Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Brainrot: Bahasa Gaul yang Sulit Dipahami Generasi Millenial

Ajeng Tamyiz
19/8/2024 14:55
Brainrot: Bahasa Gaul yang Sulit Dipahami Generasi Millenial
Ilustrasi - Brainrot adalah istilah slang dari Gen Alpha yang merujuk pada efek dari paparan lama terhadap tren dan lelucon di media sosial.(freepik)

BRAINROT adalah istilah slang khas gen alpha yang dihasilkan dari aktivitas online yang lama, terutama di platform media sosial seperti tiktok, snapchat, youtube, atau komunitas game seperti roblox dan minecraft. 

"itu adalah kumpulan frasa atau kata yang hanya dipahami melalui media sosial," kata Vanessa Croft, ibu tiga anak dan seorang guru bahasa Inggris.

Tess Coward, seorang ahli komunikasi berusia 25 tahun di agensi SolComms, mengaku memahami bahasa gaul brainrot, tetapi ia menjelaskan lebih lanjut. 

Baca juga : Psikolog: Media Sosial dan Viralitas Bisa Bantu Korban KDRT Lebih Terbuka

"Brainrot adalah ketika tren dan lelucon internet terus menerus muncul dalam pikiran Anda. Ini adalah ketidakmampuan untuk membentuk kalimat tanpa bahasa gaul internet," jelasnya. "Ini meresap ke dalam hidup Anda tanpa disadari."

Apa yang membuat bahasa gaul Gen Z dan Gen Alpha begitu membingungkan bagi generasi milenial dan Gen X? Salah satu faktornya adalah ambiguitas. 

Istilah gaul generasi sebelumnya cenderung memiliki terjemahan yang jelas, seperti "bling" yang berarti perhiasan dan "take a chill pill" yang berarti bersantai. Namun, istilah seperti "Skibidi Ohio rizz" memiliki makna yang sangat bergantung pada konteks dan bisa berarti banyak hal. 

Baca juga : Memaknai Kemerdekaan dengan Memperkenalkan Budaya Lewat Berbagai Media

"Istilah seperti 'swag' dan tagar seperti #YOLO jauh lebih mudah dimengerti oleh generasi yang lebih tua," kata Coward. "Namun, bahasa gaul brainrot kini menjadi sangat samar sehingga saya sendiri kesulitan untuk memahami maksudnya."

Perbedaan lainnya adalah sumber istilah brainrot. Saat ini istilah-istilah baru sering muncul berdasarkan apa yang dianggap trending, seperti TikTok viral remaja, atau komentar dengan rating tertinggi pada video reaksi terhadap TikTok yang viral. 

Kosakata brainrot berkembang dengan sangat cepat, sehingga menyusun daftar kosakata untuk dipelajari menjadi tidak efektif, meskipun ada beberapa aplikasi lucu yang mencoba menerjemahkannya ke dalam bahasa gaul generasi sebelumnya.

Baca juga : Kisah Tiga Kreator Konten Indonesia dalam Memperkenalkan Budaya Indonesia Melalui TikTok

Apakah Brainrot adalah masalah besar?

Beberapa institusi akademis melarang penggunaan istilah brainrot di ruang kelas karena kekhawatiran tentang ejaan, tata bahasa, dan diksi. Namun, Stefano Lodola, seorang guru bahasa dan pemilik Think Languages, menganggap ini  dengan cara berbeda. 

"[Istilah-istilah ini] menyederhanakan ekspresi ide atau emosi kompleks. Bahasa ini mencerminkan humor, nilai, dan pengalaman generasi penggunanya," ujarnya. Jadi, meskipun bahasa gaul ini muncul dari platform seperti Snapchat, hal ini tidak bisa dianggap sebagai hal yang tidak valid dilihat dari generasi sebelumnya. 

Bagi orangtua yang berusaha memahami bahasa ini, Lodola menyarankan agar mereka bertanya kepada anak-anak mereka tentang istilah-istilah tersebut. 

Baca juga : Tren ‘Wajah Kortisol’: Benarkah Hormon Stres Penyebab Wajah Bengkak?

Tanyakan kepada mereka tentang arti dan penggunaan istilah-istilah ini. Ini bisa membuka percakapan yang membantu mengatasi perbedaan antar generasi dan memberikan wawasan tentang budaya digital anak-anak Anda. 

"Menggunakan bahasa ini dalam percakapan bisa menjadi cara untuk membangun hubungan yang lebih dalam,” ucap Lodola. 

Tidak ada salahnya apabila orangtua ingin menjalin hubungan dengan anak melalui penggunaan kata gaul menurut mereka seperti “rizz” atau “Gyatt”. Croft menambahkan, "Walaupun anak-anak saya merasa canggung ketika saya menggunakan bahasa gaul mereka, saya melihatnya sebagai alat untuk menjalin hubungan. Bahasa adalah sesuatu yang dapat menyatukan kita." (Parents/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya