Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
HARI Raya Idul Adha yang diperingati setiap tahun pada 10 Dzulhijjah dan identik dengan ibadah kurban. Umat Islam dalam momen tersebut ramai-ramai memberikan hewan kurban seperti kambing, kerbau, maupun sapi sebagaimana syariat Nabi Ibrahim as dan Ismail as.
Dilansir NU online, ibadah kurban berawal dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Riwayat keduanya dapat ditemukan pada Surat As-Shaffat ayat 102. Riwayat tersebut menceritakan ungkapan Nabi Ibrahim AS kepada Ismail AS atas mimpinya selama tiga malam terakhir.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sungguh aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?’"
Baca juga : Memahami Makna dan Sejarah Idul Adha dari Pengorbanan Besar 2 Nabi
Apa yang terjadi dalam mimpi Ibrahim AS dipahami oleh dirinya dan Ismail AS sebagai perintah Allah SWT. Pasalnya, mimpi para nabi, kata Ibnu Abbas RA, adalah wahyu ilahi. Muhammad bin Ka’ab mengatakan, wahyu ilahi mendatangi para nabi saat mereka terjaga dan tertidur. Oleh karena itu, keduanya memiliki pengertian yang sama atas takwil mimpi Ibrahim AS.
"Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar," jawab Ismail AS.
Baca juga : Ini Sejarah dan Makna Idul Adha
Cikal Bakal Syariat Kurban
Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat patuh kepada Allah. Contohnya ketika Allah menyuruh Ibrahim untuk menyembelih anaknya, tanpa ragu-ragu langsung dilaksanakan kemudian dipangggilnya Ismail untuk bermusyawarah.
Dari musyawarah itu Ismail setuju dirinya dijadikan kurban oleh ayahnya, ketika Ismail 'dieksekusi' oleh ayahnya, Ismail sabar dan pasrah kepada Allah. Nabi Ibrahim yakin tidak akan ada sebuah perintah dari Allah tanpa jaminan dari Allah.
Inilah cikal bakal adanya syariat kurban. Oleh karena itu marilah kita berkurban semoga Allah akan menggantinya dengan rezeki yang lebih besar.
Baca juga : Meneladani Hari Raya Idul Kurban untuk Membangun Indonesia Damai
Kurban Menumbuhkan Kesalehan Sosial
Tuntunan kurban juga terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Kautsar ayat 2 yang menyatakan, Fashalli lirabbika wan har, “Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).
Makna kurban dalam ayat tersebut mempunyai beberapa dimensi karena muaranya adalah takwa kepada Allah. Untuk mencapai derajat tersebut, manusia tidak mungkin hanya bermodal keshalehan vertikal kepada Tuhannya, melainkan mampu menumbuhkan keshalehan sosial kepada sesama manusia sebagai basis kekhalifahan di muka bumi.
Baca juga : Meneladani Nabi Ibrahim tentang Ketaatan dan Pengorbanan
Dimensi yang dimaksud yaitu dimensi sosial dan spiritual. Aspek sosial dalam ibadah kurban jelas terlihat ketika seorang hamba berbagi kebahagiaan terutama dengan masyarakat kurang mampu untuk dapat menikmati daging kurban, baik berupa sapi maupun kambing.
Dimensi ini akan menyadarkan individu bahwa kepedulian terhadap sesama manusia mempunyai peran yang sangat penting untuk menumbuhkan keshalehan sosial pada diri pribadi maupun orang lain. Jadi dampak ibadah kurban bukan satu arah, melainkan saling timbal balik memunculkan kebaikan.
Tentu sempit jika kepedulian kepada sesama manusia dimaknai melalui kurban. Ibadah kurban hanya salah satu amal shaleh yang dianjurkan oleh Allah untuk mengambil pelajaran berharga dari historisitas luar biasa Nabi Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar. Ketiga orang mulia ini bahkan menjadi penuntun umat Muslim dalam menjalankan tahap-tahapan ibadah haji selama ini.
Teladan Penghambaan Terbaik Manusia Kepada Allah
Sebagaimana diketahui, rukun haji seperti Sa’i dan lempar jumrah berasal dari riwayat sejarah Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Namun, hendaknya dipahami secara substantif meskipun terwujud dalam bentuk simbol-simbol dalam ibadah haji. Dalam momen Idul Adha ini, Nabi Ibrahim dan keluarganya merupakan teladan penghambaan terbaik manusia kepada Tuhannya.
Sebab itu, ibadah haji dan kurban tidak hanya sebatas ritual saja, tetapi bagaimana menjadikan peristiwa Nabi Ibrahim dan hal-hal yang melingkupinya dijadikan instrumen berharga untuk menghamba kepada Allah, bukan justru menghamba pada ritual-ritual tersebut.
Sehingga tak jarang ditemui orang yang berkali-kali menunaikan ibadah haji, tetapi justru tetangga sekitarnya mengalami kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Begitu juga dengan kurban, ibadah yang seharusnya mampu menjadi sebuah kebaikan alam bawah sadar manusia agar kepedulian terhadap sesama terus dipupuk di hari-hari berikutnya. (P-5)
Sumber : NU Online
MELEMPAR jumrah merupakan salah satu ritual utama dari ibadah haji tahunan di kota suci Mekkah yang dimulai dari Nabi Ibrahim. Berikut simbol dan makna lempar jumroh
Lempar jumrah merupakan simbol perlawanan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya terhadap Iblis. Ritual ini mengingatkan jemaah haji akan pentingnya keteguhan iman.
GUBERNUR Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi (KDM) mengajak orangtua untuk bisa meneladani keteguhan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS dalam mendidik anak, salah satunya dengan tidak memanjakan anak
Doa ini adalah salah satu doa terkenal yang dipanjatkan Nabi Ibrahim, khususnya ketika ia berdoa untuk keturunannya, yang terdapat dalam surat Ibrahim ayat 40-41.
HARI Asyura atau 10 Muharam ternyata bukan hari yang biasa seperti hari-hari yang lain. Ternyata Hari Asyura punya sejarah yang luar biasa.
Esensi Idul Adha tidak hanya terletak pada penyembelihan hewan kurban, tetapi juga pada nilai ketulusan dan ketakwaan yang mendasari tindakan tersebut.
Selain itu, ucapan Hari Raya Idul Adha pun bisa kalian berikan kepada mereka. Ucapan ini tak hanya menjadi simbol rasa sayang, namun bisa menjadi doa dalam bentuk lainnya.
Kisah ini berawal dari Nabi Ismail diminta untuk menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim. Saat itu Allah SWT memberi perintah Nabi Ibrahim melalui mimpinya.
Nah, bagaimana sejarah Kakbah atau Baitullah, Kota Mekah, dan seputar hal yang terkait? Berikut sekelumit penjelasannya.
Nabi Ibrahim harus mengurbankan putranya, yaitu Nabi Ismail. Perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim itu datang melalui mimpi.
Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar dalam Islam yang dirayakan setiap tahunnya oleh umat Muslim di seluruh dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved