Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
FENOMENA viral sudah tidak bisa lagi dilepaskan dari kehidupan kita di era digital yang semakin canggih ini. Konten viral bisa menyebar sangat cepat melalui media sosial atau platform digital lainnya.
Sayangnya, banyak konten-konten viral beredar di masyarakat tanpa ada kontrol tentang kebenaran dan dampak buruk ke masyarakat. Bisa dibilang masalah justru muncul dari konten-konten viral yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Terlebih, sejauh ini informasi negatif lebih mudah mencuri perhatian masyarakat.
Demi menanggulangi fenomena konten viral yang justru meresahkan, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) mengadakan webinar Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk “Asal Viral, Semua Jadi Kesal” pada Jumat (28/6).
Baca juga : Pemerintah Didesak Ciptakan Tata Kelola Moderasi Konten yang Baik
Dari seminar yang dilakukan secara daring tersebut dijelaskan, etika berkehidupan di dunia digital menjadi dasar yang sangat penting untuk menciptakan dunia digital yang sehat dan nyaman. Tidak hanya di dalam negeri, dampak dari konten viral juga bisa sangat cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia.
“Sebenarnya istilah viral itu sudah ada sejak lama sebelum adanya digitalisasi, tapi dengan perkembangan digital saat ini sesuatu yang viral harus jadi perhatian khusus karena penyebarannya sangat cepat dan meluas ke seluruh dunia,” ujar Soni Mongan, Penggiat Literasi Digital yang juga jadi pembicara dalam OOTD “Asal Viral, Semua Jadi Kesal”.
Yang juga harus diperhatikan adalah, masalah yang ditimbulkan dalam sebuah konten di dunia digital sulit untuk dihapuskan. Jejak digital ini bisa jadi konsumsi publik lintas generasi.
“Yang menjadi concern saat ini sebenarnya, kalau jejak digital kita itu lebih banyak yang negatif dari pada yang positif. Dan ini akan berpengaruh pada kehidupan kita sehari-hari,” jelas Astari Yuniarti, Ketua Redaxi.
Diketahui contoh teranyar dampak buruk dalam konten viral di dunia sosial baru-baru ini misalnya seorang petugas keamanan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, memukul anjing yang menggigit anak kucing. Lantaran salah persepsi dan terlanjur viral, petugas tersebut harus menerima tekanan psikologi karena jadi hujatan netizen, lebih parah lagi, dirinya juga harus kehilangan lapangan pekerjaan. (Z-6)
Kehadiran anak-anak sebagai kidsfluencer ini rupanya memicu kekhawatiran akan potensi eksploitasi anak
Finsta, singkatan dari "fake Instagram," adalah akun Instagram yang digunakan oleh anak-anak untuk berbagi konten lebih pribadi dan autentik tanpa tekanan penilaian publik.
PENYANYI tanah air Bernadya Ribka Jayakusuma mendapatkan komentar negatif terkait penampilan fisiknya di TikTok. Hal tersebut terjadi setelah adanya unggahan konten TikTok
Remaja perlu diajarkan untuk menyikapi hasrat seksual. Hasrat seksual yang besar dan tidak terkontrol dapat membuat remaja melakukan seks yang tidak seharusnya.
Yang menjadi konten menarik bagi masyarakat Indonesia.
Para remaja itu diketahui hanya lari-lari sambil mengacungkan senjata tajam untuk membuat konten di media sosial.
Transformasi digital di sektor keuangan Indonesia berkembang begitu pesat. Itu ditandai dengan adopsi teknologi pada sistem pembayaran yang semakin meningkat.
Indonesia memiliki sebuah capaian dalam sektor investasi digital, yakni menjadi yang terbesar di ASEAN dengan menduduki peringkat ke-2.
Indonesia Emas 2045, sebuah visi besar untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan nasional, menempatkan ekonomi digital sebagai salah satu pilar utama.
Di era digital saat ini, penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan telah menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan. Salah satunya dalam hal transaksi keuangan.
Melalui platform digital, konsumen dapat mengakses informasi terkait produk, melakukan konsultasi online gratis, serta membeli dengan cepat dan mudah.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kawiyan menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi dan membina anak agar aman saat mengakses ruang digital.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved