Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Mengapresiasi Foto-Foto Jurnalistik World Press Photo 2024

Ardi Teristi
25/10/2024 10:07
Mengapresiasi Foto-Foto Jurnalistik World Press Photo 2024
Ilustrasi(MI/ARDI TERISTI)

ERASMUS Huis bekerja sama dengan Pendhapa Art Space membuka pameran World Press Photo 2024, Kamis (25/10) malam. Pameran ini akan berlangsung di Pendhapa Art Space, Bantul, mulai 25 Oktober hingga 23 November 2024.

Manajer dan kurator pameran World Press Photo 2024, Marika Cukrowski menyatakan, banyak tema yang telah masuk dalam World Press Photo 2024, dari mulai tema tentang keluarga, kesehatan mental, korban perang, kerusakan lingkungan, hingga perubahan iklim.

"Karya -karya yang dipamerkan di Yogyakarta adalah karya-karya yang telah diseleksi," terang dia melalui video saat pembukaan pameran. Foto yang masuk untuk World Press Photo 2024 berjumlah 61.062 karya oleh 3.851 fotografer dari 130 negara.

Dalam kesempatan itu Marika juga menyampaikan, banyak jurnalis yang meninggal dalam tugasnya. Lebih dari 1.600 wartawan tewas dalam 20 tahun terakhir. Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), pada 4 Maret 2024, 94 wartawan dan pekerja media tewas dalam perang Iisrael-Hamas, menjadikannya salah satu perang paling mematikan bagi media yang pernah tercatat.

World Press Photo memperjuangkan kebebasan pers dengan menampilkan beberapa foto jurnalistik dan fotografi dokumenter terbaik dunia, mendukung para fotografer, dan memperkenalkan literasi visual kepada khalayak yang lebih luas. 

Salah satu karya foto jurnalistik yang ditampilkan adalah karya Mohammed Salem asal Palestinia. Pria kelahiran 1985 itu memotret seorang perempuan Palestina, Inas Abu Maamar (36), yang sedang membopong jenazah keponakannya Saly (5) yang tewas. Ia tewas bersama empat anggota keluarga lainnya ketika rudal Israel menghantam rumah mereka. Khan Younis, Gaza, 17 Oktober 2023.

Mohammed Salem mengisahkan, foto ini diambil hanya beberapa hari setelah istrinya melahirkan. Foto penugasan dari Reuters tersebut menggambarkan “momen yang kuat dan menyedihkan yang merangkum gambaran yang lebih luas tentang apa yang terjadi di Jalur Gaza. 

Salah satu karya dari Indonesia yang ditampilkan dalam pameran tersebut adalah foto dari Arie Basuki. Karyanya yang memotret pencemaran di Sungai Cileungsi meraih honorable mention untuk Kawasan Asia Tenggara dan Oseania.

Saat pembukaan, Sekretaris Kedua Bidang Politik Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta, Zilla Boyer menilai, karya-karya foto jurnalistik yang ditampilkan telah menangkap momen-momen luar biasa dan memberi pesan yang sangat kuat.

"Setiap gambar (yang dihasilkan), lebih dari sekadar foto, karya tersebut menjadi jendela perjuangan orang-orang di seluruh dunia. Ia menceritakan kisah-kisah melampaui batas-batas bahasa dan budaya yang mengingatkan bahwa kita adalah manusia," kata dia.

Para jurnalis foto tersebut mengambil foto-foto yang tidak jarang membahayakan mereka untuk pergi ke tempat-tempat yang tidak banyak orang tahu. Mereka melakukannya dengan penuh keberanian dan dedikasi.

"Keberadaan jurnalistik sangat penting untuk menghasilkan pemberitaan yang demokratis, adil, dan jujur.," terang dia. Pihaknya juga menyampaikan apresiasi atas foto-foto yang dihasilkan karena mampu menunbuhkan empati dan perubahan.

Sementara itu, dalam sambutan khususnya, Ketua Departemen Hukum Tata Negara UGM, Zainal Arifin Mochtar menyampaikan, pameran itu menunjukkan sebuah kekuatan dari fotografi jurnalistik. "Foto jurnalistik adalah monumen yang bisa diingat diperhatikan dan bisa menjadi eureka moment. Foto jurnalisrik bisa menawarkan momen yang luar biasa, kesedihan, keindahan, hingga kegetiran," terang dia.

Menurut dia, setiap fotograder punya maksud yang mau dikirimkan kepada publik. Ia pun menyebut foto jurnalistik sebagai produk budaya yang mengabarkan sesuatu untuk masa depan.

Direktur Pendhapa Art Space, Ganes Satya Aji menilai pameran ini mengulas ftentnag foto-foto jurnalistik yang menampilkan peristiwa yang nyata yang patut kita apresiasi.

"Foto-foto yang dihasilkan memiliki nilai estetik dan penuh makna kemanusiaan dari sudut pandang jurnalisme," tutup dia.(H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya