Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
FENOMENA cuaca ekstrem berupa angin puting beliung yang terjadi di Rancaekek, Jawa Barat pda 21 Februari 2024 perlu menjadi pembelajaran untuk lebih meningkatkan peringatan dini agar tidak menimbulkan dampak yang besar. Hal itu diungkapkan oleh pakar iklim dari Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani.
“Perubahan iklim ataupun krisis iklim yang dihadapi dunia saat ini, salah satu dampaknya adalah frekuensi kejadian cuaca ektrem yang mengalami peningkatan kejadian. Karenanya, BMKG harus siap untuk mitigasi bencana terkait cuaca dan iklim dalam hal early warning system dengan alat yang mereka punyai,” kata Emilya saat dihubungi, Kamis (22/2).
Emilya menjelaskan, hal yang menyebabkan angin kencang sering terjadi ialah akibat suhu permukaan lahan yang semakin panas karena luasan daerah yang terbangun bertambah setiap tahunnya.
Baca juga : Dua Kecamatan di Sukabumi Diterjang Puting Beliung
Menurut Emilya, beberapa negara yang telah memiliki early warning system yang mumpuni ialah Amerika Serikat dan Jepang. Namun, ia mengakui, tidak bisa membandingkan Indonesia dengan negara-negara maju tersebut. Pasalnya, ada banyak faktor yang menjadi pembeda, salah satunya ialah faktor yang memengaruhi cuaca dan iklim di Indoneisa lebih bervariasi dan kompleks dibanding dengan subtropis dan subpolar.
Namun, Emilya menyatakan bahwa cuaca ekstrem bisa diprediksi beberapa jam sebelum kejadian. Ia menjelaskan, berdasarkan pengiriman data ke Badan Meteorologi Dunia, ada stasiun yang mengirimkan data per 6 jam, 3 jam dan setiap jam.
“Kalau berdasarkan peta sinoptik harus menggambarkan cuaca terkini dan tekanan udara saat ini dan tiga jam sebelumnya, maka prediksi bisa dilakukan 3 sampai 6 jam sebelumnya dengan terus melakukan monitoring,” ucap Emilya.
Selain sistem peringatan dini, ia menilai BPBD sebagai pelaksana mitigasi bencana juga harus siap siaga dan saat tahap bencana telah memiliki SOP yang jelas. “Masyarakat juga perlu ditingkatkan untuk lebih berdaya dalam kesiapsiagaan bencana,” jelas dia.
Hal lainnya lagi ialah, perlu adanya penambahan daerah bervegetasi, baik di publik atau privat, untuk menurunkan suhu udara di perkotaan. Memperbanyak tubuh air juga dapat dilakukan karena akan mempercepat proses penguapan yang menghasilkan uap air untuk menigkatkan kelembaban dan menurunkan suhu udara. (Ata/Z-7)
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat beberapa kejadian bencana di pekan kedua bulan Agustus 2025. Data tersebut dihimpun pada periode 11 hingga 12 Agustus 2025
CUACA ekstrem berpotensi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Senin (12/8), hujan ringan hingga lebat mengguyur sebagian besar daerah sehingga diminta warga untuk waspada
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk udara kabur, cerah berawan, berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang
Gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah masih berlangsung dengan ketinggian 1,25-3,5 meter sehingga cukup berisiko terhadap kegiatan pelayaran.
Gelombang tinggi di perairan tersebut cukup berisiko terhadap kegiatan pelayaran seperti kapal nelayan, tongkang, kapal barang dan penumpang.
CUACA ekstrem tak hanya menjadi ancaman di musim penghujan. Dalam beberapa hari terakhir, hujan deras hingga ekstrem kembali mengguyur sejumlah wilayah di Tanah Air,
Ketika banjir, anak-anak, sebagai kelompok paling rentan, tidak hanya menghadapi risiko kesehatan, tetapi juga mengalami hambatan dalam mengakses pendidikan.
Dengan melihat pola pusaran angin dan luasan kerusakan yang mencapai 305 hektare dengan lebar 516 meter, kesimpulan pun didapat.
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, membangun tenda darurat dan dapur umum di Kawasan Industri Dwipapuri, Desa Mangunarga, Kecamatan Cimanggung.
Terjadi perubahan tata guna lahan yang semula hutan jati, kini berubah menjadi hutan beton.
BRIN mengungkapkan kejadian ekstrem berupa pusaran angin kencang atau angin putng beliung di wilayah Rancaekek, Jawa Barat, merupakan sebuah kejadian langka.
Perubahan tata guna lahan dari sebelumnya kawasan hijau menjadi industri merupakan salah satu penyebab terjadinnya puting beliung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved