Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
VIRUS influenza B/Yamagata telah menjadi komponen penting dalam vaksin flu selama bertahun-tahun. Namun, baru-baru ini, Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organization (WHO) memutuskan untuk menghapusnya dari beberapa formulasi vaksin flu.
Keputusan ini langsung mengarahkan produsen vaksin influenza/flu untuk menghilangkan strain virus tersebut dari semua vaksin yang akan didistribusikan. Berikut adalah empat alasan utama di balik keputusan ini:
Baca juga : Mujarab! Ini Cara Mengatasi Flu Tanpa Obat
Sejak awal pandemi covid-19 pada tahun 2020, dunia menyaksikan perubahan dramatis dalam pola sirkulasi virus pernapasan. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah penurunan tajam dalam sirkulasi virus influenza B/Yamagata di seluruh dunia.
Selama bertahun-tahun sebelum pandemi, strain Yamagata secara konsisten terdeteksi dalam surveilans global influenza. Namun, sejak awal tahun 2020, deteksi strain ini telah menurun hingga hampir nol. Para ahli epidemiologi melaporkan bahwa selama lebih dari dua tahun, hampir tidak ada kasus yang dikonfirmasi dari infeksi B/Yamagata di seluruh dunia.
Fenomena ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, tindakan pencegahan yang diambil untuk mengendalikan penyebaran covid-19, seperti penggunaan masker, jarak sosial, dan peningkatan kebersihan tangan, juga efektif dalam mengurangi penyebaran virus influenza.
Baca juga : Indonesia Waspadai Wabah Pneumonia Baru dari Tiongkok
Kedua, pembatasan perjalanan internasional selama pandemi mungkin telah menghambat penyebaran global strain ini.
Salah satu penemuan penting yang mendukung penghapusan strain Yamagata dari vaksin flu adalah adanya perlindungan silang yang signifikan dari strain influenza B/Victoria.
Penelitian immunologi menunjukkan bahwa antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap vaksinasi dengan strain Victoria juga dapat memberikan tingkat perlindungan tertentu terhadap infeksi strain Yamagata.
Baca juga : WHO : Puluhan Kucing di Polandia Positif H5N1
Fenomena ini dikenal sebagai reaktivitas silang antigenik. Meskipun strain Victoria dan Yamagata berbeda, mereka memiliki beberapa kesamaan struktural dalam protein permukaan.
Akibatnya, sistem kekebalan yang telah dilatih untuk mengenali dan melawan strain Victoria juga dapat mengenali dan memberikan beberapa tingkat perlindungan terhadap strain Yamagata.
Implikasi dari perlindungan silang ini sangat signifikan, karena meskipun tanpa komponen Yamagata yang spesifik dalam vaksin, orang yang divaksinasi masih memiliki tingkat perlindungan tertentu terhadap strain ini.
Baca juga : Penyebab Sama, Influenza Berbeda dengan Batuk Pilek Selesma
Dengan mempertimbangkan penurunan sirkulasi Yamagata dan adanya perlindungan silang ini, manfaat dari memasukkan strain Yamagata secara spesifik dalam vaksin menjadi kurang jelas.
Penghapusan strain Yamagata dari vaksin flu memberikan kesempatan untuk meningkatkan komposisi vaksin agar lebih efektif. Vaksin flu memiliki batasan jumlah antigen yang bisa dimasukkan, sehingga setiap komponen perlu dipilih dengan hati-hati.
Tanpa strain Yamagata, para ilmuwan dapat mempertimbangkan beberapa langkah untuk meningkatkan efektivitas vaksin.
Salah satu opsi adalah meningkatkan dosis antigen untuk strain lain yang tetap ada dalam vaksin, yang bisa memperkuat respons imun.
Selain itu, ruang yang tersedia juga bisa digunakan untuk menambahkan strain influenza baru yang mungkin muncul sebagai ancaman. Di samping itu, formulasi adjuvan—bahan yang membantu meningkatkan respons imun—dapat ditingkatkan, terutama untuk kelompok rentan seperti orang tua.
Dengan langkah-langkah ini, vaksin dapat lebih responsif terhadap perubahan pola penyebaran virus influenza yang terus berubah.
Keputusan ini mencerminkan pendekatan adaptif dalam strategi vaksinasi flu, merespons perubahan dalam pola epidemiologi virus influenza global. Meskipun penghapusan strain Yamagata dari beberapa formulasi vaksin flu merupakan langkah signifikan, penting untuk dicatat bahwa situasi epidemiologi terus dipantau secara ketat.
Jika di masa depan strain Yamagata kembali menjadi ancaman signifikan, komposisi vaksin dapat disesuaikan kembali.
Penting untuk dicatat bahwa keputusan untuk menghapus strain Yamagata dari vaksin flu bukanlah keputusan permanen.
Situasi epidemiologi akan terus dipantau oleh organisasi kesehatan global, dan jika di masa depan strain Yamagata kembali menjadi ancaman signifikan, komposisi vaksin dapat dengan cepat disesuaikan untuk memasukkannya kembali.
Penghapusan strain Yamagata dari vaksin flu mencerminkan pendekatan yang dinamis dan berbasis bukti dalam strategi vaksinasi global.
Ini menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat terus beradaptasi untuk memberikan perlindungan terbaik terhadap penyakit menular dalam lanskap epidemiologi yang selalu berubah.
Varian baru virus SARS-CoV-2 yang dikenal dengan nama Nimbus atau varian NB.1.8.1 mulai menarik perhatian dunia setelah penyebarannya meningkat di sejumlah negara Asia.
PARA ilmuwan di Tiongkok telah menemukan sejumlah virus baru yang belum pernah terlihat sebelumnya pada kelelawar yang hidup di dekat manusia.
Peneliti di Tiongkok menemukan 20 virus baru di ginjal kelelawar Yunnan, dua di antaranya mirip dengan virus mematikan Nipah dan Hendra.
HPV itu ada banyak jenisnya, inkubasinya, dan gejalanya. Tidak semua virus HPV bisa memicu kanker serviks. Sebagian hanya memiliki gejala seperti kutil dan menghilang dengan sendirinya.
Para ilmuan mendalami sistem imunitas yang dimiliki kelelawar untuk mengatasi virus.
Virus ini dapat masuk ke tubuh manusia lewat perantara nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.
Jepang mencatat lebih dari 9,5 juta kasus influenza terhitung sejak 2 September 2024 hingga 26 Januari 2025.
Virus influenza, termasuk strain H1N1, dapat tetap menular dalam susu mentah yang disimpan dalam suhu pendinginan selama lima hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved