Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Perbedaan Perayaan Natal Kristen Katolik dan Ortodoks

Siti Sayidah
27/11/2024 08:43
Perbedaan Perayaan Natal Kristen Katolik dan Ortodoks
Perayaan Natal di gereja Orthodoks(AFP/Oli SCARFF)

NATAL adalah momen yang sangat dinantikan umat Kristen di seluruh dunia, dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Perayaan ini tidak hanya menjadi simbol kasih dan pengharapan, tetapi juga momen untuk berkumpul bersama keluarga dan berbagi kebahagiaan. 

Menurut data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), sebanyak 8,6 juta penduduk Indonesia memeluk agama Katolik hingga akhir 2023. Sementara itu, jumlah umat Gereja Ortodoks di Indonesia berjumlah sekitar 4.000 orang pada 2023.

Meski memiliki perbedaan jumlah penganut tapi makna universalnya tetap sama, hanya saja tradisi perayaan Natal bisa berbeda di antara berbagai denominasi Kristen, seperti Katolik dan Ortodoks. Berikut perbedaan perayaan Natal umat Kristen Katolik dan Kristen Ortodoks.

1. Tanggal Perayaan

Freepik

Umat Kristen Katolik merayakan Natal pada 25 Desember mengikuti kalender Gregorian, yang umum digunakan di seluruh dunia Barat.

Sementara itu, sebagian besar Gereja Ortodoks tetap menggunakan kalender Julian, sehingga perayaan Natal dalam kalender Julian jatuh pada 7 Januari. 

Berbeda dengan umat Kristen lainnya, Kristen Ortodoks memang selalu merayakan Natal pada 7 Januari.

Beberapa gereja Ortodoks modern, seperti di Yunani, telah mengadopsi kalender Gregorian dan merayakan Natal pada 25 Desember, tetapi tetap mempertahankan tradisi lainnya.

Perbedaan hari Natal antara Kristen Katolik dan Ortodoks berakar dari sejarah penggunaan kalender yang berbeda. 

Pada 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian untuk menggantikan kalender Julian yang dianggap kurang akurat dalam penyesuaian dengan siklus astronomi. 

Kalender Gregorian kini digunakan oleh banyak negara, termasuk untuk menetapkan hari Natal pada 25 Desember.

Namun, Gereja Ortodoks di Eropa Timur tetap setia pada Kalender Julian untuk keperluan keagamaan. 

Meski secara sipil negara-negara tersebut telah mengadopsi Kalender Gregorian, para penganut agama Kristen Ortodoks mempertahankan Kalender Julian untuk kalender gereja. Karena perbedaan ini, perayaan Natal menurut Kalender Julian, jika dikonversi ke Kalender Gregorian, jatuh pada 7 Januari. 

Inilah alasan mengapa Gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal tersebut. Akan tetapi tidak selamanya perayaan Natal ortodoks jatuh pada 7 Januari melainkan bisa saja maju ataupun mundur dari tanggal tersebut.

2.  Masa persiapan menjelang natal

Freepik

Bagi umat Katolik masa persiapan disebut Advent. Persiapan ini berlangsung selama empat minggu sebelum Natal. Pada masa Advent umat Katolik akan melakukan doa, refleksi, dan penyalaan lilin Advent, tetapi tanpa puasa ketat.

Sedangkan bagi umat Kristen Ortodoks persiapan Natal melibatkan Puasa Natal yang berlangsung selama 40 hari, dimulai pada 15 November. 

Selama periode ini, umat Ortodoks menghindari konsumsi daging, produk susu, dan terkadang ikan, serta fokus pada doa dan amal.

3. Perbedaan peribadatan

Freepik

Dalam tradisi Katolik, Misa Natal adalah ibadah utama yang dilaksanakan untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus. Misa ini bisa dilakukan pada berbagai waktu, yakni Malam Natal (24 Desember malam) atau pada pagi dan siang hari pada 25 Desember. 

Salah satu tradisi paling populer dalam perayaan ini adalah Misa Malam Kudus (Misa Vigili), yang diadakan pada malam sebelum hari Natal, di mana umat Katolik berkumpul untuk merayakan kelahiran Kristus dengan nyanyian, doa, dan pembacaan kitab suci. 

Misa ini penuh dengan simbolisme, seperti perayaan roti dan anggur yang dipersembahkan sebagai tubuh dan darah Kristus.

Sebaliknya, bagi umat Ortodoks, ibadah Natal dimulai dengan Vigil Malam, yang adalah rangkaian doa dan bacaan Alkitab yang dilakukan pada malam hari menjelang Natal. 

Selama Vigil Malam ini, umat Ortodoks biasanya menyanyikan nyanyian pujian dan melakukan refleksi spiritual. 

Pada hari Natal (7 Januari menurut Kalender Julian), dilanjutkan dengan liturgi Kudus, yang berfokus pada makna spiritual kelahiran Kristus. 

Dalam liturgi Kudus Ortodoks, ada penekanan pada pengakuan bahwa Kristus adalah Inkarnasi Tuhan, yaitu Tuhan yang datang dalam bentuk manusia. Ibadah ini penuh dengan ritual simbolis dan doa panjang yang mengarah pada pemahaman lebih dalam tentang makna keselamatan yang dibawa oleh kelahiran Kristus.

4. Tradisi pohon Natal dan merias perahu

Freepik

Tradisi Natal dalam Kristen Katolik sering kali dirayakan adanya pohon Natal yang dihiasi dengan lampu dan ornamen penuh warna. 

Selain itu, di gereja dan sekolah, drama kelahiran Yesus (nativity plays) biasanya dipentaskan untuk mengenang peristiwa kelahiran Kristus di Betlehem. 

Pertunjukan ini menggambarkan adegan Maria, Yosef, bayi Yesus di palungan, serta para gembala yang datang membawa penghormatan.

Bagi umat Katolik biasanya akan menghias rumah dan gereja dengan lilin, gua Natal, dan karangan bunga Advent yang menambah sukacita selama Natal.

Sedangkan, Natal dalam tradisi Kristen Ortodoks memiliki keunikan tersendiri, terutama di kawasan seperti Yunani dan Eropa Timur. 

Salah satu tradisi yang menonjol adalah menghias kapal dengan lampu, sebuah simbol tradisi maritim yang menggantikan penggunaan pohon Natal. 

Umat Ortodoks merayakan Natal dengan nyanyian lagu tradisional yang disebut kalanda. Lagu ini dinyanyikan oleh anak-anak dari rumah ke rumah, membawa pesan kegembiraan dan berkat Natal. Lagu tersebut dinyanyikan dengan diiringi alat musik sederhana, seperti segitiga logam. (berbagai sumber/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya