Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

BPOM Tegaskan Komitmen Percepat Perizinan Obat Kanker

Basuki Eka Purnama
12/12/2024 04:15
BPOM Tegaskan Komitmen Percepat Perizinan Obat Kanker
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar(ANTARA/Fitra Ashari)

KEPALA Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar menegaskan komitmen badan yang dia pimpin untuk melakukan inovasi, salah satunya dengan mempercepat perizinan obat terutama untuk terapi kanker.

"Badan Pengawas Obat dan Makanan punya komitmen mendukung inovasi obat, mendukung ketersediaan obat, dan menjadi garda terdepan dalam hal perlindungan, keamanan, dan kualitas obat di nasional kita. Segala cara kita akan lakukan untuk kepentingan masyarakat kita," kata Taruna di acara Penyerahan Izin Edar Etapidi dan Brukinsa di Jakarta, Selasa (10/12).   

Taruna mengatakan percepatan obat kanker di Indonesia sangat diperlukan karena terdapat 20 juta pasien penderita kanker di seluruh dunia dan khusus di Indonesia melebihi 400 ribu kasus setiap tahun yang menandakan penyakit ini sangat mematikan dan perlu penanganan
lebih cepat untuk mencegah kematian akibat lamanya ketersediaan obat.

Inovasi percepatan perizinan merupakan instruksi yang diberikan presiden periode sebelumnya Joko Widodo agar obat-obat khususnya untuk terapi kanker cepat bisa diterima masyarakat untuk pilihan pengobatan.

Namun, BPOM juga perlu meyakini dan mengawasi secara ketat dan memastikan obat yang disahkan aman, mempunyai efikasi dan kualitas yang baik tapi tidak terkesan memperpanjang izin.

"Yang jelas, saya inginkan waktu itu akan memotong obat-obat inovasi yang seharusnya 300 hari kerja, itu seharusnya bisa 120 hari kerja bahkan bisa 90 hari kerja, berarti badan POM memangkas hampir 70% waktu dipotong. Ini kan bagian dari inovasi badan POM, tapi tentu risikonya kita kerja keras," tegas Taruna.

Taruna mengatakan, melalui kolaborasi dengan ahli, perguruan tinggi dan perusahaan farmasi, percepatan ketersediaan obat untuk terapi kanker sangat diperlukan, dan BPOM berkomitmen akan terus mempercepat perizinan obat baru yang dibutuhkan di Indonesia. Hal ini agar penderita kanker di Indonesia bisa mendapatkan obat terapi kanker yang sama baiknya dengan yang ada di Amerika Serikat (AS) maupun di Singapura tanpa harus membayar mahal.

Sementara itu, PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana), produsen obat Etapidi dan Brukinsa, memastikan kedua obat itu akan tersedia pada Januari tahun depan dengan harga lebih murah 70% dibandingkan terapi sejenis.

Hal itu menjadi angin segar bagi pasien kanker di Indonesia. Sebelumnya, tingginya biaya pengobatan kanker sering kali memaksa pasien untuk mencari perawatan ke luar negeri, seperti Malaysia atau Singapura. 

Dengan harga yang lebih terjangkau dan produksi lokal yang direncanakan melalui transfer teknologi, Etana tidak hanya meningkatkan aksesibilitas tetapi juga mendorong efisiensi biaya yang signifikan.

"Kami ingin memastikan pasien kanker di Indonesia dapat mengakses pengobatan yang berkualitas tanpa harus menghadapi beban biaya yang sangat tinggi. Dengan memproduksi secara lokal, kami dapat menurunkan harga hingga 70% dibandingkan obat sebanding," ujar Presiden Direktur Etana Nathan Tirtana. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya