Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Yuk Kenalan dengan Suku Dayak Lebo yang Busana Tradisinya Dipakai Menparekraf Sandiaga Uno!

Iis Zatnika
19/8/2024 14:08
Yuk Kenalan dengan Suku Dayak Lebo yang Busana Tradisinya Dipakai Menparekraf Sandiaga Uno!
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno memimpin peringatan HUT ke-79 RI di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Sabtu (17/8) dengan busana Suku Dayak Lebo.(Dok Kemenparekraf)

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memimpin peringatan HUT ke-79 RI di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Sabtu (17/8) dengan busana Suku Dayak Lebo yang menghuni wilayah di Kampung Merabu di pinggiran Sungai Lesan, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Dalam perayaan yang berlangsung khidmat tapi juga meriah itu seluruh peserta upacara, termasuk Menparekraf Sandiaga dan Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo mengenakan baju dari berbagai daerah. Namun, busana Sandiaga terbilang aktraktif dengan topi yang disematkan bulu burung enggang yang berjuntai serta rompi berbahan kulit kayu warna cokelat lengkap.

Yuk kenalan dengan Suku Dayak Lebo dengan busana tradisinya yang istimewa. Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dalam situs dan media sosialnya menyatakan Suku Dayak terbagi menjadi beberapa rumpun dan sub-suku lainnya. Suku Lebo ini merupakan sub suku dari suku Dayak Basap yang masih menginduk satu rumpun dengan Dayak Punan. Saat ini suku Dayak Punan menjadi salah satu rumpun yang terbesar di Kalimantan.

Baca juga : Ikhitiar Menjaga Hutan Ada Kutai Barat dengan Aplikasi Digital

Sama seperti suku Dayak Punan, suku Dayak Lebo ini juga dikenal sebagai penjaga hutan.Suku ini hidup dengan nomaden atau berpindah-pindah dan utamanya mendiami sebuah hutan. Cerita suku Dayak Lebo yang nomaden di dalam hutan ini tidak terlepas dari sejarah di masa lalunya.

Kala itu, saat perang antarsuku di Pulau Kalimantan dan tradisi Ngayau atau memenggal kepala musuh masih dilakukan, suku Dayak Lebo ini memilih untuk bersembunyi dalam hutan. Sehingga, masyarakat Dayak Lebo seperti terpisah dalam kelompok kecil dan terasingkan di dalam hutan untuk menghindari perang antarsuku.

Alhasil, suku Dayak Lebo ini tidak memiliki tradisi perang antarsuku seperti sub suku Dayak lainnya. Saat itu, masyarakat Dayak Lebo justru berjibaku sekuat tenaga mereka dengan memanfaatkan apa yang ada di tengah hutan belantara agar tetap bertahan hidup.

Baca juga : Tujuh Budaya Tak Benda Kaltim Ditetapkan Jadi Warisan Budaya

Mereka akhirnya memilih tempat untuk bersembunyi menghindari perang antarsuku di sebuah celah di antara bukit batu penuh coretan prasejarah yang saat ini dinamakan karst Sangkulirang-Mangkalihat.

Dari tempat persembunyian itu, mereka kemudian membuat beberapa bangunan rumah sederhana sebagai tempat tinggal sementara. Beberapa dari mereka kala itu masih takut menjadi target peperangan antarsuku sehingga masih tinggal secara nomaden atau berpindah-pindah.

Setelah mereka merasa situasi peperangan antarsuku itu mereda dan tidak ada lagi permusuhan antarsuku, mereka akhirnya mulai berani menetap membuat rumah. Masyarakat Dayak Lebo akhirnya membentuk kampung mereka sendiri dengan membuat hunian rumah, mulai bertani dengan menanam jagung, singkong, dan sayuran lain di tengah hutan.

Baca juga : Presiden Jokowi Berharap Indonesia Sentris Dilanjutkan

Bahkan, mereka mulai membentuk aturan adat dengan menetapkan beberapa batasan seperti batasan wilayah hutan yang mereka tempati. Sebagai suku yang dikenal sebagai Penjaga Hutan, mereka juga memberlakukan aturan untuk menjaga agar hutan di karst Sangkulirang-Mangkalihat yang ada di belakang kampung mereka tetap terjaga dengan baik.

Saat ini Suku Dayak Lebo sangat bergantung pada kelestarian hutan Merabu, yang menjadi rumah tinggal mereka. Masyarakat Dayak Lebo pun melakukan upaya-upaya konservasi dengan menggunakan sistem tersendiri yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Suku Dayak Lebo sangat bergantung pada kelestarian hutan Merabu, yang menjadi rumah tinggal mereka. Masyarakat Dayak Lebo pun melakukan upaya-upaya konservasi dengan menggunakan sistem tersendiri yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satunya membuat aturan dan berburu dan memancing. Kegiatan ini hanya boleh dilakukan jika hasilnya digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan tidak diperjualbelikan. Ini adalah cara mereka untuk menghindari eksploitasi kekayaan hutan.

Baca juga : Perkuat Distribusi Energi Dukung Perhelatan HUT Kemerdekaan di IKN

Perladangan masyarakat Merabu merupakan ladang padi gunung. Kegiatan berladang di Merabu memiliki 2 musim yaitu musim menanam atau nugal dan musim panen padi. Musim nugal biasanya berlangsung antara bulan September hingga Oktober, sedangkan musim panen berlangsung sekitar bulan Februari hingga Maret tergantung umur tanam padi.

Tetua adat menetapkan batas hutan dan memberlakukan aturan-aturan adat. Terutama soal kewajiban menjaga hutan dan gugusan karst Sangkulirang-Mangkalihat yang ada di halaman belakang rumah mereka. (X-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya