Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Dr Apt Rahmatul Qodriah M Farm berhasil memperoleh gelar doktor ilmu farmasi ke-16 dari Universitas Pancasila. Dalam sidang terbuka di aula Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta, Rahmatul berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Metabolomik Ekstrak Daun Tin (Ficus carica L.) dari 3 Varietas yang Tumbuh di Indonesia sebagai Anti Sindrom Metabolik.
Dalam penelitiannya, Rahmatul mengangkat data empiris menjadi ilmiah untuk varietas tanaman tin di Indonesia melalui pendekatan farmakognosi, metabolomik, dan in-silico.
Dia berhasil menemukan daun tin dari varietas Green Yordan menunjukkan aktivitas anti sindrom metabolik yang paling baik dibandingkan dengan varietas lainnya.
Baca juga : Cari Rektor Berkualitas, Universitas Pancasila Seleksi 16 Kandidat Kuat
Lebih lanjut, senyawa-senyawa yang ditemukan dalam daun tin ini juga menunjukkan korelasi yang kuat dengan aktivitas antioksidan, antidiabetes, dan antiobesitas atau sebagai anti sindrom metabolik.
"Saya berharap temuan ini dapat membantu pengembangan obat herbal dalam hal standarisasi obat herbal menggunakan kajian metabolomik. Metabolomik ialah analisis yang dapat dilakukan untuk quality control produk herbal, sehingga pengembangan jamu menjadi obat herbal terstandar akan pesat dan berkembang di masa depan," ungkap Rahmatul dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/3).
Pada sidang promosi doktoral itu, peneliti menerima gelar 'dengan pujian' dari Prof Dr apt Dian Ratih L M Biomed selaku pimpinan sidang, dan anggota penguji lainnya Prof Dr apt Ni Made Dwi Sandhiutami M Kes (FFUP), Dr apt Zuhelmi Aziz M Si (FFUP), Assoc Prof Dr Deny Susanti (IIU Malaysia), dan Prof Dr apt Ernawati Sinaga MS (Unas).
Bertindak sebagai promotor adalah Prof Dr apt Shirly Kumala M Biomed (FFUP), dengan Ko-Promotor I Prof Dr apt Syamsudin M Biomed Apt (FFUP), dan Ko-Promotor II Prof Nancy Dewi Yuliana M Sc (IPB). (H-2)
SEKITAR 100 akademisi berkumpul dalam satu inisiatif untuk menembus dominasi publikasi ilmiah internasional di Tangerang pada 21-22 Juni 2025.
Program Kosabangsa menjembatani hasil riset kampus dengan kebutuhan nyata masyarakat, sehingga kampus tidak lagi menjadi menara gading yang terputus dari realitas sosial.
Sebanyak 46 perawat muda Indonesia secara resmi dilepas menuju Wina, Austria, dalam program International Nurse Development Program Scholarship (INDPS) Cycle 2.
Perguruan tinggi di Indonesia didorong meningkatkan upayanya dalam internasionalisasi. Ini diwujudkan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan universitas dari Filipina.
Fasilitas yang diresmikan antara lain Lobby Karol Wojtyla, ATMACanteen dan Goa Maria Immaculata.
Semakin banyak mahasiswa internasional kini memilih Inggris atau Kanada sebagai tujuan kuliah.
Menurut Khofifah, penguatan sumber daya manusia (SDM) tersebut akan menjadi penguatan NU di Jawa Timur untuk menjemput Indonesia Emas Tahun 2045.
Penulisan gelar doktor, baik di Indonesia maupun secara internasional, memiliki aturan khusus yang harus diikuti. Ini aturannya.
Meskipun sering terdengar mirip, gelar "doktor" dan "dokter" memiliki perbedaan signifikan. Catat ini perbedaannya.
Masa studi Bahlil sesuai dengan Peraturan Rektor UI Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Program Doktor di UI.
Bahlil Lahadalia menyelesaikan studi doktoralnya dalam waktu kurang dari dua tahun, yang sangat mencolok jika dibandingkan dengan standar waktu yang ditetapkan oleh Peraturan Rektor.
"Maka saya kagum sekali pada Pak Bahlil, kuliahnya di Universitas Indonesia (UI) hanya 2 tahun, cumlaude."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved