Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
RABIES merupakan penyakit virus zoonosis yang menginfeksi hewan peliharaan dan liar. Mengutip pernyataan di situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penyakit ini ditularkan dari hewan pembawa rabies ke hewan lain dan juga dapat menular ke manusia melalui kontak dekat dengan air liur hewan yang terinfeksi (yaitu gigitan, cakaran, jilatan pada kulit yang rusak dan selaput lendir).
Ketika gejala penyakit ini muncul, rabies berakibat fatal bagi hewan dan manusia. Rabies berbeda dari banyak infeksi lain, sebab menurut WHO perkembangan penyakit klinis rabies dapat dicegah melalui imunisasi tepat waktu bahkan setelah terpapar agen penular.
Ada dua jenis vaksin untuk melindungi manusia dari rabies - vaksin jaringan saraf dan kultur sel. WHO merekomendasikan penggantian vaksin jaringan saraf dengan vaksin yang lebih manjur dan aman yang dikembangkan melalui kultur sel sesegera mungkin. Vaksin kultur sel lebih terjangkau dan memerlukan lebih sedikit vaksin telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga : 154 Juta Jiwa Terselamatkan Berkat Imunisasi Global dalam 50 Tahun Terakhir, Mayoritasnya Anak-Anak
Imunisasi intradermal menggunakan vaksin rabies berbasis kultur sel merupakan alternatif yang dapat diterima dibandingkan pemberian intramuskular standar. WHO menyatakan vaksinasi intradermal telah terbukti sama aman dengan vaksinasi intramuskular, namun memerlukan lebih sedikit vaksin, baik untuk profilaksis sebelum dan sesudah paparan, sehingga menurunkan biaya langsung. Oleh karena itu, alternatif ini harus dipertimbangkan dalam situasi yang dibatasi oleh masalah biaya dan/atau pasokan.
Profilaksis pra-paparan direkomendasikan bagi siapapun yang terus-menerus, sering, atau berisiko tinggi terkena virus rabies, baik berdasarkan tempat tinggal atau pekerjaan mereka.
Suntikan booster secara berkala direkomendasikan sebagai tindakan pencegahan ekstra hanya untuk orang-orang yang pekerjaannya menempatkan mereka pada risiko paparan yang terus-menerus atau sering. Jika tersedia, pemantauan antibodi terhadap personel yang berisiko lebih diutamakan daripada pemberian booster rutin. (H-3)
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, pada kurun 2018-2023 lebih dari 1,8 juta anak Indonesia belum mendapat imunisasi rutin lengkap. Apa risiko bahayanya?
Ahli neurologi anak dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta R.A. Setyo Handryastuti mengungkapkan bahwa meningitis pada anak, seringkali sulit dideteksi
Dari 1.000 kasus ada 2 sampai 3 pasien cacar air memerlukan perawatan intensif karena infeksi pada paru.
Menurut data Globocan, sedikitnya 50 perempuan di Indonesia meninggal dunia setiap harinya akibat kanker serviks.
Seorang dokter spesialis anak Hapsari, menyarankan penggunaan konsep KLMNOPR untuk mengenali gejala demam berdarah (DB) pada anak.
Vaksinasi adalah cara penting untuk melindungi anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya. Namun, banyak orang tua yang khawatir tentang keamanan dan efektivitas
Meskipun sering kali dianggap penting hanya pada masa anak-anak, imunisasi sepanjang hidup adalah praktek yang sangat penting untuk menjaga kesehatan kita.
Vaksin polio adalah salah satu imunisasi wajib yang diberikan kepada bayi untuk mencegah penyakit polio, sebuah infeksi serius yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.
Imunisasi merupakan salah satu langkah krusial dalam menjaga kesehatan anak-anak, tidak hanya melalui perlindungan terhadap penyakit infeksi,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved