Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pengamat: Kebijakan Kemendikdasmen Jangan Hanya Jargon Tanpa Menuntaskan Masalah Pendidikan

Despian Nurhidayat
15/12/2024 13:48
Pengamat: Kebijakan Kemendikdasmen Jangan Hanya Jargon Tanpa Menuntaskan Masalah Pendidikan
Sejumlah siswa Taman kanak-kanak mengikuti lomba mewarnai pada Festival Anak Sholeh di Lapangan tenis GOR Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (16/10/2024).(ANTARA/Budi Candra Setya )

MENTERI Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti mengatakan akan ada beberapa kebijakan baru yang akan segera diluncurkan pada akhir tahun ini dan akan mulai berlaku untuk tahun ajaran 2025. Kebijakan itu di antaranya gerakan 7 kebiasaan anak hebat, gerakan senam pagi, wajib belajar 13 tahun, dan lainnya. 

Menanggapi hal tersebut, pengamat pendidikan sekaligus CEO Jurusanku, Ina Liem menegaskan bahwa jangan sampai kebijakan baru ini hanya sebuah slogan saja tanpa arah dan tujuan yang jelas untuk menuntaskan permasalahan pendidikan. 

“Menurut saya, program baru yang dicanangkan oleh Mendikdasmen tentang gerakan 7 kebiasaan anak hebat sih baik-baik saja. Namun, yang perlu menjadi perhatian utama adalah jangan sampai ini hanya jargon atau kata-kata indah semata, tapi tidak menyelesaikan masalah utama pendidikan kita. Contohnya, kebiasaan pertama yang dicanangkan adalah bangun pagi.  Bukankah sebagian besar sekolah di Indonesia sudah dimulai sejak pagi hari?,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (15/12). 

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa kebijakan Kemendikdasmen idealnya harus berbasis pada Key Performance Indicators (KPI) yang jelas, dengan fokus pada pemecahan masalah di lapangan. 

“Tanpa landasan KPI yang terukur, kebijakan sering kali kehilangan arah atau tidak memberikan dampak signifikan,” ujar Ina Liem. 

Untuk itu, menurutnya Kemendikdasmen harus melakulan identifikasi masalah terlebih dahulu terkait hal ini. “Ini sudah dilakukan oleh menteri sebelumnya, misalnya 3 dosa besar pendidikan Indonesia. Menteri yang sekarang mengatakan apa yang bagus akan dilanjutkan, yang kurang akan diperbaiki. Nah, masyarakat perlu tahu, apakah penanganan 3 masalah utama pendidikan ini akan dilanjutkan 5 tahun ke depan, atau terbengkalai? Apa yang masih kurang? Misalnya bisa ditambah 1 dosa besar lagi maraknya korupsi di dunia pendidikan. Apabila menteri yang sekarang tidak menyatakan ingin fokus menangani ini, saya pesimis 5 tahun ke depan pendidikan kita mengalami peningkatan yang signifikan,” tuturnya. 

Setelah identifikasi masalah, Kemendikdasmen dikatakan harus menentukan KPI yang jelas dan terukur, bukan hanya berbasis aktivitas. Selanjutnya adalah menentukan strategi untuk mencapai hal tersebut dan terakhir adalah monitor serta evaluasi yang harus berbasis data. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya