Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DOKTER spesialis penyakit dalam sub spesialis kardiovaskular Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Ika Prasetya Wijaya, mengatakan merokok akan menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit penyerta hingga tiga kali lipat lebih hebat dibandingkan orang yang tidak merokok.
"Penderita darah tinggi pasti penyakit jantung koronernya akan bertambah naik 3 kali lipat, begitu punya kencing manis ditambah 3 kali lipat jadi 9 kali lipat, sudah itu merokok di kali 3 lagi, jadi berkali-kali lipat dibanding orang yang tidak merokok," kata Ika dalam diskusi kesehatan daring, Senin (10/6).
Ia mengatakan merokok dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan kualitas pekerjaan, karena perokok aktif juga menyebarkan penyakit pada perokok pasif yang dapat menimbulkan kondisi lebih berat.
Baca juga : Perlu Strategi Komunikasi yang Efektif untuk Atasi Masalah Merokok
Jika perokok sudah terkena penyakit, ungkap Ika, pemulihannya bisa lebih lambat dibandingkan yang masih menjalankan pola hidup sehat.
Selain itu, jika sudah terkena penyakit jantung, dia harus meminum obat yang beberapa di antaranya harus diminum seumur hidup tergantung kondisi jantungnya.
Selain merokok, faktor risiko yang patut diwaspadai pada penyakit jantung adalah riwayat keluarga dengan penyakit jantung, stroke, hingga keguguran di usia muda.
Baca juga : Meski Hasil MCU Bagus, tidak Berarti Perokok Itu Sehat
"Itu akan ada genetiknya berperan di situ dan ada satu lagi penyakit tambahan yang mempercepat penyakit jantung koroner, yaitu antifosfolipid syndrome pada perempuan yang bisa mengalami keguguran di usia muda atau yang stroke di usia muda, itu mesti waspada juga," kata Ika.
Ia menyarankan untuk rutin melakukan medical check up mulai usia 20-an setahun sekali jika ada riwayat penyakit jantung pada keluarga serta rajin melakukan aktivitas fisik untuk deteksi dini gangguan pada fungsi jantung.
Hindari juga stres karena perasaan tidak tenang akan menaikkan nadi dan mempercepat kerusakan dinding pembuluh darah hingga berisiko mengalami penyempitan. (Ant/Z-1)
Tinggi badan anak dari keluarga perokok lebih pendek 0,34 cm dibanding anak dari keluarga tidak merokok.
Peradangan gusi dan kehilangan gigi menjadi masalah yang paling sering ditemui pada perokok aktif. Rokok dapat berefek pada lemahnya jaringan penyangga gigi atau jaringan periodontal.
Sebanyak 12% remaja laki-laki usia 12–19 tahun merupakan perokok aktif, sementara 24% menggunakan rokok elektronik.
Baru-baru ini terjadi perdebatan antara ustaz yang merokok dan yang mengharamkan rokok. Untuk lebih jelasnya berikut paparan pendapat ulama tentang hukum rokok.
Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau Kemenkes Benget Saragih mengatakan saat ini tengah diupayakan dalam hal pengendalian rokok lewat standardisasi kemasan rokok.
Kemenkes mengimbau masyarakat untuk mulai berhenti kebiasaan merokok konvensional maupun elektrik, karena rokok dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular.
Bupati Klaten Desak Pencabutan Pasal Tembakau dalam PP 28/2024
Orangtua perlu membangun komunikasi dalam diskusi yang terbuka, tidak menghakimi, dan tidak langsung marah saat mengetahui anak mencoba merokok.
Ketua Komisi XI DPR RI Misbakhun menekankan pentingnya operasi Satuan Tugas Pencegahan dan Penindakan Barang Kena Cukai Ilegal (Satgas BKC Ilegal) yang sesuai dengan regulasi.
Pajanan rokok pada ibu hamil berdampak risiko stunting seperti kelahiran bayi dengan berat badan rendah (BBLR) hingga zat berbahaya yang dapat menghambat pertumbuhan janin.
Rokok tidak hanya berbahaya bagi kesehatan para perokok, tetapi juga bagi kesehatan orang-orang di sekeliling mereka.
Penerapan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 yang mengatur aspek strategis Industri Hasil Tembakau (IHT) menuai penolakan keras dari kalangan pekerja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved