Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SALAH satu pilar transformasi sistem kesehatan Indonesia adalah transformasi sistem ketahanan Indonesia dengan meningkatkan ketahanan sektor farmasi.
Pada sektor farmasi, saat ini bahan baku obat-obatan sebanyak 90% masih diimpor. Jumlah fitofarmaka dan penelitian secara praklinik dan uji klinik pada obat tradisional dan fitofarmaka khususnya untuk penyakit malaria pun masih sangat terbatas.
Hal ini mendorong Dian Yudianto, mahasiswa program studi Doktor Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FFUP) Jakarta untuk melakukan penelitian mengenai buah pare yang tumbuh di wilayah Indonesia dan memiliki senyawa potensial sebagai antimalaria.
Dengan judul Uji klinis kapsul ekstrak buah pare (Momordica charantia Linn) dibandingkan kombinasi antimalaria standar (DHP-Primakuin) pada penderita malaria Plasmodium falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, Dian mempertahankan disertasinya di hadapan dewan penguji pada sidang terbuka, di FFUP, Jakarta, baru-baru ini.
Baca juga : Kajian Metabolomik Bisa Bantu Pengembangan Obat Herbal
"Penelitian ini diharapkan bahwa ekstrak buah pare dapat menjadi bahan baku fitofarmarka antimalaria," kata Dian.
Ia mengatakan ada beberapa hal yang jadi latar belakang penelitiannya. Pertama, Inpres No 2/2022 tentang percepatan peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan produk usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi dalam rangka menyukseskan gerakan nasional bangga buatan Indonesia pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Kedua, RPJMN bidang kesehatan dan pilar transformasi bidang kesehatan, dan terakhir, penelitian sebelumnya mengenai ekstrak buah pare sebagai antimalaria yang dilakukan di Sumatera Utara dan Papua Barat.
Baca juga : Daun Sirih Merah Berpotensi sebagai Antidiabetes
“Pendekatan melalui metode uji klinis sediaan tunggal kapsul ekstrak buah pare dengan melihat hasil pengukuran keamanan dan efektivitas sebagai antimalaria merupakan kebaharuan dari riset ini,” pungkas Dian.
Dewan penguji disertasi tersebut terdiri dari, Ketua Dewan Penguji sekaligus Rektor UP Prof Dr Ir Marsudi Wahyu Kisworo IPU ASEAN Eng ASPEN Eng ACPPE dan Ketua Program Studi Doktor Ilmu Farmasi UP Prof Dr rer nat apt Deni Rahmat MSi.
Kemudian, anggota penguji yakni, Prof Dr apt Dian Ratih Laksmitawati MBiomed (FFUP), Prof Dr apt Shirly Kumala MBiomed (FFUP), dan Brigjen TNI (Purn) Dr dr Soroy Lardo SpPD K-PTI FINASIM (FK UPN Veteran Jakarta).
Sementara itu, promotor disertasi yakni Prof Dr apt Syamsudin MBiomed (FFUP), dengan ko-promotor apt Hesty Utami R MClin Pharm PhD (FFUP) dan Prof Dr dr Erni Juwita Nelwan PhD SpPD K-PTI FINASIM FACP (FK UI). (H-2)
Kultur akademik kerap dipandang sebagai penyelesaian kewajiban kerja semata sehingga upaya ini bertentangan dengan perwujudkan pendidikan tinggi yang berkualitas.
Tak hanya mengajar, Widiastuti juga aktif menerbitkan karya, salah satunya buku terbaru dari luaran disertasinya berjudul Sekolah Bertransformasi, Guru Berdedikasi 2024.
Perubahan iklim dapat menjadi ancaman besar bagi ketahanan pangan nasional.
Kegiatan bedah buku berjudul Pengaruh Asing dalam Kebijakan Nasional Studi Kasus Pengembangan Industri Pesawat Terbang diselenggarakan program studi Doktor Ilmu Politik Fisip Unas.
Faktor yang paling lemah dalam pencapaian kinerja organisasi adalah komunikasi pemerintah terhadap pelaksanaannya di masyarakat
Memang tidak bisa dibantah bahwa selain sebagai hasil kerja kreatif, film juga sebagai media propoganda.
Lebih dari 500 orang dilaporkan tewas dalam pengeboman di Rumah Sakit Ahli di Gaza. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan tiga hari berkabung.
SURAT edaran pemerintah merupakan fenomena norma hukum yang digunakan sebagai instrumen pengaturan tugas-tugas pemerintah.
Taufiqulhadi merekomendasi pemerintah Indonesia membangun konsepsi, pendekatan dan perspektif yang lebih menyeluruh mengenai perang dan keamanan negara.
Jumlah dosen UII yang bergelar doktor saat ini 198 orang. Jumlah itu berada di atas rata-rata jumlah dosen bergelar doktor secara nasional yang baru 15,68 persen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved