Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
KANKER serviks merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan. Namun, sebenarnya kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang bisa dicegah dengan vaksin dan dideteksi dengan cepat jika setiap perempuan memiliki kesadaran untuk secara rutin melakukan pemeriksaan, yakni dengan pap smear dan Pemeriksaan HPV DNA.
Selama ini, mayoritas masyarakat hanya mengetahui pap smear sebagai metode pemeriksaan kanker serviks. Namun, sebenarnya ada jenis pemeriksaan lain yang dari berbagai penelitian terbukti bisa lebih efektif mendeteksi potensi kanker serviks, yakni HPV DNA.
HPV DNA adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim (serviks) untuk diperiksa di laboratorium. Uji lab dilakukan untuk mendeteksi keberadaan human papillomavirus (HPV).
Ada lebih dari 100 jenis HPV, namun yang berisiko tinggi menyebabkan kanker serviks adalah sekitar 14 jenis. HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab utama kanker serviks, bertanggung jawab pada sekitar 70% kasus kanker serviks.
Pemeriksaan HPV DNA dilakukan dengan mengambil sampel cairan serviks untuk diuji ke lab. Cairan serviks diambil dengan cara memasukkan spekulum ke dalam vagina untuk memeriksa serviks. Dokter kemudian akan mengambil sampel sel serviks menggunakan sikat lembut atau spatula.
Setelah didapatkan, sampel akan diuji di lab dan memakan wkatu sekitar 1 sampai 3 minggu. Secara umum, prosedur pemeriksaan HPV DNA memiliki kemiripan dengan proses pemasangan KB IUD.
Tidak dibutuhkan waktu lama untuk melakukan pemeriksaan HPV DNA. Pengambilan sampel umumnya hanya memakan waktu 5 sampai 10 menit saja. Pemeriksaan juga tidak menimbulkan rasa sakit.
Sebelum melakukan pemeriksaan HPV DNA ada beberapa hal yang harus diperhatikan, berikut ini daftarnya:
1. Tidak melakukan hubungan seksual dalam 2x24 jam sebelum pemeriksaan
2. Tidak melakukan pembersihan vagina dengan cairan pembersih
3. Tidak sedang datang bulan.
4. Tidak menggunakan tampon
5. Tidak sedang menggunakan obat-obatan vagina
1. Sudah melakukan pap smear dan hasilnya tidak normal atau positif
2. Berusia lebih dari 30 tahun atau di bawah 30 tahun namun sudah aktif secara seksual
3. Memiliki risiko terkena HPV karena hubungan seksual yang tidak sehat, seperti tanpa kondom atau berganti-ganti pasangan
4. Memiliki faktor risiko kanker serviks, seperti menderita HIV, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, atau terkena paparan diethylstilbestrol (DES) sebelum lahir.
Mencari materi genetik virus HPV (Human Papillomavirus) pada sel serviks. Sampel yang digunakan bisa berupa urine atau swab vagina. HPV DNA dapat mendeteksi infeksi HPV sebelum sel-sel serviks mengalami perubahan yang menonjol. Karena itu, metode ini lebih efektif sebagai metode deteksi dini dan upaya pencegahan.
Pap smear dilakukan dengan memeriksa sel serviks untuk melihat adanya perubahan abnormal yang berpotensi menjadi kanker. Sampel yang digunakan adalah jaringan leher rahim yang diambil melalui vagina. Pap smear dapat mendeteksi adanya lesi prakanker pada sel serviks.
- HPV DNA lebih sensitif dalam mendeteksi infeksi HPV
- HPV DNA dapat dilakukan sebelum aktivitas seksual, sedangkan Pap smear baru bisa dilakukan setelah aktivitas seksual.
- HPV DNA memiliki nilai prediksi negatif yang lebih tinggi daripada Pap smear
- HPV DNA memiliki tingkat positif palsu yang lebih rendah daripada Pap smear
Biaya pemeriksaan HPV DNA memang lebih mahal dibandingkan dengan pap smear. Umumnya biayanya sekitar Rp700 ribu hingga Rp1,5 juta, tergantung dari tempat pemeriksaan yang dilipih. Namun, biaya tersebut hanya perlu dikeluarkan selama tiga sampai lima tahun sekali. Berbeda dengan pap smear yang dianjurkan dilakukan sebanyak 1--2 kali setiap tahun.
Pemeriksaan HPV DNA dianjurkan untuk wanita usia 30–65 tahun yang sudah aktif secara seksual. Pemeriksaan HPV DNA merupakan prosedur yang aman dan tidak menyakitkan, karena itu sebaiknya mulai pertimbangkan untuk secara rutin melakukannya sebagai upaya deteksi dini risiko kanker serviks.
Karena memiliki fungsi, sensitivitas, dan spesifisitas yang berbeda, kedua tes ini tidak bisa saling menggantikan. Namun, disarankan untuk digabungkan untuk pencegahan secara optimal. (Z-9)
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) menegaskan komitmen untuk mengeliminasi kanker serviks. Strategi tersebut mencakup tiga pilar utama termasuk vaksinasi HPV.
Pap smear dilakukan tiap 3 tahun atau tes HPV dilakukan tiap 5 tahun pada setiap perempuan yang sudah berhubungan seks.
Infeksi HPV dapat menyebabkan kanker serviks, kanker anus, kanker penis, dan kutil kelamin. Penularannya melalui hubungan seksual. Cegah bahayanya dengan vaksinasi dan skrining teratur.
Kanker serviks, atau kanker leher rahim, merupakan salah satu tantangan kesehatan serius bagi wanita di seluruh dunia.
Mulai tahun 2025 layanan skrining HPV DNA akan diintegrasikan dalam program pemeriksaan kesehatan gratis.
WHO mencatat bahwa setiap tahunnya, sekitar 15.000 kasus kanker serviks terdeteksi di Indonesia
Melalui paparannya Reny Lamadjido menegaskan bahwa deteksi kanker mulut rahim atau serviks semakin canggih berkat inovasi alat skrining sampel urin dari Bio Farma.
Tujuan IVA Test gratis untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan, dan mengetahui kelainan pada leher rahim.
HOTEL Solia Zigna Kampung Batik Laweyan Solo memperingati Hari Ibu ke-96 dengan tema Wanita menyapa, wanita berdaya di CL Coffee.
kanker serviks umumnya tidak menunjukkan gejala, sehingga banyak penderita baru menyadari setelah mencapai stadium lanjut. Karena itu, deteksi dini kanker serviks penting untuk dilakukan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved