Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PSIKOLOG klinis dari Universitas Indonesia Mellia Christia mengatakan anak yang tumbuh dalam keluarga yang mempraktikkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) rentan menormalisasi kekerasan.
"Itu seakan-akan menjadi pembenaran bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan itu normal kalau penuh dengan kekerasan," kata Mellia, dikutip Rabu (24/1).
Menurut Mellia, anak akan melihat hubungan orangtuanya sebagai proyeksi dalam membangun hubungan dengan orang lain pada masa mendatang. Melalui interaksi orangtuanya, anak akan menilai bagaimana cara laki-laki dan perempuan berinteraksi.
Baca juga: Ini Jurus Anies Atasi KDRT dan Kekerasan Seksual
"Artinya dia melihat bahwa, 'Oh, begini, ya, cara orang berinteraksi antara laki-laki dan perempuan'," kata Mellia.
Interaksi orangtua, kata Mellia, akan menjadi dasar anak dalam membina hubungan dengan orang lain.
"Normalisasi kekerasan, agresivitas, kemudian memperlakukan pasangan dengan tidak baik, itu seakan-akan menjadi kebenaran untuk seorang anak," kata sang psikolog.
Baca juga: Film Sehidup Semati Angkat Isu KDRT
Mellia melihat kasus KDRT yang menempatkan perempuan sebagai korban bisa memengaruhi persepsi anak terhadap ibunya. Kemungkinan yang terjadi, menurut dia, anak bisa saja tidak menghargai perempuan atau orangtua dan penilaiannya terhadap sosok seorang ibu.
"Kemudian mungkin dampak lainnya adalah bagaimana penilaiannya terhadap ibunya, kompetensi seorang ibu, serta juga dia belajar untuk menjadi pelaku," kata Mellia.
Mellia mengatakan anak yang tumbuh dalam keluarga yang memiliki riwayat KDRT tidak hanya dapat menjadi pelaku kekerasan, namun, juga berpotensi berhadapan dengan trauma.
"Kemudian juga jadi punya self-esteem (harga diri) yang rendah karena berasal dari keluarga yang interaksinya tidak baik, tidak hangat, dan kemudian akhirnya akan mempengaruhi cara dia berhubungan dengan orang lain di luar keluarganya," ujar Mellia.
Oleh karena itu, jalinan keluarga yang hangat dapat berdampak positif terhadap mental anak dan berperan besar dalam membangun persepsi terkait hubungan interpersonal pada anak. (Ant/Z-1)
Seorang ayah melakukan kekerasan kepada anak usai viral kedapatan tengah melakukan perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah lebih cenderung mengalami masalah perilaku, depresi, rasa rendah diri, dan kegagalan dalam pendidikan.
KEMENTERIAN Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN menegaskan pentingnya peran agama sebagai salah satu dari 8 Fungsi Keluarga dalam mewujudkan generasi emas Indonesia.
Baby blues merupakan kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan serta mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu.
KEMENTERIAN Agama (Kemenag) meluncurkan program Family Orientation at the Mosque’s Site (Foremost) sebagai strategi baru pembinaan keluarga berbasis masjid.
Semua upaya menjaga keamanan pangan dimulai dari satu hal sederhana: kebersihan.
KNPK Indonesia menilai pentingnya penguatan peran keluarga dalam membentuk karakter dan moralitas manusia Indonesia yang luhur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved