Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
UNIVERSITAS Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya melalui Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) meluncurkan dua program studi baru yaitu Program Studi Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer (SpKKLP) dan Program Studi Profesi Apoteker (PSPPA).
Rektor Unika Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana menyampaikan bahwa terlahirnya dua prodi ini tidak hanya bertujuan untuk kepentingan Unika Atma Jaya semata, namun secara lebih jauh berfokus dalam memperkuat sektor kesehatan dalam mencapai Indonesia Emas.
“Unika Atmajaya baru-baru ini diundang oleh Kementerian Pertahanan untuk membahas tantangan besar menuju Indonesia Emas. Untuk mencapainya, diperlukan perguruan tinggi yang unggul dalam mencetak SDM berkualitas dan didukung oleh inovasi teknologi. Dalam konteks kesehatan, SDM yang berkualitas hanya dapat tercapai jika masyarakat sehat seperti fokus Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu, pembentukan prodi seperti SpKKLP dan profesi apoteker diharapkan memperkuat sektor kesehatan, khususnya dalam layanan primer dan ketahanan kesehatan,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Selasa (22/10).
Kedua program ini dirancang untuk menjawab tantangan kesehatan yang semakin kompleks di Indonesia dan dunia. Penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Untuk itu, peran dokter keluarga semakin penting dalam mencegah dan menangani penyakit-penyakit tersebut.
Program SpKKLP FKIK Unika Atma Jaya hadir untuk mencetak dokter keluarga yang mampu memberikan pelayanan kesehatan holistik, komprehensif, dan berkelanjutan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, drg. Ani Ruspitawati menambahkan bahwa kehadiran kedua program studi ini sangat strategis dalam upaya penyelesaian kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan Indonesia.
“Ke depannya, kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan institusi pendidikan, agar masyarakat memperoleh akses layanan kesehatan yang merata dan berkualitas,” kata dia.
Sementara itu, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin berharap program ini dapat memperkuat transformasi pelayanan kesehatan primer, dengan fokus pada upaya promotif, efektif, dan kontinuitas perawatan di keluarga serta komunitas.
“Program spesialis kedokteran keluarga ini juga penting untuk daerah-daerah yang membutuhkan, sementara program profesi apoteker berperan dalam pengelolaan obat dan pelayanan farmasi untuk masyarakat,” ujarnya.
Dalam rangka mempersiapkan pembukaan Prodi Sp.KKLP, sejak 2007, FKIK Unika Atma Jaya telah aktif berpartisipasi dalam berbagai pelatihan dan seminar nasional maupun internasional guna meningkatkan kapasitas dokter keluarga, serta menjadi anggota perhimpunan dokter keluarga internasional (WONCA).
Selain itu pada 2014, FKIK Unika Atma Jaya juga menjadi anggota tim Task Force Dokter Layanan Primer dan melakukan benchmarking di Family Medicine Residensi Australia dan Belanda.
Program Studi SpKKLP ini merupakan wujud komitmen Unika Atma Jaya untuk melahirkan dokter keluarga yang terampil, tidak hanya secara klinis, tetapi juga mampu mengedepankan pendekatan personal dalam menangani sindrom metabolik dan penyakit kronis lainnya.
Kedua program ini sejalan dengan visi Unika Atma Jaya untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkompeten dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta dinamika industri kesehatan global. (H-2)
Menurut data Kementerian Kesehatan, 75% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM), serangan jantung dan strok.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, mengatakan bahwa kandungan gula garam dan lemak pada (GGL) pada makanan yang dikonsumsi ditengarai menjadi salah satu penyebab obesitas pada anak.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021, 10 penyebab kematian teratas menyumbang 39 juta kematian, atau 57% dari total 68 juta kematian di seluruh dunia.
Prioritas kesehatan nasional saat ini menyasar pada pengendalian penyakit tidak menular.
Kemenkes dan AstraZeneca dalam penanganan penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes, kanker, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi virus RSV, penyakit ginjal kronis.
Studi meta analisis pada 2021 dan 2023 mengestimasi setiap konsumsi 250 mililiter MBDK akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 12 persen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved