Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
BANYAK buah khususnya di Bali yang dipakai dalam kelengkapan upacara agama berakhir menjadi limbah lantaran kelewat ranum atau matang. Padahal buah-buah tersebut yang biasa disebut ‘lungsuran’ itu bisa diolah menjadi energi terbarukan yakni bioethanol yang tidak hanya memberi soluasi terhadap masalah limbah tapi juga menciptakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Hal itu disampaikan akademisi Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, I Nengah Muliarta di Denpasar, Minggu (20/10). Menurut Muliarta, buah lungsuran, seperti pisang, kelapa, atau mangga, sering kali akhirnya terbuang sia-sia karena tidak layak dimakan.
“pemanfaatan atau pengolahan (buah) sisa upacara ini dapat menjadi sebuah usaha pengelolaan sampah, bukan saja mengurangi, tetapi juga mengoptimalkan sumber daya alam. Harapannya sumber daya alam digunakan secara maksimal, tanpa ada bahan yang terbuang percuma,” kata Muliarta.
Dalam pembuatan bioethanol dari buah sisa lungsuran itu diperlukan beberapa tahapan yang relatif sederhana. Pertama, buah-buahan yang tidak terpakai dikumpulkan dan dibersihkan dari kotoran. Setelah itu, buah tersebut dihancurkan untuk memudahkan proses fermentasi. Gula alami yang terkandung dalam buah akan difermentasi dengan bantuan ragi. Selama proses fermentasi, gula diubah menjadi alkohol.
Proses selanjutnya adalah destilasi, di mana alkohol yang dihasilkan disaring untuk mendapatkan bioethanol dengan kadar kemurnian yang tinggi. Hasil akhirnya adalah bioethanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, baik untuk kendaraan maupun untuk keperluan industri.
Muliarta mengungkapkan mengolah buah sisa lungsuran menjadi bioethanol jelas membawa manfaat ekonomi yang signifikan. Petani dan masyarakat lokal di daerah pedesaan dapat memanfaatkan limbah buah untuk menciptakan produk bernilai tinggi tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk bahan baku. “Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan pendapatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” ujar Muliarta.
Selain itu, pengolahan bioethanol juga membuka peluang kerja baru dalam sektor pengolahan dan distribusi. Masyarakat lokal dapat terlibat dalam proses produksi, mulai dari pengumpulan buah hingga distribusi bioethanol ke pasar. Ini tidak hanya memberikan pendapatan tambahan, tetapi juga mengurangi pengangguran di daerah tersebut.
Muliarta menegaskan, pengolahan buah sisa lungsuran menjadi bioethanol dapat membantu mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh sampah organik. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari tanah dan air, serta menjadi sumber emisi gas rumah kaca. “Dengan memanfaatkan limbah ini, kita dapat mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan pada saat yang sama menghasilkan energi terbarukan,” jelasnya
Bioethanol sebagai bahan bakar juga memiliki keuntungan dibandingkan bahan bakar fosil. Penggunaan bioethanol dapat mengurangi emisi karbon dioksida, yang merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global. Dengan beralih ke bioethanol, kita berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.
Muliarta mengakui meskipun gagasan ini menjanjikan, namun terdapat beberapa tantangan dalam implementasi pengolahan buah sisa lungsuran menjadi bioethanol. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya pengetahuan dan teknologi di kalangan masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Oleh karena itu, diperlukan program pelatihan dan sosialisasi yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam proses pengolahan ini.
Selain itu, infrastruktur yang memadai juga menjadi faktor kunci. Pengolahan bioethanol memerlukan alat dan mesin yang sesuai untuk memastikan proses berjalan dengan baik. Pemerintah, bersama dengan sektor swasta, perlu berkolaborasi untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan serta memberikan dukungan finansial bagi para pelaku usaha kecil.
Dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan ide ini. Dengan teknologi yang tepat dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. “Mari kita ubah cara pandang kita terhadap buah sisa lungsuran, alih-alih membuangnya, kita olah dan manfaatkan untuk masa depan yang lebih baik,” tandas Muliarta. (H-2)
Penyakit hati merupakan masalah yang terus berkembang, dan kondisi ini dapat disembuhkan dengan pendekatan yang tepat.
Memperingati World Health Day 2025 Harris Puri Mansion mengadakan kegiatan sosial dengan membagikan buah-buahan segar kepada ibu hamil di Posyandu Dahlia 1.
PROGRAM Agroforestri di Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim) pada lahan seluas 1.000 ha diimplementasikan sebagai strategi optimalisasi lahan tidur dan pencegahan kerusakan lingkungan.
Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya stroberi dan jeruk ternyata dapat mencegah dan mengatasi kurang darah atau anemia.
KECAMATAN Long Kali di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Kaltim) tak hanya memiliki hamparan sawit yang luas, tapi juga menyimpan potensi besar lainnya, yakni buah-buahan segar.
DURIAN menjadi salah satu buah yang cukup banyak disukai orang, tapi durian tidak cocok untuk penderita asam urat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved