Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Mengenal Pakaian Adat Bali untuk Pria dan Wanita, Berikut Maknanya

Reynaldi Andrian Pamungkas
26/8/2024 23:59
Mengenal Pakaian Adat Bali untuk Pria dan Wanita, Berikut Maknanya
Berikut mengenal pakaian adat Bali untuk dikenakan pria dan wanita(MI/Reynaldi)

INDONESIA memiliki banyak keragaman, mulai dari bahasa, suku, budaya hingga adat. Hingga saat ini semuanya masih dilestarikan oleh masyarakat tanah air.

Salah satunya adalah pakaian adat Bali yang memiliki makna dan sejarah cukup panjang. Selain itu pakaian adat Bali ini juga dibuat khusus untuk pria dan wanita.

Pakaian adat Bali memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, serta kaya akan makna simbolis yang mencerminkan kebudayaan dan kepercayaan masyarakat Bali. 

Baca juga : 11 Pakaian Adat Bali dan Ciri-cirinya

Pakaian adat ini dikenakan dalam berbagai upacara keagamaan, acara adat, dan kegiatan sehari-hari, serta memiliki variasi tergantung pada acara dan status sosial pemakainya.

Pakaian Adat Bali untuk Pria

Udeng

Udeng adalah ikat kepala khas Bali yang digunakan oleh pria. Bentuknya seperti simpul di depan, melambangkan keseimbangan pikiran. Udeng sering dikenakan dalam upacara keagamaan dan acara resmi lainnya.

Kain Kamen

Kamen adalah kain panjang yang diikatkan di pinggang, menutupi dari pinggang ke bawah hingga mata kaki. Kamen biasanya terdiri dari kain dengan motif khas Bali, diikat dengan cara tertentu yang melambangkan kesopanan dan adat.

Baca juga : Nama-nama Jenis Pakaian Adat Bali

Saput

Saput adalah kain tambahan yang dipakai di luar kamen. Biasanya dipakai dengan cara dililitkan di pinggang, dan sering memiliki warna atau motif yang berbeda dari kamen.

Sabuk

Sabuk adalah ikat pinggang yang digunakan untuk mengikat kamen dan saput. Sabuk ini melambangkan kekuatan dan tanggung jawab.

Baju Adat

Baju pria Bali sering kali berupa baju kemeja putih dengan kerah berdiri, melambangkan kesucian.

Baca juga : Endek Bali Diharapkan Jadi Busana Resmi dalam KTT G20

Selop atau Sandal

Pria biasanya memakai selop atau sandal tradisional Bali yang melengkapi pakaian adat.

Pakaian Adat Bali untuk Wanita

Kebaya

Kebaya Bali adalah atasan yang biasanya terbuat dari kain brokat, dipakai dengan sabuk atau selendang di pinggang. Kebaya ini menonjolkan keanggunan dan kelembutan wanita Bali.

Kain Kamen

Sama seperti pria, wanita juga mengenakan kain kamen yang diikat di pinggang, tetapi sering kali kain ini memiliki motif dan warna yang lebih feminin.

Baca juga : Enam WNA Ditangkap Gegara Melanggar Aturan Keimigrasian di Bali

Selendang atau Senteng

Selendang atau senteng dililitkan di sekitar pinggang atau disampirkan di bahu, melambangkan kewajiban wanita dalam menjaga harmoni dan keluarga.

Sabuk Prada

Sabuk prada adalah ikat pinggang yang biasanya terbuat dari kain dengan hiasan emas atau perak, menambahkan kemewahan pada pakaian adat.

Gelung atau Sanggul

Rambut wanita Bali biasanya digelung atau dibuat sanggul dengan hiasan bunga atau ornamen emas. Gelung ini menambah keindahan dan keanggunan penampilan.

Kain Selendang

Wanita Bali juga menggunakan selendang yang bisa disampirkan di bahu atau diikat di pinggang, sebagai simbol kesetiaan dan kehormatan.

Makna Pakaian Adat Bali

  • Kesucian: Banyak elemen dalam pakaian adat Bali, seperti warna putih dan penggunaan kain khusus, melambangkan kesucian dan dedikasi kepada yang ilahi.
  • Keharmonisan: Setiap bagian dari pakaian adat Bali memiliki makna yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali, yaitu menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.
  • Status Sosial: Jenis kain, warna, dan aksesori yang dikenakan sering kali menunjukkan status sosial atau kedudukan seseorang dalam masyarakat Bali.

Pakaian adat Bali tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh, tetapi juga sebagai sarana untuk mengekspresikan identitas budaya dan spiritualitas masyarakat Bali.

Sejarah pakaian adat Bali merupakan bagian tak terpisahkan dari perkembangan budaya dan tradisi masyarakat Bali yang kaya akan nilai-nilai spiritual, estetika, dan sosial.

Pakaian adat Bali tidak hanya sebagai penutup tubuh, tetapi juga sebagai cerminan dari kepercayaan, status sosial, serta fungsi dalam upacara adat dan keagamaan. 

Berikut Sejarah Pakaian Adat Bali

Periode Awal: Pengaruh Hindu-Buddha

Kerajaan Bali Kuno (sekitar abad ke-8 - 14 M): Pakaian adat Bali pada periode ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha yang dibawa oleh para pendeta dan bangsawan dari India dan Jawa.

Pada masa ini, pakaian adat didominasi oleh penggunaan kain panjang yang dililitkan di tubuh, baik untuk pria maupun wanita. Struktur pakaian ini mencerminkan kesederhanaan namun tetap memancarkan aura keagungan, terutama dalam upacara keagamaan.

Pengaruh Majapahit (sekitar abad ke-14 - 15 M): Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit di Jawa, banyak bangsawan dan seniman yang bermigrasi ke Bali, membawa serta pengaruh kebudayaan Majapahit.

Pada periode ini, pakaian adat Bali mulai mengalami modifikasi, dengan pengaruh Jawa yang kuat terlihat dalam penggunaan kain batik dan struktur pakaian yang lebih kompleks.

Masa Kerajaan Gelgel dan Klungkung

Kerajaan Gelgel (abad ke-16 - 17 M): Pada masa Kerajaan Gelgel, pakaian adat Bali mulai menampilkan keanggunan dan kehalusan lebih, dengan penggunaan kain-kain halus dan aksesoris emas atau perak.

Pakaian adat juga mulai menunjukkan perbedaan yang jelas antara pakaian sehari-hari dan pakaian upacara.

Kerajaan Klungkung (abad ke-17 - 19 M): Sebagai penerus Kerajaan Gelgel, Kerajaan Klungkung memelihara dan mengembangkan tradisi pakaian adat Bali.

Pada masa ini, pakaian adat tidak hanya menjadi simbol status sosial, tetapi juga identitas budaya yang kuat. Penggunaan warna dan motif kain menjadi lebih beragam, mencerminkan status sosial dan fungsi dalam masyarakat.

Masa Kolonial Belanda

Kolonialisme Belanda (abad ke-19 - awal abad ke-20): Pada masa kolonial, masyarakat Bali mengalami kontak langsung dengan budaya Barat.

Namun, pakaian adat Bali tetap bertahan sebagai simbol identitas budaya yang kuat, meskipun terdapat beberapa adaptasi dalam gaya dan bahan. Pakaian adat tetap menjadi bagian integral dari upacara adat dan keagamaan, dengan pengaruh Barat lebih banyak terlihat dalam pakaian sehari-hari.

Masa Modern dan Kontemporer

Era Kemerdekaan hingga Saat Ini (abad ke-20 - 21): Setelah Indonesia merdeka, pakaian adat Bali terus berkembang seiring dengan modernisasi dan globalisasi.

Meskipun begitu, esensi dan nilai-nilai tradisional tetap dipertahankan dalam pakaian adat yang digunakan dalam upacara keagamaan dan adat. Penggunaan kain tenun tradisional, seperti songket, endek, dan gringsing, tetap menjadi ciri khas pakaian adat Bali.

Pengaruh Pariwisata: Bali sebagai destinasi pariwisata dunia telah mendorong pengenalan pakaian adat Bali ke tingkat internasional. Namun, meskipun mengalami berbagai adaptasi dan modifikasi, pakaian adat Bali tetap dipertahankan dalam bentuk aslinya saat digunakan dalam konteks ritual dan upacara adat.

Pakaian adat Bali dipakai dalam berbagai kesempatan yang melibatkan acara keagamaan, adat, dan budaya.

Berikut Kegunaan Pakaian Adat Bali

1. Upacara Keagamaan (Upacara Hindu)

  • Piodalan: Upacara ini adalah perayaan hari jadi pura (tempat ibadah Hindu di Bali). Pakaian adat dikenakan sebagai tanda penghormatan dan kesucian.
  • Galungan dan Kuningan: Dua hari raya besar dalam agama Hindu di Bali, di mana masyarakat memakai pakaian adat untuk sembahyang dan upacara persembahan di pura.
  • Nyepi: Hari Raya Nyepi adalah hari keheningan dan refleksi diri, di mana orang Bali juga memakai pakaian adat untuk berbagai rangkaian upacara sebelum dan sesudah Nyepi.
  • Melasti: Upacara penyucian diri menjelang Nyepi yang biasanya dilakukan di pantai. Pakaian adat dikenakan selama proses upacara ini.

2. Upacara Adat

  • Pernikahan (Nganten): Pakaian adat Bali dikenakan dalam upacara pernikahan sebagai simbol tradisi dan keagungan budaya Bali.
  • Upacara Potong Gigi (Metatah/Mepandes): Upacara ini adalah ritual penyucian diri bagi remaja yang memasuki usia dewasa, dan pakaian adat dikenakan oleh semua peserta.
  • Ngaben: Upacara kremasi tradisional Bali di mana keluarga dan peserta mengenakan pakaian adat sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada almarhum.
  • Otonan: Upacara ulang tahun berdasarkan kalender Bali, di mana pakaian adat juga dipakai sebagai bentuk syukur dan doa.

3. Acara Budaya dan Festival

  • Festival Budaya: Selama festival budaya seperti Bali Arts Festival, pakaian adat Bali dikenakan untuk menunjukkan kekayaan budaya Bali kepada masyarakat dan wisatawan.
  • Pertunjukan Tari dan Seni: Pakaian adat juga dikenakan oleh penari dan pelaku seni dalam pertunjukan tari tradisional Bali seperti Tari Kecak, Tari Barong, dan lain-lain.

4. Acara Resmi dan Kehormatan

  • Acara Pemerintahan: Dalam beberapa acara resmi yang diadakan oleh pemerintah daerah, seperti peringatan hari besar nasional.

Jadi pakaian adat Bali adalah sejarah yang kaya akan adaptasi dan inovasi, namun tetap berakar kuat pada nilai-nilai tradisional dan spiritual. (Z-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Reynaldi
Berita Lainnya