Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
GUNA menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi akibat potensi cuaca ekstrem di akhir tahun 2024, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan daerah untuk melakukan langkah antisipatif. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.
“Kami datang ke setiap provinsi, lalu bersama seluruh kabupaten/kota di provinsi itu melakukan rapat kesiapsiagaan bersama seluruh forkompimda provinsi, kabupaten/kota,” kata Abdul saat dihubungi, Minggu (1/12).
Salah satunya yang sudah dilakukan ialah rapat koordinasi penanganan bencana hidrometeorologi basah di Bandung beberapa waktu lalu untuk melakukan persiapan jelang pelaksanaan libur natal 2024 dan tahun baru 2025 di wilayah Jawa Barat.
Dalam rakor tersebut, Abdul menyatakan bahwa Kepala BNPB menyampaikan empat strategi untuk menangani banjir di wilayah Bandung. Pertama, para pemangku kebijakan daerah yang memiliki historis kejadian bencana tinggi menetapkan status siaga darurat sesuai dengan prediksi hujan tinggi dari BMKG.
Kedua yakni dengan melakukan apel kesiapsiagaan untuk pengecekan personel serta logistik dan peralatan yang dimiliki. Lebih lanjut, ketiga dengan melakukan langkah kesiapsiagaan sesuai rencana kontijensi dan rencana operasi. Terakhir, untuk daerah yang sudah mengalami bencana untuk segera menetapkan status tanggap darurat.
Abdul melanjutkan, ada sejumlah wilayah yang juga menjadi prioritas, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatra Utara Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
“Rapat kesiapsiagaan bersama provinsi juga untuk mendistribusikan dukungan logistik dan dana siap pakai agar daerah memiliki sumber daya menghadapi potensi kedaruratan,” pungkas Abdul.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2024 dan tahun baru 2025.
Kondisi tersebut, kata dia, dipicu oleh sejumlah faktor. Diantaranya, fenomena La Nina yang mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen. Fenomena ini akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025.
Selain itu, tambah Dwikorita, terdapat pula dinamika atmosfer lain yang diprediksikan pada periode Nataru aktif bersamaan, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia yang juga berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.
"Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025," ungkap Dwikorita.(H-2)
BNPB mengimbau BPBD agar memantau kondisi muka air sungai dan wilayah tebing curam di saat hujan intentitas tinggi atau berlangsung lebih dari 1 jam.
Solar maksimum merupakan fase siklus 11 tahun aktivitas bintik (sunspot) pada matahari yang diperkirakan terjadi pada Juli ini.
DARI semua kabupaten yang dilanda bencana hidrometeorologi di Sulawesi Selatan, Kabupaten Sinjai, yang terparah, lantaran dikepung angin puting beliung, longsor, dan banjir.
BENCANA hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan angin puting beliung melanda sejumlah kabupaten, seperti Bone, Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng di Sulawesi Selatan pada Sabtu, (5/7).
BNPB menyebut wilayah Indonesia masih akan dipengaruhi oleh dinamika atmosfer. Kondisi itu membuat ancaman bencana hidrometeorologi juga masih akan mengintai.
Sebagai bentuk respons, BPBD Kabupaten Demak bersama sejumlah pihak melakukan penanganan darurat, termasuk penutupan tanggul, pompanisasi di titik kritis.
BNPB laporkan perkembangan terbaru terkait situasi bencana di Indonesia. Sejumlah daerah masih menghadapi dampak bencana yang signifikan, terutama akibat banjir dan cuaca ekstrem.
Tercatat sepanjang 2024, tercatat ada 1.389 bencana hidrometeorologi di Jabar.
Topografi daerah Jawa bagian selatan dengan kombinasi antara pesisir dan pegunungan, meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi.
Wilayah yang diguyur hujan tersebut yakni Kabupaten Kupang, Ngada, Manggarai Timur, Ende, sebagian Manggarai Barat, Manggarai dan Sumba Timur.
Dampak cuaca ekstrem kawasan pegunungan dan dataran tinggi dan Jawa Tengah bagian selatan tersebut, menjadikan potensi bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor dan banjir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved