Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
DOKTER spesialis saraf dari RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, Yetty Ramli, mengungkapkan dampak dari adiksi perilaku, seperti kecanduan gim atau media sosial, terhadap kemampuan kognitif anak.
"Orang-orang yang kecanduan bermain gim ternyata skor pemeriksaan fungsi berpikirnya jauh lebih rendah ketimbang orang yang normal," kata Yetty, dikutip Selasa (23/4).
Pertama, dari aspek kontrol diri, anak yang mengalami adiksi sulit mengalihkan perhatian mereka sehingga cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar serta lambat bereaksi apabila terjadi sesuatu di sekitarnya.
Baca juga : Orangtua Diingatkan Agar Perhatikan Rating Gim yang Dimainkan Anak
Selain itu, adiksi juga berdampak pada emosi anak yang labil dan sulit dikendalikan.
"Misalnya, saat disuruh setop, dia akan marah, mengamuk, malah ada yang sampai membunuh," ujar Yetty.
Kedua, dari aspek daya ingat, adiksi dapat menyebabkan mudah lupa sehingga anak kesulitan belajar.
Baca juga : Paris Hilton: Tidak Ingin Anaknya Kecanduan Medsos
Yetty juga mengingatkan pengaruh adiksi terhadap kemampuan bicara dan komunikasi anak-anak. Anak-anak yang sudah adiksi terhadap sesuatu akan mengurangi kualitas dan kuantitas interaksinya dengan orangtua maupun lingkungan.
Hal tersebut membuat kemampuan komunikasi maupun kemampuan motorik anak lebih lambat berkembang. Karenanya, dia mendorong orangtua untuk lebih memperhatikan waktu yang dihabiskan anak dalam bermain gim maupun melihat media sosial, terlebih dalam masa tumbuh kembangnya.
"Jadi, anak akan kesulitan dalam melakukan segala keterampilan, kemampuan motoriknya baik motorik halus maupun kasarnya dan kemampuan berbicaranya terutama yang mengalami keterlambatan," tuturnya.
Baca juga : Edukasi Imunisasi Anak Perlu Lebih Digencarkan
Kurangnya interaksi anak dengan lingkungan sekitar, juga menyebabkan dampak ketiga yakni aspek kemampuan sosial.
Anak-anak yang tidak terbiasa bersosialisasi karena adiksinya, cenderung memiliki rasa kurang percaya diri dan lebih suka menyendiri.
Keempat, dari aspek gangguan proses berpikir ketika bagian depan otak anak-anak dan remaja yang berfungsi membuat keputusan, mengatur emosi, dan menilai situasi belum berkembang sempurna.
Apabila hal ini diperparah dengan adiksi maka anak akan kesulitan dalam membuat keputusan dan rencana, lebih mengedepankan emosi tanpa berpikir dampak dari keputusannya itu.
"Kita tahu bahwa emosinya lebih dulu matang daripada fungsi (otak) di daerah depan untuk merencanakan sehingga menyebabkan anak remaja itu emosinya jadi labil sehingga dia sulit memutuskan 'apakah perilaku saya ini baik atau tidak?' karena dia lebih bermain dengan emosinya," pungkas Yetty. (Ant/Z-1)
RSUD Pagelaran Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, membuka layanan konsultasi bagi pecandu judi online. Sejauh ini ada beberapa orang yang sudah berkonsultasi.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dari Ikatan Alumni FKUI Psikiatri Fitri Dona Nainggolan menyatakan bahwa kesulitan berhenti merokok disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam tubuh
Adiksi terhadap penggunaan gawai juga menyebabkan seseorang menunda-nunda kegiatan produktif lain seperti bekerja atau belajar.
Masa remaja merupakan periode rentan mengalami adiksi karena kondisi perkembangan otak yang belum sempurna atau matang.
Dr. Arjun Masurkar, seorang ahli saraf kognitif dan spesialis demensia di NYU Langone Health, berbagi dengan kita empat cara utama untuk menjaga pikiran yang sehat seiring bertambahnya usia.
Melukis melibatkan koordinasi antara mata, tangan, dan otak sehingga membantu menjaga dan meningkatkan fungsi kognitif lansia seperti memori dan konsentrasi.
Mengonsumsi suplemen magnesium dapat membantu mengatur banyak proses penting tubuh sekaligus membantu mengatasi kondisi kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan demensia.
Preschool memberikan kesempatan bagi si Kecil untuk belajar berinteraksi dengan teman sebaya dan mengembangkan keterampilan sosial yang penting.
Berdasarkan penelitian University of Rochester Horizons dan Greater Good Science Center, paparan membaca sejak dini berperan penting dalam perkembangan kognitif dan emosional anak.
Belajar coding memberikan banyak manfaat untuk anak-anak. Antara lain, melatih fokus, problem solving, serta berpikir kritis dan logis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved