Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memimpin peringatan HUT ke-79 RI di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Sabtu (17/8) dengan busana Suku Dayak Lebo yang menghuni wilayah di Kampung Merabu di pinggiran Sungai Lesan, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Dalam perayaan yang berlangsung khidmat tapi juga meriah itu seluruh peserta upacara, termasuk Menparekraf Sandiaga dan Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo mengenakan baju dari berbagai daerah. Namun, busana Sandiaga terbilang aktraktif dengan topi yang disematkan bulu burung enggang yang berjuntai serta rompi berbahan kulit kayu warna cokelat lengkap.
Yuk kenalan dengan Suku Dayak Lebo dengan busana tradisinya yang istimewa. Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dalam situs dan media sosialnya menyatakan Suku Dayak terbagi menjadi beberapa rumpun dan sub-suku lainnya. Suku Lebo ini merupakan sub suku dari suku Dayak Basap yang masih menginduk satu rumpun dengan Dayak Punan. Saat ini suku Dayak Punan menjadi salah satu rumpun yang terbesar di Kalimantan.
Baca juga : Ikhitiar Menjaga Hutan Ada Kutai Barat dengan Aplikasi Digital
Sama seperti suku Dayak Punan, suku Dayak Lebo ini juga dikenal sebagai penjaga hutan.Suku ini hidup dengan nomaden atau berpindah-pindah dan utamanya mendiami sebuah hutan. Cerita suku Dayak Lebo yang nomaden di dalam hutan ini tidak terlepas dari sejarah di masa lalunya.
Kala itu, saat perang antarsuku di Pulau Kalimantan dan tradisi Ngayau atau memenggal kepala musuh masih dilakukan, suku Dayak Lebo ini memilih untuk bersembunyi dalam hutan. Sehingga, masyarakat Dayak Lebo seperti terpisah dalam kelompok kecil dan terasingkan di dalam hutan untuk menghindari perang antarsuku.
Alhasil, suku Dayak Lebo ini tidak memiliki tradisi perang antarsuku seperti sub suku Dayak lainnya. Saat itu, masyarakat Dayak Lebo justru berjibaku sekuat tenaga mereka dengan memanfaatkan apa yang ada di tengah hutan belantara agar tetap bertahan hidup.
Baca juga : Tujuh Budaya Tak Benda Kaltim Ditetapkan Jadi Warisan Budaya
Mereka akhirnya memilih tempat untuk bersembunyi menghindari perang antarsuku di sebuah celah di antara bukit batu penuh coretan prasejarah yang saat ini dinamakan karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Dari tempat persembunyian itu, mereka kemudian membuat beberapa bangunan rumah sederhana sebagai tempat tinggal sementara. Beberapa dari mereka kala itu masih takut menjadi target peperangan antarsuku sehingga masih tinggal secara nomaden atau berpindah-pindah.
Setelah mereka merasa situasi peperangan antarsuku itu mereda dan tidak ada lagi permusuhan antarsuku, mereka akhirnya mulai berani menetap membuat rumah. Masyarakat Dayak Lebo akhirnya membentuk kampung mereka sendiri dengan membuat hunian rumah, mulai bertani dengan menanam jagung, singkong, dan sayuran lain di tengah hutan.
Baca juga : Presiden Jokowi Berharap Indonesia Sentris Dilanjutkan
Bahkan, mereka mulai membentuk aturan adat dengan menetapkan beberapa batasan seperti batasan wilayah hutan yang mereka tempati. Sebagai suku yang dikenal sebagai Penjaga Hutan, mereka juga memberlakukan aturan untuk menjaga agar hutan di karst Sangkulirang-Mangkalihat yang ada di belakang kampung mereka tetap terjaga dengan baik.
Saat ini Suku Dayak Lebo sangat bergantung pada kelestarian hutan Merabu, yang menjadi rumah tinggal mereka. Masyarakat Dayak Lebo pun melakukan upaya-upaya konservasi dengan menggunakan sistem tersendiri yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Suku Dayak Lebo sangat bergantung pada kelestarian hutan Merabu, yang menjadi rumah tinggal mereka. Masyarakat Dayak Lebo pun melakukan upaya-upaya konservasi dengan menggunakan sistem tersendiri yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satunya membuat aturan dan berburu dan memancing. Kegiatan ini hanya boleh dilakukan jika hasilnya digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan tidak diperjualbelikan. Ini adalah cara mereka untuk menghindari eksploitasi kekayaan hutan.
Baca juga : Perkuat Distribusi Energi Dukung Perhelatan HUT Kemerdekaan di IKN
Perladangan masyarakat Merabu merupakan ladang padi gunung. Kegiatan berladang di Merabu memiliki 2 musim yaitu musim menanam atau nugal dan musim panen padi. Musim nugal biasanya berlangsung antara bulan September hingga Oktober, sedangkan musim panen berlangsung sekitar bulan Februari hingga Maret tergantung umur tanam padi.
Tetua adat menetapkan batas hutan dan memberlakukan aturan-aturan adat. Terutama soal kewajiban menjaga hutan dan gugusan karst Sangkulirang-Mangkalihat yang ada di halaman belakang rumah mereka. (X-8)
Kemenkesmengungkapkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan penyelidikan epidemiolog menyusul temuan 2 kasus covid-19 di provinsi tersebut.
Endang Setiawati, fasilitator Rumah Anak SIGAP di Kutai Kartanegara, berbagi kisah inspiratif tentang pentingnya pola asuh dan peran orang tua dalam tumbuh kembang anak.
Motif Wakaroros bukan sekadar corak estetis. Ia adalah narasi visual masyarakat Dayak Basap, suku adat yang hidup berdampingan dengan rimba Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Kawasan Segitiga Emas Samarinda–Balikpapan–IKN kian menjadikan Kalimantan Timur sebagai magnet baru investasi properti nasional.
KAPAL tongkang batu bara yang menabrak jembatan Mahakam kembali terjadi pada 28 April 2025. Kerusakan yang ditimbulkan memicu penutupan sementara jembatan dari 30 April hingga 1 Mei 2025.
GUBERNUR Kalimantan Timur H Rudy Mas’ud melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Samarinda,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved