Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengungkapkan perubahan tata guna lahan dari sebelumnya kawasan hijau menjadi industri merupakan salah satu penyebab terjadinnya puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kondisi itu kemudian disempurnakan dengan hadirnya cuaca ekstrem.
"Pada 19 dan 20 Februari 2024 sudah ada tanda-tanda indikasi kawasan itu mengalami pemanasan yang intensif," ujar Eddy di Jakarta, Kamis (22/2).
Eddy menjelaskan uap air dari utara, selatan, barat, dan timur, masuk semua ke Rancaekek. Sementara, kawasan lain atau daera-daerah sekitarnya tidak ikut mengalami fenomena pemanasan tersebut. Pemanasan intensif itu membuat Rancaekek secara tiba-tiba menjadi kawasan pusat tekanan rendah. Awan-awan besar kumulonimbus berkumpul di sana.
Baca juga : Perlu Peningkatan Peringatan Dini untuk Cegah Dampak Puting Beliung
"Kenapa bisa berputar? Ini ada mekanisme lain, mungkin karena ada desakan angin, katakanlah pada ketinggian 850 meter yang berasal dari Australia, kemudian berputar. Nah, di situlah terbentuk tropical cyclone," jelas Eddy.
Lebih lanjut dia menerangkan ketika bila langit sudah mulai gelap dan pekat, angin kencang sudah bertiup, tidak ada lagi cahaya matahari masuk, dan benda-benda kecil sudah mulai terangkat, itu adalah fase pembentukan puting beliung dari pertumbuhan menjadi puncak.
Ketika angin sudah mulai berputar, puting beliung akan menelan semua kawasan yang mengalami fenomena tekanan rendah.
Baca juga : BMKG: Waspadai Ancaman Angin Puting Beliung hingga Akhir Februari
"Delta T (perbedaan dua suhu) sangat tajam. Siang hari panas banget, malam hari dingin banget. Itulah yang menjadikan kawasan Rancaekek berbeda dengan kawasan di sekelilingnya," papar Eddy.
"Kawasan yang menerima cahaya matahari lama lebih dari 12,1 jam berpotensi besar menjadi pusat tekanan rendah, sehingga awan-awan yang ada di sekeliling akan tersedot," imbuhnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada Selasa (21/2) pukul 16.00 WIB, puting beliung yang berpusat di Rancaekek melanda Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat 534 bangunan mengalami kerusakan akibat bencana alam tersebut. Sebanyak 835 Kepala Keluarga (KK) di lima kecamatan yang ada di dua kabupaten itu terdampak. (Ant/Z-11)
ANGIN puting beliung bukan cuma menerjang Rancaekek, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Tapi juga menghampiri Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, membangun tenda darurat dan dapur umum di Kawasan Industri Dwipapuri, Desa Mangunarga, Kecamatan Cimanggung.
Peneliti BRIN mengatakan struktur tornado Rancaekek mirip dengan yang biasa terjadi di Amerika Serikat.
FENOMENA cuaca ekstrem berupa angin puting beliung yang terjadi di Rancaekek, Jawa Barat pda 21 Februari 2024 perlu menjadi pembelajaran untuk lebih meningkatkan peringatan dini agar
BRIN mengungkapkan kejadian ekstrem berupa pusaran angin kencang atau angin putng beliung di wilayah Rancaekek, Jawa Barat, merupakan sebuah kejadian langka.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geosofika (BMKG) memprakirakan hujan akan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) dalam sepekan ke depan.
Kecamatan Cicurug dan Parungkuda di Kabupaten Sukabumi diterjang hujan deras dan angin puting beliung pada Sabtu, (9/12).
SEBANYAK 24 jiwa di Desa Pasindangan, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka terdampak bencana puting beliung.
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin memastikan bencana puting beliung di kawasan Sumedang ini tidak menyebabkan korban jiwa.
Gedung LEC yang digunakan sebagai tempat rekapitulasi hasil Pemilu 2024 di Kecamatan Cicalengka juga mengalami kerusakan akibat angin puting beliung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved