Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Jerome Polin Bagikan Rumus Sukses dan Inspirasi Hidup untuk Generasi Muda

Thalatie K Yani
28/10/2024 14:59
Jerome Polin Bagikan Rumus Sukses dan Inspirasi Hidup untuk Generasi Muda
Jerome Polin, kreator konten edukasi dan penerima beasiswa di Universitas Waseda, membagikan rumus sukses dalam acara Bincang Inspiratif bersama Tanoto Foundation. (Tanoto Foundation)

TIDAK ada yang sia-sia saat kita mempelajari sesuatu, apalagi jika bidang itu menjadi impian atau passion kita. Ketika sesutu didukung perencanaan yang baik,  dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan disertai konsistensi, hal tersebut dapat berbuah sukses. Jika dibuat rumus matematika, dream x plan x do x consistency = success.

Rumus sukses itu dibagikan kreator konten Jerome Polin di hadapan mahasiswa penerima beasiswa Tanoto Foundation di acara Bincang Inspiratif, beberapa waktu lalu. 

“Kenapa semua itu dikali, karena kalau salah satunya 0, hasilnya juga akan 0. Ibaratnya, kalau kalian punya mimpi, tetapi tidak dilakukan atau tidak konsisten, tidak akan ada hasilnya,” papar Jerome dengan penuh semangat.

Jerome saat ini dikenal sebagai Youtuber edukasi, khususnya di bidang matematika, dengan ribuan pengikut. Pemuda kelahiran 2 Mei 1998 ini juga terkenal menjalani studi di kampus bergengsi Jepang, Universitas Waseda, berbekal beasiswa.  

Jalan Jerome untuk meraih beasiswa pun tak mudah. Ia sempat mendaftar di sebuah universitas di Singapura, tetapi gagal. Namun ia tak putus asa dan terus mengasah kemampuan, seperti dengan mengikuti berbagai kompetisi dan olimpiade matematika. Alhasil, saat menjalani tes untuk mendapat beasiswa, Jerome meraih nilai matematika tertinggi dan menyisihkan ribuan peserta.  

“Belajar itu enggak ada yang sia-sia. Aku juga sempat merasa sia-sia belajar, tetapi di kesempatan lain ternyata ilmunya kepakai.  Mungkin kita sekarang tidak tahu gunanya, tetapi ketika momennya datang kita punya ilmu dan skill-nya. Sejak itu, apapun aku pelajari,” tuturnya.

Selama studi di Jepang, Jerome tak luput dari tantangan. Salah satunya adalah soal bahasa. Bukan hanya untuk pergaulan sehari-hari, kuliah matematika pun menggunakan Bahasa Jepang. Selain kapasitas akademik, ia pun menyadari pentingnya soft skill, terutama social and networking skill yang mendukung untuk bersosialisasi dan memperluas jaringan. 

“Kita juga juga harus punya prinsip. Biar tidak perlu validasi dari orang lain dan mengorbankan prinsip kita. Ketika kita memegang suatu prinsip dan value, orang-orang akan membutuhkan kita. Kita juga tidak mudah disetir orang lain. Kalau gampang disetir, kita enggak pegang kendali hidup kita dan enggak akan ke mana-mana,” ucapnya.

Dengan prinsip itu pula, Jerome menekankan untuk tidak takut untuk tampil beda.  Hal ini tercermin dari pengalamannya sendiri saat mengikuti olimpiade, beberapa tahun silam. Saat itu, peserta yang umumnya merupakan siswa cerdas justru tidak banyak berinteraksi satu sama lain. 

Nah, Jerome merasa akan percuma jika di ajang bergengsi itu ia justru tidak dapat teman. Akhirnya, selain ikut bertanding, ia juga lebih ramah dan membuka percakapan dengan siapa saja, termasuk panitia lomba. 

Pada berbagai ajang olimpiade matematika, Jerome mengaku melaju hingga tingkat provinsi dan tak pernah juara di level nasional. Jerome sadar dirinya tidak secerdas lawan di olimpiade matematika. Hinggga, ia memutuskan jadi berbeda dengan terjun sebagai kreator konten.

Bukan tanpa tantangan bagi Jerome saat memutuskan jadi kreator konten, khususnya yang bertema edukasi matematika.  Banyak pihak yang mempertanyakan kemampuannya.  

Selain itu, menjawab pertanyaan Tanoto Foundations Scholars, Jerome mengaku sempat mengalami quarter life crisis. Hal itu dialami setelah target-targetnya, terutama dalam finansial dan parameter di media sosial, tercapai.  

“Rasanya hampa, kosong, dan kayak robot. Apalagi sebagai manusia kita punya mimpi untuk bergerak maju,” katanya.

Oleh karena itu, Jerome mengingat lagi mimpi-mimpi dan tujuan hidupnya untuk memupus krisis diri tersebut. Jerome mengaku optimis akan usahanya membuat konten, sehingga ia menikmati segala prosesnya.

Jerome yang memiliki cita-cita sebagai Menteri Pendidikan, merasa harus terjun langsung di bidang edukasi dan mendirikan sekolah. Sebagai langkah awal, saat ini Jerome tengah menyiapkan bimbingan belajar (bimbel) dan math academy. “Ini yang membuat aku passionate lagi,” tandasnya.

Jerome pun berpesan untuk tidak mematikan passion para generasi muda. Jika saat ini tidak memungkinkan untuk diwujudkan, misalnya karena adanya tanggung jawab pada orang tua dan tuntutan ekonomi, nyala passion itu harus tetap dijaga.  

“Jangan matikan apinya. Saat waktu kosong, aku enggak lupa passion itu dan bisa mempelajarinya. Saat sudah stabil dan mandiri, kita juga bisa kejar passion itu,” katanya.

Menurutnya, setiap manusia punya waktu 24 jam. Namun hasilnya berbeda-beda tergantung tiap manusia menggunakan waktu tersebut. Ia berpesan supaya generasi muda memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, seperti untuk mengasah skill dan memperluas jaringan.

“Selain itu, jangan takut gagal. Kalau gagal, jadikan itu kesempatan untuk belajar. Kalau ada 10 pintu, lalu kita buka pintu pertama dan salah, coba terus sampai menemukan pintu yang benar. Kita belajar bahwa pintu-pintu itu salah. Jadikan itu pelajaran. Jangan sampai jatuh di lubang yang sama. Gagal banyak, belajarnya juga banyak,” pungkas Jerome. (RO/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya