Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Indonesia Masih Punya PR Dalam Hal Penuntasan Angka Buta Aksara

Despian Nurhidayat
05/9/2024 20:40
 Indonesia Masih Punya PR Dalam Hal Penuntasan Angka Buta Aksara
Warga binaan pemasyarakatan (WBP) belajar menulis dan membaca.(Dok. Antara)

PLT. Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), Kemendikbud-Ristek, Aswin Wihdiyanto mengatakan, menjelang Hari Aksara Internasional yang akan berlangsung pada 8 September 2024, Indonesia masih punya pekerjaan rumah yang besar dalam rangka penuntasan angka buta aksara di dalam negeri.

“Karena suka atau tidak suka berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), kita masih ada pekerjaan rumah untuk angka buta aksara di Indonesia. Dari data BPS, penduduk buta aksara pada kelompok umur sampai dengan 15 tahun itu saja masih ada 3,47%, pada rentang usia 15-44 tahun itu ada 0,47% dan di atas 45 tahun itu lebih banyak lagi sekitar 8,04%. Jadi artinya memang masih ada pekerjaan rumah bagi kita untuk turut menuntaskan buta aksara ini,” ungkapnya dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk Peran Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Literasi pada Pendidikan Khusus dan Pendidikan Kesetaraan, Kamis (5/9).

Lebih lanjut, menurut Aswin saat ini pemerintah sedang memperkuat kolaborasi antara Kemendikbud-Ristek dengan pemerintah daerah dan juga masyarakat dalam konteks penuntasan program buta aksara.

Baca juga : FSGI Soroti Tingginya Kasus Kekerasan di Satuan Pendidikan

“Kita perlu sadari bahwa penuntasan buta aksara ini merupakan tanggung jawab bersama. Kalau berdasarkan data yang tadi saya sampaikan, memang masih cukup besar sebenarnya pekerjaan rumah kita terkait dengan data warga negara yang buta aksara. Itulah kenapa saya rasa permasalahan ini tidak mungkin hanya diselesaikan oleh Kemendikbud-Ristek. Ada juga peran pemerintah daerah dan kementerian atau lembaga lain yang saya rasa perlu kita selalu berkolaborasi,” tegas Aswin.

Kemendikbud-Ristek juga mendorong kepada pemerintah daerah untuk bersama-sama masyarakat melakukan pendataan tentang warga negara buta aksara, termasuk memastikan validasi data yang ada.

Karena menurut Aswin data ini menjadi penting, apalagi ketika akan ada fasilitasi atau intervensi dalam percepatan penuntasan buta aksara, tentu data dan tata kelola yang baik itu sangat diperlukan.

Baca juga : Kemendikbud Perkuat Peran Anak Muda dalam Merawat Bahasa Indonesia

“Salah satu indikator yang dilihat saat ini adalah terkait dengan kesepadanan data NIK warga negara yang buta aksara di Dapodik dengan data NIK yang ada di Dukcapil. Ini kami sangat bersyukur dukungan dari Pusdatin Kemendikbud-Ristek, Dukcapil dan pemerintah daerah terkait dengan hal ini sangat luar biasa. Sudah dua tahun ini sangat luar biasa dukungannya dan ini menjadi semangat baru bagi kita dalam berkolaborasi dan memastikan inisiatif yang kita lakukan ini Insya Allah dapat berjalan dengan baik,” tuturnya.

Akurasi Data

Selain itu, Aswin menambahkan bahwa pemerintah juga tentu mempersiapkan satuan pendidikan masyarakat yang akan menjalankan program penuntasan buta aksara, baik melalui program keaksaraan dasar maupun keaksaraan lanjutan.

Terkait fasilitasi pada satuan pendidikan dalam program penuntasan buta aksara, tentu harus dipastikan data yang akurat, tervalidasi dan terverifikasi dengan baik.

Baca juga : Badan Bahasa dan Komisi X DPR RI Dorong Pemutakhiran KBBI Edisi VI

“Tahun ini rencananya Insya Allah Kemendikbud-Ristek melalui Ditjen PDM akan memberikan fasilitasi penyaluran bantuan keaksaraan dasar kepada 25 ribu peserta didik dan untuk keaksaraan lanjutannya sebanyak 600 peserta didik,” ujar Aswin.

Tidak hanya itu, Kemendikbud-Ristek juga akan mempersiapkan skema jangka panjang dalam program keaksaraan ini. Jadi tidak hanya sebatas bagaimana melek aksara dan menghapuskan buta aksara, tapi membuka jalan untuk proses yang lebih lanjut dari bagaimana peningkatan mutu, kompetensi dan literasinya.

“Bagi peserta didik yang sudah melek aksara, nanti akan ada skema lagi yang memungkinkan untuk melanjutkan ke program paket program kesetaraan. Ini akan memungkin mereka untuk lebih bisa mengembangkan diri, meningkatkan kompetensi literasi, numerasi dan karakter, sehingga nanti Insya Allah akan memiliki kekuatan ketika akan kembali terjun ke masyarakat,” ucapnya.

Saat ini, Aswin menekankan bahwa Kemendikbud-Ristek sedang melakukan transformasi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu layanan pendidikan untuk menghasilkan mutu lulusan yang lebih baik dengan kompetensi literasi, numerasi dan karakter yang lebih baik.

“Hal yang perlu saya tekankan adalah kebijakan besar transformasi pendidikan yang dilakukan oleh Kemendikbud-Ristek saat ini tidak meninggalkan teman-teman yang ada di pendidikan nonformal maupun yang ada di pendidikan khusus. Inilah upaya yang kita lakukan bersama dalam rangka peningkatan literasi terutama bagi teman-teman di pendidikan kesetaraan dan pendidikan khusus,” pungkas Aswin. (Z-9)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya