Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MITIGASI krisis iklim memerlukan kemitraan internasional yang mampu mempercepat proses transisi energi ke energi terbarukan. Untuk itu, Indonesia dinilai perlu menciptakan dan menangkap peluang kerja sama dengan negara yang gencar mengembangkan energi terbarukan. Misalnya terkait berbagi teknologi dan menarik investasi untuk transisi energi.
Peluang kerja sama itu misalnya ada pada Tiongkok. Kerja sama Tiongkok dan Indonesia telah terjalin selama 75 tahun. Kolaborasi Tiongkok dan Indonesia semakin erat dalam kerangka kerja sama Belt and Road Initiative (BRI) atau Inisiatif Jalan Sutra pada 2013.
Sejalan dengan meningkatnya kerja sama Indonesia-Tiongkok, jumlah investasi Tiongkok ke Indonesia di sektor energi dari 2006 hingga 2022 mencapai US$8,9 juta atau sekitar Rp93 triliun. Porsi investasi di sektor energi dari Tiongkok dialokasikan 86% untuk energi fosil dan 14% untuk energi terbarukan.
Baca juga : Di Forum IREIS 2023, Indonesia Tegaskan Komitmen 23 Persen Energi Terbarukan pada 2025
Fungsional Diplomat Ahli Madya Kementerian Luar Negeri Dino R Kusnadi menyebut dalam BRI, Tiongkok menjadikan Indonesia sebagai negara prioritas untuk bekerja sama. Menurutnya, sebagai negara yang menganut asas bebas aktif dalam kerja sama internasional, Indonesia mempunyai keleluasaan untuk memilih mitra selama memberikan nilai tambah secara teknologi, infrastruktur, hingga perekonomian.
“Tiongkok dan Indonesia mempunyai kerja sama yang saling melengkapi. Indonesia merupakan mitra prioritas Tiongkok. Selama memberikan nilai tambah, kerja sama dapat terus berlangsung. Di sisi lain, Indonesia perlu meningkatkan kapasitasnya agar tidak ketinggalan dengan Tiongkok,” jelas Dino dalam media briefing yang diselenggarakan Institute for Essential Services Reform (IESR) di Jakarta, Selasa (24/9).
Manajer Program Diplomasi Iklim dan Energi IESR Arief Rosadi mengatakan peluang untuk meningkatkan investasi energi terbarukan Tiongkok di Indonesia terbuka lebar. Hal ini sejalan dengan komitmen Tiongkok mendukung pengembangan energi ramah lingkungan di negara-negara berkembang.
Baca juga : RUPTL Terbaru akan Menjadi yang Terhijau Sepanjang Sejarah
Di sisi lain, Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai nol emisi atau net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat sehingga dapat memperkuat potensi kerja sama ini.
“Kajian IESR menemukan bahwa secara teknis dan ekonomis, Indonesia bahkan dapat mempercepat pencapaian nol emisi karbon pada 2050 dengan dekarbonisasi sektor energi. Indonesia dapat lebih memperkuat kerja sama dengan Tiongkok, misalnya dalam kerangka BRI, untuk mengeksplorasi mekanisme inovatif dan struktur pembiayaan untuk meningkatkan proyek energi terbarukan di Indonesia,” ungkap Arief.
Arief menambahkan, berdasarkan kajian IESR, Indonesia memerlukan investasi sebesar US$1,3 triliun untuk mencapai nol emisi karbon pada 2050 yang akan dialokasikan ke berbagai teknologi energi terbarukan. Dukungan investasi yang signifikan ini mensyaratkan kolaborasi internasional yang kuat, termasuk dengan Tiongkok.
Koordinator Proyek Transisi Energi Asia Tenggara IESR Agung Marsallindo menuturkan, dukungan Tiongkok terhadap transisi energi di Indonesia dapat berupa kolaborasi teknologi dan manufaktur serta investasi. Agung menyebut investasi hijau Tiongkok akan menyasar pada proyek energi terbarukan yang layak secara finansial seperti tenaga surya dan angin. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya yang memadai untuk manufaktur pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) disokong dengan biaya produksi yang rendah.
“Memperkuat peluang kerja sama Indonesia dan Tiongkok dalam sektor energi terbarukan sangat diperlukan dalam mengedepankan pembangunan hijau dan berkelanjutan. Hal ini dapat membuka kesempatan Indonesia sebagai hub manufaktur energi terbarukan, mendukung dekarbonisasi industri, serta memastikan kerangka pembiayaan proyek hijau yang bankable dan jangka panjang,” pungkasnya. (S-1)
Namun, jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki proteksi masih sedikit apabila dibandingkan dengan berbagai negara lain.
PENERAPAN tarif timbal balik atau resiprokal yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bisa menjadi peluang emas bagi Indonesia.
Meskipun kondisi pasar properti masih cenderung melambat menjelang akhir tahun, optimisme pengembang untuk melanjutkan ekspansi bisnis di sejumlah wilayah tetap membara.
PT Summarecon Agung Tbk menargetkan peningkatan omzet sebesar 10% pada gelaran Summarecon Expo 2024 yang berlangsung di Gafoy.
CX bukan hanya menjawab komplain atau menawarkan produk kepada pelanggan, tetapi telah berevolusi jadi sebuah industri yang membangun hubungan antara pelanggan dan perusahaan.
MUNCULNYA virus baru dengan nama HKU5-CoV-2. Virus corona baru itu ditemukan di Tiongkok. Kenali ciri-ciri virus HKU5-CoV-2 dan fakta-faktanya
Transisi energi tidak hanya tentang pengurangan emisi tetapi juga untuk penciptaan lapangan kerja dan peluang investasi.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan dan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
AS dan Tiongkok mencapai kemajuan yang meredakan perang dagang.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesepakatan telah dicapai antara AS dan Tiongkok untuk meredam tensi perang dagang berkepanjangan.
Pasar kemasan karton bergelombang di Asia Tenggara segera mencatat tingkat pertumbuhan tahun majemuk (CAGR) sebesar 4% pada periode 2021-2026.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved