Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Transplantasi Berikan Harapan Baru bagi Pasien dengan Kegagalan Organ

Atalya Puspa
11/6/2024 14:15
Transplantasi Berikan Harapan Baru bagi Pasien dengan Kegagalan Organ
Ilustrasi proses transplantasi organ yang dijalani salah satu pasien di rumah sakit di Jakarta(MI)

TRANSPLANTASI memberikan harapan baru bagi pasien yang mengalami kegagalan organ untuk bisa memiliki kualitas hidup yang baik dan bisa beraktivitas normal tanpa memiliki ketergantungan terhadap alat tertentu. Hal itu diungkapkan oleh Ketua InaTS Maruhum Bonar.

“Selain itu, prosedur ini akan mengurangi komplikasi akibat dari kegagalan organ seperti perdarahan, kejang, anemia, dan infeksi; serta pada pasien hati dapat mengurangi gejala kerusakan hati seperti hilangnya kuning, hilangnya cairan perut dan gejala keracunan akibat kerusakan hati sehingga dapat memberikan harapan hidup lebih tinggi,” kata Maruhum, Selasa (11/6).

Dari perspektif yang lebih besar, tentunya hal ini akan mengurangi beban negara dalam menanggung warga negara yang tidak produktif dan menurunkan health cost secara agregat.

Baca juga : Jangan Remehkan Cacar Air, Dapat Sebabkan Infeksi Paru

Dokter Spesialis Urologi Gehard Reinaldi Situmorang menjelaskan, transplantasi sendiri merupakan pengambilan organ atau sel atau jaringan dari tubuh seseorang dan memasukkannya ke dalam tubuh seseorang yang mengalami kegagalan organ. Prosedur ini tentunya dapat menyelamatkan nyawa orang yang menerima donor tersebut.

“Tansplantasi biasanya hanya dipertimbangkan setelah semua perawatan lain gagal dan dokter yakin bahwa pasien hanya bisa disembuhkan lewat transplantasi,” jelasnya.

Saat ini, tambahnya, beberapa kemajuan sudah terjadi di Indonesia. Kemajuan ini ditandai dengan makin bertambahnya jenis transplantasi, yang sebelumnya hanya dapat dilakukan transplantasi organ, seperti ginjal dan hati. Saat ini transplantasi sel dan jaringan pun dapat dilakukan di Indonesia. Selain itu, kemajuan ini juga melibatkan perkembangan usia pasien yang dapat ditransplantasikan.

Baca juga : Transplantasi bagi Pasien dengan Penyakit Hati yang Kronis

Misalnya pada transplantasi ginjal yang sebelumnya hanya dapat dilakukan pada dewasa kemudian dapat dilakukan pada anak, sedangkan transplantasi hati yang pada awalnya hanya dilakukan pada anak kemudian dapat dilakukan pada dewasa.

Secara teknis, operasi untuk pendonor kini lebih singkat masa rawatnya karena menggunakan teknik terbaru, pemantauan resipien pasca-operasi juga dilakukan secara lebih intensif dengan tingkat komplikasi untuk resipien dan donor yang jauh lebih rendah. Angka kesintasan para resipien transplantasi ini juga makin tinggi karena majunya teknologi kesehatan dan obat-obatan. Hal lain yang perlu diketahui juga adanya kesempatan untuk melakukan proses

transplantasi organ dari donor yang berbeda golongan darah atau disebut sebagai ABO incompatible.

Baca juga : Ini Gejala Peradangan Mata Akibat Autoimun

Terkait inovasi teknologi dan teknik yang digunakan, beberapa di antaranya adalah: uji crossmatch, laparoskopi, Human Leukocyte Antigen (HLA, protein yang ditemukan pada sel tubuh manusia, yang digunakan dalam pencocokan antara donor dan resipien ketika melakukan

transplantasi), sedangkan untuk transplantasi kornea sudah menggunakan alat yang terbarukan yakni Descemet Membrane Endothelial Keratoplasty (DMEK). Itu merupakan perosedur terbaru untuk menggantikan lapisan endotelium dan Descemet's membrane yang rusak.

Selain tu ada Descemet Stripping Endothelial Keratoplasty (DSEK) yang merupakan prosedur menggantikan lapisan endotelium kornea yang rusak, Descemet Stripping

Baca juga : Kewaspadaan Pneumonia Akibat Mycoplasma Pneumoniae pada Anak di Indonesia

Automated Endothelial Keratoplasty (DSAEK) yang merupakan prosedur yang mirip dengan DSEK tetapi menggunakan teknologi otomatisasi (mikrokeratom) untuk mempersiapkan jaringan donor), laser, dan rekayasa jaringan.

Pengembangan sistem pencatatan untuk meningkatkan jumlah donor juga terus dikembangkan dan diawali dengan program registri transplantasi serta persiapan untuk pengembangan layanan transplantasi dari donor cadaver, sehingga lebih banyak pasien yang mendapat organ untuk ditransplantasikan.

“Inovasi lain yang saat ini juga berkembang adalah layanan stem cell yang akan sangat bermanfaat untuk para penderita penyakit terutama penyakit hematologi atau kelainan darah,” jelasnya.

Dalam perjalanannya, meskipun sudah banyak kemajuan di bidang transplantasi di Indonesia, masih banyak juga rintangan yang perlu dihadapi. Misalnya, ketersediaan

layanan yang terintegrasi dan layanan pendukung transplantasi seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan sumber daya manusia masih berpusat di kota-kota besar.

“Birokrasi yang panjang dalam persiapan transplantasi, serta keterbatasan pilihan obat karena harganya masih relatif mahal. Hal ini tentu terus menjadi perhatian kami dan kami berharap ke depannya akses menuju transplantasi semakin luas,” kata Gerhard.

Di luar akses dan fasilitas, yang menjadi hambatan juga berkaitan dengan keterbatasan donor khususnya donor hidup, karena donor untuk organ padat hanya dari donor hidup sehingga ada keterbatasan jumlah pasien yang ditransplantasi



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya