan bahwa kemungkinan besar perawatan jangka panjang dengan Botox mampu mencegah perkembangan garis-garis tajam tidak hanya dengan menghambat kemampuan pasien untuk mengontraksikan otot target tetapi juga mungkin melalui modifikasi perilaku.

“Dengan pengobatan jangka panjang, pasien mungkin terbiasa dengan sedikit, jika ada, kebutuhan atau kemampuan untuk mengontraksikan otot target dan akhirnya dapat "belajar" untuk menghindari bahkan mencoba mengontraksikannya,” tambahnya.

Diperkirakan juga bahwa dengan menghilangkan tekanan mekanis kontraksi otot kronis dengan cara ini, perombakan kulit dapat difasilitasi.

Suntikan Botox sangat diminati, dengan lebih dari 8,7 juta prosedur kosmetik dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2022. Namun, prosedur ini tidak sepenuhnya bebas risiko.  

Efek sampingnya meliputi memar, pembengkakan, dan kemerahan di area suntikan. Wajah juga bisa tampak kaku, dengan kemungkinan alis atau kelopak mata terlihat kendur.  

Efek yang lebih serius mencakup reaksi alergi seperti anafilaksis, kesulitan bernapas, sakit kepala, dan bahkan gejala menyerupai flu. (Daily mail/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya