Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
DUNIA pendidikan di Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya ialah perlunya peningkatan literasi dan numerasi bagi para peserta didik.
Mendesaknya peningkatan literasi dan numerasi di antara peserta didik terlihat dari hasil penelitian Landscape Study yang dilakukan oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dengan dukungan Tanoto Foundation pada periode 2017-2023. Dari studi tersebut diketahui bahwa tantangan utama dalam peningkatan literasi dan numerasi antara lain kurangnya keterlibatan pemangku kepentingan dalam berbagai program terkait peningkatan literasi dan numerasi.
Pada 2023, Tanoto Foundation juga melakukan studi mendalam terhadap praktik pembelajaran literasi dan numerasi di Indonesia. Temuan mendasar yang secara umum ditemukan di banyak sekolah ialah anggapan pembelajaran literasi hanya tanggung jawab guru bahasa Indonesia dan numerasi hanya tugas guru matematika.
Baca juga : Pendidikan Nasional masih Hadapi Tantangan Literasi dan Numerasi
Pada studi tersebut, ditemukan juga bahwa walaupun ada perbedaan kondisi dan tantangan di tiap sekolah serta tingkat kompetensi anak, cara mengajar guru cenderung sama. Hal lain yang ditemukan juga memengaruhi kompetensi literasi dan numerasi secara signifikan yakni keterlibatan orangtua dalam mendorong minat belajar anak. Padahal Kurikulum Merdeka mendorong pembelajaran literasi dan numerasi dikembangkan secara terintegrasi antar mata pelajaran di lingkungan sekolah dan memerlukan dukungan dari orangtua.
Menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia, para pemangku kepentingan perlu berkolaborasi untuk mengidentifikasi serta menyelaraskan aksi guna mengatasi persoalan yang ada. Disadari bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, diperlukan kontribusi berbagai pihak mulai dari institusi pendidikan, lembaga pembangunan, hingga filantropi.
Pada April lalu, Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi bersama Tanoto Foundation menggelar Forum Diskusi bertajuk #DiskusiMejaBundar untuk Fondasi Literasi dan Numerasi: Menuju Indonesia Emas.Dari diskusi tersebut teridentifikasi beberapa solusi untuk mengatasi tantangan literasi dan numerasi di dunia pendidikan di Indonesia.
Baca juga : Nyalanesia Gelar Pelantikan dan Pelatihan Penggerak Literasi Nasional
Pertama ialah mengadakan pelatihan komprehensif dan berkelanjutan untuk tenaga pendidik. Fokus pelatihan ini bukan hanya pada penguatan praktik pembelajaran di kelas, tetapi juga perubahan mindset pembelajaran literasi numerasi, perencanaan dan pelaksanaan, pembuatan asesmen, hingga pendampingan, dan monitoring pascapelatihan.
Tenaga pendidik ialah ruh dari keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas. Bila tenaga pendidik tidak kompeten, hasil dari kegiatan pembelajaran dapat dipastikan berbanding lurus. Walau jumlah guru layak (guru dengan gelar D4-S1 atau lebih tinggi) terus meningkat tiap tahun, hasil uji kompetensi guru (UKG) sejak tahun 2015 hingga 2021 menunjukkan sekitar 81% guru di Indonesia tidak mencapai nilai minimum.
Di sinilah pelatihan yang berkelanjutan mengambil peran. Melalui pelatihan yang komprehensif, guru-guru dikembangkan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, sosial, dan kepribadiannya. Mereka juga dibantu untuk mengembangkan growth mindset dalam pembelajaran, menguasai kurikulum, merancang dan mengembangkan pembelajaran dan asesmen yang terintegrasi dengan literasi dan numerasi sesuai karakter dan kebutuhan siswa, dilatih menggunakan multimetode pembelajaran, hingga pendampingan.
Baca juga : Gandeng Perpusnas, Penggerak Literasi Nasional Tingkatkan Literasi Pelajar
Kedua, memperkaya lingkungan numerasi dan literasi di sekitar anak dengan cara menguatkan budaya literasi dan numerasi lewat orangtua dan komunitas serta memperbanyak materi literasi dan numerasi yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. Hal paling sederhana dapat dilihat dari lingkungan belajar, apakah sudah literat atau belum? Dari tampilan fisik kelas, apakah sudah menyediakan pajanan bahasa (language exposure) yang relevan dan memadai? Apakah ada kesesuaian antarposter, gambar, lukisan yang dibuat dengan tingkat perkembangan kognitif dan literasi siswa? Apakah di rumah siswa, orangtua menyediakan buku bacaan atau membiasakan anak membaca atau bahkan rutin membacakan anak dengan bacaan sesuai usia?
UNESCO mencatat indeks minat baca Indonesia pada 2021 baru mencapai 0,001. Artinya, dari setiap 1.000 orang hanya ada satu yang punya minat membaca. Ditemukan juga, masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan penduduk negara anggota ASEAN lainnya yang membaca 10-15 buku per tahun.
Kurangnya minat baca juga dipengaruhi oleh ketersediaan materi baca yang bermutu. Sebaran buku bermutu belum merata antara provinsi satu dengan lainnya serta masih didominasi provinsi di pulau Jawa. Menurut Inovasi Literacy Thematic Study pada 2020 terkait perubahan nilai literasi siswa, ditemukan bahwa melalui pelatihan, kemampuan membaca anak meningkat 10%. Namun, jika dikombinasikan dengan pemberian buku bacaan, peningkatannya bertambah menjadi 18%.
Baca juga : Nyalanesia Kembali Rekrut Sosialisator Program Literasi Nasional
Pada 2023, Tanoto Foundation turut mendukung program Buku Bacaan Bermutu dari Kemendikbudristek dengan mendistribusikan 76.752 buku bacaan bermutu ke 187 sekolah di 12 kabupaten/kota. Semakin kuat budaya literasi dan numerasi yang tercipta dan didukung ketersediaan materi yang baik akan mendukung peningkatan terjadi.
Ketiga, membangun kebijakan berdasarkan data dan konteks lokal dalam mendorong pemanfaatan anggaran secara optimal dan tepat sasaran, termasuk keselarasan pusat dan daerah dalam meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi siswa. Pemerintah daerah perlu membangun kebijakan yang sesuai kebutuhan utama pendidikan di daerah masing-masing.
Peningkatan infrastuktur untuk sekolah di daerah terpencil melalui penyesuaian nomenklatur anggaran, kebijakan untuk peningkatan kemampuan guru dan kesejahteraan guru yang jelas, kebijakan yang meningkatkan budaya literasi dan numerasi yang berfokus pada siswa. Mobilisasi anggaran yang mendukung pun dapat dilakukan untuk peningkatan literasi dan numerasi, hingga inisiatif peningkatan kapasitas pemda itu sendiri untuk instansi terkait dalam menyusun program yang menyasar literasi dan numerasi.
Forum Diskusi bertajuk #DiskusiMejaBundar untuk Fondasi Literasi dan Numerasi: Menuju Indonesia Emas, merupakan lanjutan dari dukungan dan komitmen Tanoto Foundation dalam meningkatkan transformasi pendidikan di Indonesia yang membutuhkan keterlibatan dari berbagai pemangku kepentingan. Forum yang dihadiri juga oleh perwakilan pemerintah pusat, daerah, serta praktisi seperti perwakilan tim BSKAP MOECRT, perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Kabupaten, serta Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) ini bertujuan untuk memetakan beragam tantangan didasarkan pada data dan pengalaman implementasi, potensi solusi, serta usulan intervensi prioritas yang dapat dilakukan di lingkungan kelas, sekolah, rumah, dan tata kelola serta kebijakan. Selain itu mitra pembangunan seperti TNP2K, UNICEF, SKALA, PROSPERA, Wahana Visi Indonesia, YPMIPA, Gernas Tastaka, Yayasan Guru Belajar, serta lembaga independent yang bergerak untuk kajian kebijakan seperti CIPS juga turut berkontribusi.
Desember 2023, Tanoto Foundation juga memfasilitasi dua forum diskusi antarpemangku kepentingan. Pertama, Forum Diskusi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dasar (FOKUS) yang memfasilitasi diskusi para pemangku kepentingan baik di pusat dan daerah tentang inovasi dalam menerapkan kurikulum merdeka. Ini diadakan di Kemendikbudristek serta dihadiri 138 pimpinan kementerian/lembaga, guru, kepala sekolah, akademisi dan mitra pembangunan secara luring.
Kedua ialah Policy Forum on Education (PfoE). Tanoto Foundation bersama 17 organisasi yang bergerak di bidang Pendidikan yang tergabung dalam Konsorsium Masyarakat Peduli Pendidikan Indonesia berkolaborasi menghasilkan komunike kebijakan yang berisi tujuh isu utama dalam pendidikan Indonesia yang membutuhkan perhatian dari pemerintah saat ini dan pemerintahan selanjutnya. Komunike kemudian diserahkan ke perwakilan tim pemenangan dari ketiga calon presiden dan wakil presiden saat itu.
Sejak 1981, Tanoto Foundation meningkatkan kualitas pendidikan melalui melalui program-programnya yang meliputi semua siklus kehidupan manusia, mulai dari Program Pengembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini, Program Pendidikan Dasar, hingga Program Beasiswa dan Kepemimpinan. Tanoto Foundation yakin pendidikan berkualitas mempercepat terciptanya kesetaraan peluang.
Tanoto Foundation berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam menjalankan inisiatif-inisiatifnya. Sesuai dengan tema Hari Pendidikan 2024 Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar, Tanoto Foundation menjalankan perannya menjadi katalis percepatan peningkatan pendidikan di Indonesia dengan bekerja sama bersama pemerintah, lembaga pembangunan, institusi pendidikan, hingga organisasi filantropi lain. (RO/Z-2)
PERINGATAN Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia (RI) harus menjadi momen refleksi nasional untuk menata ulang arah manajemen pendidikan.
Pelatihan deep learning untuk kepala sekolah dan guru bidang studi tertentu dengan target sebagai pionir di 1.000 sekolah.
SnackVideo mengusung tema Pemberdayaan Pendidikan melalui serangkaian kegiatan di sekolah.
Kurikulum di Sekolah Rakyat disusun melalui dua jalur utama, yakni jalur pendidikan formal setara dengan sekolah umum, dan jalur pendidikan karakter.
Koalisi Barisan Guru Indonesia (Kobar Guru Indonesia) mengkritisi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani tentang kebijakan anggaran pendidikan.
Selama Jambore Sahabat Anak 2025, lebih dari 560 anak dari komunitas marjinal terlibat dalam berbagai aktivitas, termasuk sesi edukatif selama 30 menit di dalam Bus Sekolah VR Keliling.
NILAI kekeluargaan merupakan kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang hangat, suportif, dan saling menghormati.
Pelatihan ini dirancang dengan sistem berjenjang dan terstruktur, mengacu pada kurikulum nasional, dan berfokus pada pendekatan aplikatif serta teknik pengajaran inspiratif bagi guru PAUD.
Pernyataan Menteri Keuangan yang menganggap penghasilan guru dan dosen sebagai ‘tantangan’ bagi keuangan negara menunjukkan adanya misinterpretasi terhadap amanat konstitusi.
Pemerintah, kata dia, sudah mengalokasikan anggaran untuk memfasilitasi seluruh guru di Indonesia agar bisa mengikuti program PPG tersebut.
SEBANYAK 100 titik Sekolah Rakyat dipastikan akan beroperasional, setidaknya di awal Agustus 2025. Itu diperkirakan bakal menampung lebih dari 9.700 siswa.
Pendidikan pada usia dini merupakan fase yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak di masa depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved