Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SIAPA yang tidak mengenal kisah Mahabarata, kisah yang diangkat dari sejarah agama Hindu ini telah banyak diketahui oleh banyak lapisan masyarakat nasional maupun internasional. Lalu bagaimana rangkaian kisah Mahabarata, Bharatayudha hingga Pandawa Seda? Yuk simak kisahnya!
Perjalanan bermula saat Santanu, Raja Hastinapura, menikahi Dewi Gangga, yang merupakan personifikasi Sungai Gangga. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang putra bernama Dewabrata.
Bertahun-tahun kemudian, saat Dewabrata tumbuh menjadi pangeran yang bijak dan berbakat, Santanu jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Setyawati. Namun, ayah Setyawati menolak lamaran Santanu kecuali jika sang raja berjanji keturunan Setyawati yang akan mewarisi tahta Hastinapura.
Karena tidak ingin mengambil hak pewaris dari Dewabrata, Santanu menolak syarat tersebut.
Mengetahui peristiwa itu, Dewabrata pergi menemui ayah Setyawati lalu bersumpah akan melepaskan haknya atas tahta serta hidup sendiri sampai maut tiba.
Kemudian Setyawati dibawa ke istana, sehingga Santanu dapat menikahinya. Berkat sumpah agung ini, Dewabrata dikenal dengan nama Bisma yang dalam agama Hindu memiliki arti Ganas dan mengerikan.
Santanu sangat terharu dan bangga pada putranya, sehingga ia memberikan berkah kepada Dewabrata agar bisa memilih sendiri waktu kematiannya.
Setelah menikah, Santanu dan Setyawati memiliki dua orang putra , sayangnya tidak lama setelah itu Santanu wafat.
Setelah itu, Bisma dan Setyawati mengurus kerajaan karena putra-putra Setyawati masih kecil. Saat anak sulung Setyawati sudah dewasa, ia tewas dalam perkelahian dengan Gandarwa (Makhluk kayangan), sehingga adiknya, Wicitrawirya-lah yang menjadi raja Hastinapura.
Karena khawatir tidak ada penerus setelah Wicitrawirya, Bisma lantas menculik tiga putri dari kerajaan lain untuk dinikahkan dengan Wicitrawirya. Putri pertama mengaku mencintai orang lain, jadi Bisma mengizinkannya pergi, dua putri lainnya menikah dengan Wicitrawirya.
Tetapi, tidak lama kemudian Wicitrawirya meninggal tanpa memiliki anak.
Dinasti Kuru di Hastinapura menghadapi ancaman putusnya garis keturunan, sehingga Setyawati meminta putranya, Wiyasa, untuk menghamili kedua ratu melalui tradisi niyoga.
Dari hubungan ini, ratu pertama melahirkan Drestarasta yang buta, sementara ratu kedua melahirkan Pandu yang sehat.
Selain itu, Wiyasa juga memiliki anak bernama Widura dari seorang dayang istana. Ketiga anak ini, yaitu Drestarasta, Pandu, dan Widura, dibesarkan oleh Bisma dengan penuh perhatian dan didikan yang ketat.
Seiring waktu, Pandu dan istrinya, Kunti, memiliki lima anak yaitu, Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa (Pandawa) melalui tradisi niyoga dengan para dewa, sedangkan Drestarasta dan istrinya, Gandhari, memiliki 100 putra (Kurawa).
Setelah pandu wafat, Kunti membawa anaknya dan membuat Para Pandawa serta Kurawa tumbuh dan berlatih bersama. Namun persaingan sengit segera muncul di antara mereka, terutama antara Duryodhana, putra tertua Kurawa, dan para Pandawa.
Duryodhana, yang merasa berhak atas takhta menjadi iri ketika Yudistira, putra tertua Pandawa, ditetapkan sebagai pewaris.
Dalam upaya menghabisi para Pandawa, Duryodhana merancang jebakan dengan mengirim mereka ke istana di luar kota yang terbuat dari bahan mudah terbakar, lalu berencana membakar mereka saat Pandawa dan ibu mereka, Kunti, berada di dalamnya.
Namun, Pandawa yang sudah diperingatkan oleh paman mereka, Widura, berhasil menggali terowongan dan melarikan diri di malam hari.
Saat istana tersebut terbakar, penduduk menyangka mereka telah tewas, sementara Duryodhana percaya bahwa rencananya telah berhasil.
Pengasingan ini menjadi awal ketegangan panjang antara Kurawa dan Pandawa, yang kelak berujung pada konflik besar di dinasti Kuru.
Setelah pernikahan di Pancala, Pandawa kembali diundang ke Hastinapura. Drestarasta yang bahagia melihat mereka hidup, membagi kerajaan dan memberi Pandawa tanah kosong. Pandawa mengubahnya menjadi kerajaan makmur, Indraprastha, dengan Yudistira sebagai raja.
Sesuai kesepakatan, Drupadi menjadi istri bergiliran bagi para Pandawa. Namun, saat Arjuna melanggar aturan ini, ia diasingkan dan menikah dengan tiga putri di pengasingannya.
Kemakmuran Indraprastha membuat Duryodhana iri, sehingga ia menantang Yudistira bermain dadu. Dalam permainan itu, Yudistira kalah seluruh harta, kerajaan, bahkan Drupadi.
Ketegangan memuncak saat Drupadi dihina di aula, namun Drestarasta akhirnya membatalkan hasil permainan dan memulangkan Pandawa.
Sayangnya, Yudistira kembali kalah saat diundang untuk permainan kedua, kali ini dengan syarat pengasingan 12 tahun dan 1 tahun penyamaran jika kalah.
Selama pengasingan kedua, Pandawa berkelana di hutan, dan Arjuna mendapatkan senjata dari para dewa sebagai persiapan perang. Setelah 12 tahun, Pandawa tinggal di kerajaan Wirata dalam penyamaran. Ketika mereka kembali ke wujud asli, Raja Wirata menawarkan putrinya untuk Abimanyu, putra Arjuna.
Usaha damai untuk mengembalikan Indraprastha gagal. Krishna sendiri mencoba berunding, namun Duryodhana menolak bahkan sebidang tanah sekecil mata jarum. Pandawa dan Kurawa bersiap perang, dengan banyak sekutu yang telah dikumpulkan kedua pihak.
Perang Kurukshetra berlangsung 18 hari. Pandawa menang, namun semua Kurawa dan sebagian besar kerabat Pandawa tewas.
Setelah perang, Yudistira menjadi raja Hastinapura dan Indraprastha. Pandawa memerintah selama 36 tahun sebelum menyerahkan takhta pada cucu mereka, Parikesit. Mereka kemudian pergi mendaki Himalaya, menjalani perjalanan menuju surga.
Peristiwa ini menjadi awal kisah besar Mahabharata, yang diceritakan kembali oleh Wesampayana di hadapan keturunan mereka.
Kisah Pandawa Seda adalah bagian penutup dari epos besar Mahabharata. Pandawa berhasil mengalahkan Kurawa dan merebut kembali tahta Hastinapura. Meski keluar sebagai pemenang, kemenangan ini jauh dari kebahagiaan. Pandawa harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan banyak sahabat, kerabat, dan anggota keluarga yang mereka cintai dalam perang tersebut.
Akhirnya Pandawa dan Drupadi kemudian memulai perjalanan terakhir mereka, berjalan kaki menuju Himalaya dengan tujuan menghabiskan sisa hidup mereka mendaki menuju surga. Dalam perjalanan ini, satu per satu gugur, dan roh mereka mencapai surga. (berbagai sumber/Z-1)
Di antara banyak tokoh pewayangan, Semar menempati posisi istimewa sebagai sosok yang penuh misteri namun kaya akan kebijaksanaan.
Wayang bukan lagi sekadar artefak dan seni pertunjukan. Ini merupakan warisan adiluhung yang mendunia.
Wayang adalah seni pertunjukan yang menjadi simbol budaya Indonesia, menggabungkan unsur filosofi, seni visual, dan musikal dalam setiap pertunjukannya.
INDRA Bekti mengaku lebih mengenal pahlawan-pahlawan Indonesia setelah membintangi "Pagelaran Sabang Merauke" yang ditampilkan di JIExpo Theatre, Jakarta Pusat pada 17 dan 18 Agustus 2024
Dewan Kesenian Klaten pada Jumat (15/11) malam menggelar wayang memperingati HWD/HWN di Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom, dan Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara.
DEWAN Kesenian Klaten, Jawa Tengah, menggelar pertunjukan wayang kulit dalam memperingati Hari Wayang Dunia/Nasional 2024 di halaman Radio Siaran Publik Daerah (RSPD) Klaten, Sabtu (9/11).
Sejak lama, kisah Ekalaya tokoh dari epos Mahabharata telah menjadi contoh teladan dalam mendidik murid. Namun, ada sisi yang tidak pernah terdengar dan tidak terlihat dari kisah terkenal itu.
Bhagavad Gita adalah kitab suci Hindu yang mengandung ajaran spiritual dan moral, yang disampaikan Dewa Krisna kepada Arjuna di tengah kebimbangan sebelum perang besar.
Pandawa Lima merupakan lima tokoh legendaris dalam epos Mahabharata yang melambangkan nilai-nilai luhur seperti keadilan, keberanian, dan kesederhanaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved