Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PENELITI Nyamuk Ber-Wolbachia Universitas Gadjah Mada dr. Riris Andono Ahmad MPH. Ph.D mengatakan pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dapat menurunkan bahkan peluang peningkatan bahaya demam berdarah dengue (DBD) dalam 30 tahun mendatang.
"Pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia masuk pada risiko sangat rendah, di mana dalam 30 tahun ke depan peluang peningkatan bahaya dapat diabaikan," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Selasa (12/11).
Direktur Pusat Kedokteran tropis Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK KMK) UGM ini mengatakan dalam jurnalnya bahwa Wolbachia tidak menginfeksi manusia dan tidak terjadi transmisi horizontal terhadap spesies lain juga tidak mencemari lingkungan biotik dan abiotik. Ia menuliskan bahwa Wolbachia merupakan bakteri alami di serangga yang juga ada pada sekitar 6 dari 10 jenis serangga di
dunia termasuk kupu-kupu, lalat buah dan lebah. Wolbachia yang disuntikkan dalam tubuh nyamuk aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk sebagai vektor dengue.
Salah satu metode pelepasan Wolbachia ialah saat nyamuk jantan yang disuntikkan bakteri Wolbachia kawin dengan nyamuk betina tanpa Wolbachia
maka telur tidak akan menetas sehingga memberikan dampak penurunan populasi. Dengan metode pelepasan nyamuk jantan dan betina ber-Wolbachia, mereka menghasilkan telur nyamuk dengan Wolbachia. Metode pelepasan teknologi nyamuk ber-Wolbachia sukses dilakukan di Yogyakarta, di mana hasilnya menurunkan 77 persen kasus dengue dan penurunan fogging sebesar 83 persen di area pelepasan.
Strategi ini secara paralel dilakukan Kementerian Kesehatan untuk penanggulangan dengue secara nasional dan teknologi Wolbachia telah merupakan bagian dari inovasi program pengendalian dengue. (Ant/H-3)
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, pencegahan agar nyamuk tidak berkembang biak dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3M Plus dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
MUSIM kemarau basah merupakan kondisi yang memungkinkan timbul dan merebaknya berbagai penyakit. Di antaranya seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
DOKTER spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe menyebut terdapat penjelasan mengapa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sulit sekali dihentikan.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hingga 2 Juni 2025 terdapat 277 kasus kematian akibat DBD dari 63.014 kasus incidence rate dari berbagai daerah.
Peningkatan kasus DBD Garut tersebut, menyebabkan 8 meninggal dan 7 orang mendapat perawatan di rumah sakit serta yang lainnya berangsur sembuh.
Penurunan kasus DBD di Klaten, menurut Anggit, karena faktor kesadaran masyarakat meningkat dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit demam berdarah.
DINAS Kesehatan Kalimantan Timur (Kaltim) menerapkan gerakan 3M Plus termasuk memerangi jentik nyamuk dalam menangani kasus demam berdarah dengue (DBD) yang jumlahnya terus meningkat.
demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya dilaporkan terus meningkat sejak bulan Januari hingga Juli 2025. Tercatat, 471 orang positif terserang nyamuk aedes aegypti.
DALAM kegiatan pengabdian masyarakat Mahasiswa Membangun Desa (MMD) dari Universitas Brawijaya (UB) melakukan pemeriksaan jentik nyamuk cegah demam berdarah dengue (dbd)
Upaya PSN Plus ini mencakup kampanye "Jumat 10 Menit", yaitu kebiasaan rutin membersihkan lingkungan rumah setiap Jumat selama 10 menit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved