Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
WALAUPUN saat ini Indonesia sudah memasuki musim kemarau, tetapi fenomena La Nina yang dimulai dari Juni hingga November disebut akan membawa peningkatan intensitas curah hujan tinggi di sejumlah wilayah Tanah Air. La Nina adalah fenomena ketika suhu permukaan laut di wilayah tengah dan timur Samudra Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiap-siagaan terutama terkait bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, intensitas curah hujan yang tinggi meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi basah yang tinggi.
Baca juga : BNPB Imbau Masyarakat Siap Siaga Hadapi Bencana Hidrometeorologi
Namun, katanya, tidak semua daerah yang mengalami intensitas curah hujan tinggi akan mengalami bencana. Sebaliknya, tidak selamanya daerah-daerah yang intensitas hujannya tidak terlalu tinggi juga tidak mengalami bencana.
“Kadang-kadang tergantung dari kerentanan wilayah itu. Misalkan di satu tempat ada tebing yang curam dan tidak ada vegetasi. Untuk kondisi itu mungkin tidak perlu intensitas hujan sangat tinggi untuk membuatnya longsor,” kata Muhari dalam program Disaster Briefing yang disiarkan di Youtube BNPB Indonesia, Senin (24/6).
“Pada sisi lain, ada daerah yang sebenarnya cukup rimbun, tebingnya tidak terlalu terjal, tetapi karena hujannya misal durasi 4 jam, intensitasnya tinggi, sehingga akar-akar tumbuhan itu tidak mampu untuk menyerap keseluruhan debit air yang turun, sehingga tetap longsor,” imbuhnya.
Baca juga : 2.125 Jiwa Terdampak Banjir di Gorontalo
Karena itu, kata Muhari, BNPB tidak hanya berpatokan pada prakiraan daerah yang akan mengalami peningkatan intensitas curah hujan, tetapi juga melihat data historis bencana di wilayah tersebut.
“Karena kalau kita bicara hidrometeorologi basah, itu recurrent (berulang), sekali terjadi di masa lalu atau tahun lalu, misalnya banjir besar sepanjang Sungai Kapuas, kalau tidak ada perubahan ekosistem yang signifikan, pasti akan terjadi lagi,” jelasnya.
Untuk itu, BNPB akan mengirimkan peringatan ke daerah-daerah, tidak hanya yang diprakiraan terdampak La Nina tahun ini, tapi juga daerah-daerah yang secara historis pada bulan Juni sampai November dalam 10 tahun terakhir mengalami bencana hidrometeorologi basah.
Baca juga : La Nina Diprediksi akan Menguat di Wilayah Indonesia pada Juli Mendatang
Data BNPB mengungkapkan daerah dengan potensi banjir kategori tinggi untuk dasarian 3 bulan Juni (21-30 Juni). Daerah tersebut rata-rata berada di Papua, antara lain Kabupaten Maybrat (di Kecamatan Mare), Sorong (di Kecamatan Makbon dan Sayosa), Sorong Selatan (di Kecamatan Sawiat), dan Nabire (di Kecamatan Makimi, Siwiwio, dan Uwapa).
Sementara itu, berikut daerah yang diprediksi mengalami peningkatan intensitas curah hujan tinggi akibat fenomena La Nina dari Juni hingga November 2024.
Juni 2024: Sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Baca juga : BNPB Sebut Curah Hujan di Jawa dan Bali Masih Tinggi Sepekan Kedepan
Juli 2024: Sebagian Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Agustus 2024: Sebagian kecil Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Tengah.
September 2024: Sebagian Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Tengah.
Oktober 2024: Sebagian Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Jawa Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Selatan.
November 2024: Sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Selatan. (Z-10)
Pada Kamis, 10 Juli 2025, dunia akan disuguhkan keindahan langit malam yang istimewa: Buck Moon, nama tradisional untuk Bulan Purnama di bulan Juli.
Cancel culture di Korea Selatan adalah fenomena sosial di mana individu, terutama selebriti dan figur publik, dikritik dan dikucilkan oleh masyarakat karena tindakan yang kontroversial.
Pencairan es di Antarktika menjadi salah satu dampak nyata dari perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Fenomena ini ternyata dapat mengaktifkan gunung berapi yang tersembunyi
Fenomena langit yang langka dan menakjubkan akan menghiasi malam di awal tahun 2025. Parade planet, di mana beberapa planet tampak sejajar di langit malam, menjadi daya tarik
Fenomena astronomi selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang, dan malam ini, 21 Januari 2025, Anda memiliki kesempatan langka untuk menyaksikan parade enam planet
Perputaran Bumi pada porosnya atau yang kita kenal dengan rotasi Bumi tidak berlangsung dengan kecepatan yang sama sepanjang waktu.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca yang bervariasi mulai dari panas terik hingga hujan akan terjadi di berbagai wilayah Indonesia hari ini.
Model ponco itu longgar, bisa terbang saat berkendara dan berisiko menutupi visibilitas pengendara atau pun pengendara lain, hingga tersangkut di jari-jari roda sepeda motor.
Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, sebagian besar wilayah Jakarta berpotensi mengalami hujan dengan intensitas ringan, pada Senin 14 Juli 2025.
Warga DKI Jakarta dan sekitarnya yang beraktivitas di ibu kota diimbau waspada akan adanya hujan pada hari ini, Kamis 10 Juli 2025.
Penduduk DKI Jakarta dan juga warga di sekitarnya yang berkegiatan di ibu kota diminta kembali waspada. Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, sejumlah wilayah Jakarta diperkirakan hujan.
Selain rob, hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya juga menaikkan status sejumlah pos pantau dan pintu air menjadi siaga hingga siaga 1 atau bahaya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved