Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SEBUAH studi baru yang diterbitkan di JAMA Open Network mengungkapkan Generasi X memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker dibandingkan generasi sebelumnya.
Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari National Cancer Institute yang meneliti catatan kesehatan dari 3,8 juta penderita kanker ganas di AS antara tahun 1992 hingga 2018. Fokus penelitian adalah membandingkan risiko kanker pada Generasi X (kelahiran 1965-1980) dan baby boomer (kelahiran 1946-1964).
Hasil pemodelan menunjukkan pada 2025, ketika sebagian besar Generasi X memasuki usia 60-an, mereka akan lebih mungkin didiagnosis dengan kanker invasif dibandingkan generasi sebelumnya.
Baca juga : Peningkatan Risiko Kanker di Kalangan Milenial Gen X, Apa Penyebabnya dan Bagaimana Mengatasinya?
Para peneliti menemukan peningkatan kejadian kanker yang menonjol, seperti kanker kolorektal, tiroid, ginjal, serta leukemia, lebih besar pada Generasi X daripada generasi-generasi sebelumnya yang lahir dari tahun 1908 hingga 1964.
Penelitian ini mengejutkan para ilmuwan, mengingat berbagai inisiatif pencegahan kanker yang telah dilakukan selama beberapa dekade, seperti kampanye anti-merokok dan peningkatan pemeriksaan dini untuk kanker usus besar, rektum, dan payudara.
Meski demikian, beberapa faktor diyakini berkontribusi terhadap lonjakan angka kanker di Generasi X, termasuk obesitas, gaya hidup yang tidak banyak bergerak, dan deteksi dini yang lebih tinggi.
Baca juga : Tren Kanker Paru-paru di Kalangan Bukan Perokok Meningkat, Apa Pemicunya?
Selain kanker kolorektal, yang menjadi perhatian besar akhir-akhir ini, penelitian ini juga menunjukkan perempuan Generasi X diperkirakan akan mengalami peningkatan risiko kanker rahim, pankreas, ovarium, dan limfoma non-Hodgkin. Sementara itu, pria Generasi X diperkirakan akan mengalami peningkatan risiko kanker prostat.
Menurut Dr. F. Perry Wilson, direktur Clinical and Translational Research Accelerator di Yale University, risiko kanker yang lebih tinggi ini mengindikasikan generasi saat ini terpapar faktor risiko yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
“Seorang pria berusia 50 tahun saat ini terpapar pada serangkaian karsinogen yang secara fundamental berbeda dari seseorang yang berusia 50 tahun pada tahun 1980,” jelas Wilson.
Baca juga : Indonesia Luncurkan Rencana dan Pengendalian Nasional untuk Penanganan Kanker
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya deteksi dini dan pencegahan yang lebih aktif, terutama di kalangan Generasi X yang menunjukkan peningkatan risiko kanker di berbagai kategori.
Meski beberapa inisiatif telah berhasil menekan angka kanker, faktor gaya hidup modern, seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan paparan zat-zat karsinogenik yang lebih beragam, menjadi tantangan baru dalam upaya melawan kanker.
Penelitian ini menegaskan bahwa, meskipun usia adalah faktor risiko utama untuk kanker, perbedaan paparan terhadap karsinogen dan gaya hidup antar generasi memegang peranan besar dalam menentukan risiko penyakit ini. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran akan perubahan gaya hidup dan mendorong pemeriksaan kesehatan yang rutin menjadi kunci dalam mengurangi angka kejadian kanker pada Generasi X. (webmd/cancer/Z-3)
Para ilmuwan mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang merevolusi imunoterapi kanker.
Menurut data GLOBOCAN 2022, Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia.
Penelitian terbaru menunjukkan kombinasi radioterapi dan imunoterapi dapat “membangunkan” tumor paru-paru yang sebelumnya kebal pengobatan.
Banyak tantangan yang dihadapi pasien kanker anak dan keluarga, terutama yang berasal dari latar belakang keluarga prasejahtera.
MENILAI prevalensi gangguan tidur di antara pasien kanker sangat penting untuk memahami gejala dan mengidentifikasi strategi manajemen yang tepat.
Louis Van Gaal pertama kali didiagnosis menderita kanker prostat pada 2020, tetapi memilih merahasiakan kondisinya itu dari publik dan pemain saat masih melatih Belanda pada Piala Dunia 2022.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved