Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
KANKER payudara merupakan satu di antara penyakit yang kasus perkembanganya di Indonesia cukup pesat dan mengkhawatirkan.
Berdasarkan data dari Globocan pada 2020, tercatat ada 68.858 kasus di Indonesia dengan jumlah kematian mencapai 22.000 jiwa akibat kanker payudara.
Meskipun angka kejadian kanker payudara terus meningkat di seluruh negara termasuk Indonesia, tetapi dengan kemajuan klinis dari sisi pengobatan, terapi, dan teknologi serta pendeteksian kanker payudara dapat lebih awal menyebabkan angka mortalitas kanker payudara dapat menurun sehingga kesempatan untuk sembuh akan lebih tinggi.
Baca juga: Bantu Wanita dengan Keterbasan Akses, SILO Gelar Program SELANGKAH 2024
Namun, perjalanan menuju pemulihan dari para penyintas kanker ini tidak hanya berhenti pada pengobatan awal.
Pasalnya, kanker payudara dapat kembali kambuh meskipun telah dilakukan perawatan dan pengobatan terbaik, atau yang dapat disebut sebagai kanker rekuren.
Dr. Khoo Kei Siong, Konsultan Senior dan Ahli Onkologi Medis Parkway Cancer Centre mengatakan kanker yang berulang pada pasien sangat bergantung pada stadium dan jenis dari kanker tersebut.
Alami Kanker Berulang
Misalnya saja, untuk pasien dengan stadium nol yang non-invasive maka kemungkinan untuk mengalami kanker berulang akan sangat kecil, sedangkan pasien dengan stadium yang lebih tinggi maka potensi untuk kankernya kembali kambuh akan lebih besar.
Apalagi jika sel kankernya memiliki agresivitas yang tinggi, yaitu kanker payudara triple negative. Dimana angka kejadian untuk jenis kanker ini mencapai sekitar 50%.
Baca juga: Mengenal Kanker Payudara dan Pentingnya Deteksi Dini
"Kanker payudara triple negative ini sangat agresif dan berkembang secara cepat sehingga memiliki kemungkinan untuk tumbuh kembali pasca operasi,” ujarnya saat berbincang bersama media, Kamis (18/1/2024)
Menurutnya, ada dua skenario yang mungkin terjadi pada kanker berulang tersebut. Pertama, kanker lama muncul kembali karena adanya sisa jaringan di dalam tubuh dan kembali berkembang.
Kedua, muncul jenis kanker baru yang tidak berhubungan dengan kanker sebelumnya.
Artinya, kanker tersebut tidak hanya terjadi pada payudara saja tetapi juga bisa muncul kanker baru yang menyerang organ tubuh lainnya mulai dari ovarium, paru-paru, liver, usus besar, tulang, kelenjar limfa, dan dalam beberapa kasus dapat menyerang otak.
Baca juga: Langkah Awal Pemulihan Psikologis Penderita Kanker, Menerima Diri Sendiri
Untuk mencegah risiko munculnya kekambuhan pada kanker, maka perlu dilakukan pengobatan yang menyeluruh mulai dari kemoterapi, radioterapi, terapi targeted, termasuk melakukan operasi pengangkatan payudara atau mastektomi.
Dr. Khoo mengatakan setelah pasien melakukan terapi maka akan dilakukan pemeriksaan patologis apakah sudah tidak ada lagi sel kanker di payudara dan kelenjar limfa sehingga survival pasien akan meningkat.
Sementara itu, bila masih ada sel kanker yang aktif pada pemeriksaan patologis, maka kejadian berulang terkena kanker akan lebih tinggi sehingga pasien membutuhkan pengobatan yang lebih agresif dan menyeluruh.
Selain itu, pasien juga harus tetap rutin melakukan pemeriksaan berkala ke rumah sakit untuk melindungi diri dari kekambuhan kanker, termasuk melihat adanya gejala-gejala munculnya kanker kedua.
Misalnya, muncul rasa nyeri tulang yang terus menerus di tulang maka terdapat kemungkinan sel kanker menjalar ke tulang.
Jika muncul kanker paru-paru, bisa menimbulkan gejala batuk dan sesak nafas berkepanjangan, adanya pembesaran di kelenjar limfa di leher atau ketiak, serta adanya gejala penurunan berat badan dan nafsu makan.
Baca juga: Masyarakat Diingatkan Mengenai Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara
“Untuk mencegah terjadinya kekambuhan kanker maka semua pasien kanker payudara harus melakukan pengecekan rekurensi. Khusus yang memiliki mutasi gen, harus dilakukan pemeriksaan yang lebih,” jelasnya.
"Pasien juga harus tetap melakukan gaya hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat, dan rutin berolahraga,” tambahnya.
Lantas hal apa saja yang memicu munculnya kanker kedua ini? Penyebab kanker kedua dapat beragam seperti kanker pertama.
Gaya hidup: Faktor-faktor seperti merokok, kelebihan berat badan atau obesitas, dan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker - baik Anda pernah mengidap kanker atau tidak. Genetika dan riwayat keluarga juga berperan.
Waktu: Jika diagnosis kanker pertama terjadi pada masa muda, terdapat sedikit peningkatan risiko terkena kanker kedua, mungkin karena efek pengobatan atau kecenderungan genetik (S-4)
Para ahli mengembangan prototipe bernama ABLE yang mengubah molekul-molekul kecil dalam nafas menjadi cairan pekan untuk mendeteksi penyakit.
Skrining merupakan hal yang baik namun butuh tindak lanjutan dan harus ditingkatkan pada penyakit janin, penyakit kongenital, atau penyakit yang jarang lainnya.
Tidak jarang,pasien juga mengalami salah diagnosis karena gejalanya yang tidak spesifik dan sering menyerupai penyakit lain.
Masyarakat kerap mengira mudah kaget sebagai tanda penyakit jantung. Padahal, belum tentu demikian.
Upaya skrining penyakit atau deteksi dini menjadi langkah preventif untuk mencegah keparahan pada para penderita.
Para ahli dari Mayo Clinic hadir di simposium ini untuk berbagi wawasan terbaru dan praktik terbaik dalam penanganan kanker payudara, hematologi, dan gagal jantung.
Sidang digelar di Ruang Kartika dilakukan secara tertutup sebagai perkara tindak pidana kekerasan seksual.
Rendahnya literasi kesehatan di masyarakat juga menjadi faktor penyebab. Banyak warga tidak memahami siapa saja yang memiliki kewenangan legal untuk memberikan layanan medis.
Kesiapan tenaga kesehatan perlu dilakukan lebih dulu sebelum implementasi teknologi kesehatan.
Durian ternyata mengandung nutrisi penting untuk ibu hamil seperti zat besi, folat, dan vitamin C yang baik untuk perkembangan janin.
Studi ini mengukur gejala seperti heartburn, nyeri dada, naiknya asam lambung, dan mual menggunakan kuesioner penilaian mandiri (GERD-Q, skor 0–18).
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Paboi dan YOI untuk memperluas akses edukasi kesehatan ortopedi serta memperkuat pelayanan medis bagi masyarakat di wilayah Indonesia Timur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved